4.18.2011

lasmi dan mertuanya

Lasmi adalah bekas istri
sepupuku yang bercerai karena
setelah setahun menikah
keduanya sudah tidak saling
cocok lagi. Maklum, mereka
menikah masih sangat muda, Lasmi 20 tahun sedang
sepupuku 22 tahun. Ditambah
lagi kedua orang tua sepupuku
kurang menyukai Lasmi karena
sekalipun cantik tapi Lasmi
dianggapnya bukan berasal dari keluarga ningrat. Setelah
bercerai Lasmi semula bekerja
di Panti Pijit tapi hanya
sebentar sebelum dia mendapat
pekerjaan sebagai staf
administrasi di sebuah kantor Swasta. Karena dia memang
cantik maka cepat saja dia
dapat menarik hati seorang
pemuda yang cukup kaya. Mas
Indra nama pemuda itu, anak
dari Direktur perusahaan itu yang tergila-gila pada Lasmi.
Akan tetapi yang pertama kali
tertarik pada Lasmi justru Pak
Suryo, ayah Mas Indra. Laki-laki
yang pernah menjadi langganan
pijit Lasmi ini rupanya ada hati pada janda cantik ini dan dialah
yang membujuk Lasmi untuk
bekerja sebagai staf di
kantornya. Lasmi sendiri tidak
mengira bahwa Mas Indra nekat
melamarnya sebagai istri tapi meskipun kurang sreg diterima
juga lamaran itu karena Mas
Indra orangnya cukup ramah
sehingga Lasmi juga cukup
senang. Apalagi berikutnya dia
juga sangat dimanja sekali oleh kedua mertua barunya di mana
dia diajak tinggal serumah. Tapi,
justru karena kelewat akrab
dan manja teristimewa dengan
Pak Suryo mertua lakinya maka
terjadilah kontak terlarang di antara keduanya. Pak Suryo adalah seorang
pengusaha yang cukup kaya.
Perusahaannya ada dua dan
untuk mengawasinya dia
berkantor di sebuah rumah
yang disewa tepat di sebelah kiri rumah tinggalnya sendiri,
sedang di sebelah kanannya lagi
adalah rumah yang
diperuntukkan bagi pasangan
Mas Indra dan Lasmi. Sementara
itu Bu Suryo mengusahakan sebuah Mini market yang juga
tidak jauh dari situ.Melihat dari
kesibukan tugas masing-masing
keluarga maka Lasmi memang
lebih banyak waktu berdua
dengan Pak Suryo. Karena selain masih tetap meneruskan
bekerja di kantor Pak Suryo,
Lasmi juga boleh dibilang tinggal
serumah dengan Boss yang
sudah jadi mertuanya ini.
Masing-masing rumah mereka hanya dibatasi oleh dinding dan
ada pintu penghubung yang
selalu terbuka diantaranya.
Nah, selain kesempatan selalu
bertemu yang leluasa, juga
sikap manja-manja genit Lasmi kepada mertua lakinya yang
kalau sedang bercanda berdua
sudah meningkat bebas terlupa
batas sampai saling berpeluk-
pelukan, tentu saja memancing
nafsu birahi terpendam sang mertua kepada menantunya ini.
Maklum kebiasaan genit
terpengaruh lingkungan Panti
Pijit masih melekat pada Lasmi,
teristimewa kepada laki-laki
setengah umur seusia Pak Suryo. Gairah kelelakian Pak Suryo
yang terpendam kepada Lasmi
memang menuntut karena sang
menantu makin dipandang
makin menggiurkan saja.
Ditahan makin lama makin meluap dan ketika dicoba
mengutarakannya dengan
memancing-mancing sambil
mengobral banyak pemberian
nampaknya tidak ada
penolakan dari Lasmi, dengan sendirinya kelanjutan ke arah
hubungan terlarang ini menjadi
semakin mulus. Tidak bisa disalahkan, Lasmi
yang latar belakangnya binal
kalau sudah terlalu dekat
apalagi sudah terlalu banyak
dibanjiri hadiah sang mertua,
maka kesadarannya pun cepat saja jadi buntu ketika itu. Jelas,
karena sebenarnya bukan baru
dimulai saat itu saja tapi dari
awalnya Lasmi memang sudah
diincar oleh Pak Suryo dan
Lasmi sendiri juga sudah menaruh perasaan tertarik
kepada bossnya yang simpatik
ini. Cuma saja karena keburu
diserobot duluan oleh Mas Indra
yang lebih ngotot maka
perasaan hati keduanya sempat tersendat dan
sekarang mulai terungkit
kembali. Menggelegak semakin
hari semakin matang sampai
kemudian di suatu sore yang
merupakan penentuan ketika Pak Suryo mencoba sedikit
nekat untuk menangkap
menantu cantik ini dalam
pelukannya tapi kali ini disertai
dengan menyosor bibir Lasmi. "Hffmm.. hghh.." Lasmi
mengejang tersumbat mulutnya
oleh lumatan nafsu Pak Suryo
tapi begitupun dia tidak
berontak. Ada beberapa saat
dia ikut terhanyut dalam asyiknya berciuman bergelut
lidah dan ketika cukup untuk
saling melepas, terlihat air
mukanya merah merona.
"Bapak nekatt.." komentarnya
malu-malu geli. "Abisnya kamu ngegemesin
Bapak sih.." Itu awal pertama percobaan
Pak Suryo. Tentu saja melihat
ada lampu hijau seperti ini jelas
membuatnya lebih berani lagi.
Dia sudah mulai mencari simpati
dengan cerita tentang Bu Suryo yang mulai kurang
memberinya kebutuhan
penyaluran seks. Dan ternyata
meskipun tidak terucapkan tapi
dari mimik wajah Lasmi
tertangkap oleh Pak Suryo bahwa sang menantu ini mulai
terpengaruh prihatin
kepadanya. Terbukti ketika
pada kesempatan hari
berikutnya dia mengulang lagi
memeluk dan mengajak berciuman tapi kali ini sambil
sebelah tangannya
menggerayangi bagian-bagian
kewanitaan Lasmi, mulai dari
kedua susunya sampai
kemudian menyusup ke selangkangan, meremas gemas
bukit vaginanya, lagi-lagi tidak
ada penolakan dari sang
menantu cantik ini. Seperti
yang pertama Lasmi juga
membiarkan sebentar dan ikut terhanyut oleh ajakan
berciuman yang hangat
bernafsu ini, hanya saja ketika
terasa akan terlupa daratan
segera dia minta melepas
ciuman. "Pak jangan sekarang.. Lasmi
takut kalo ketauan.." bisiknya
cemas karena sudah terasa jari
nakal Pak Suryo menyusup
mengorek-ngorek di celah
kemaluan di bagian klitorisnya. Mendapat peringatan ini Pak
Suryo pun seperti tersadar dan
melepaskan Lasmi.
"Heehh.. nanti kalau ada
kesempatan Bapak ke
kamarmu, ya?" katanya masih sempat memesan.
Lasmi hanya mengiyakan dan
segera berlalu dari situ
meninggalkan Pak Suryo yang
meskipun masih nampak
penasaran tapi dalam hatinya lega karena yakin bahwa pada
kesempatan berikut tentu dia
pasti dapat meniduri menantu
cantik ini. Suatu hari Mas Indra akan
dinas keluar kota, pagi-pagi
buta itu Lasmi sudah kembali
naik tidur setelah mengantar
Mas Indra cuma sampai di pintu
kamar untuk berangkat ke airport. Membanting tubuhnya
lemas karena Mas Indra masih
sempat mengajaknya bermain
cinta sesaat sebelum
berangkat.Ketika setengah
layap-layap itulah dia dihampiri Pak Suryo yang masuk ke
kamarnya tanpa
sepengetahuannya. Begitu
datang Pak Suryo yang
rupanya sudah lama menunggu
kesempatan baik ini langsung ikut naik berbaring dan mulai
menggerayangi tubuh Lasmi
yang masih bertelanjang bulat
dan hanya menutupi tubuh
atasnya dengan sehelai kain.
Lasmi sempat mengira bahwa itu Mas Indra lagi tapi segera
tersadar karena perbedaan
yang nyata di antara kedua
lelaki itu. Mas Indra agak kecil
sedang Pak Suryo yang pendek
itu besar gempal tubuhnya. Lasmi jadi kaget.
"Ehh Bapakk?! kaget aku Paak..
kirain siapa."
"Ah masak sama Bapak nggak
kenal, kan Bapak sudah pernah
bilang mau nyusul ke sini kalo ada kesempatan."
"Abis nggak kedengaran
masuknya, tapi Ibu mana Pak?"
kata Lasmi yang karena merasa
tidak bisa menghindar lagi, dia
bergerak bangun maksudnya akan mencuci dulu bekas-bekas
dengan Mas Indra.
"Ibu masih pules, nggak bakalan
tau kalau Bapak ke sini.." tukas
Pak Suryo yang rupanya sudah
tidak sabaran lagi langsung menahan Lasmi bangun. Tanpa memberi kesempatan
bicara bagi Lasmi, dia sudah
menyerbu perempuan itu
dengan bernafsu. Mencium
langsung melumat bibirnya
sambil dibarengi remasan- remasan gemas di mana pun
bagian tubuh sang menantu
yang cantik menggiurkan ini
terpegang tangannya. Lasmi
gelagapan sesaat, tapi lagi-lagi
dia mengalah mencoba mengerti emosi nafsu laki-laki setengah
umur yang menurut pengakuan
kepadanya sudah jarang diberi
penyaluran seks oleh istrinya.
Pasrah saja dia membiarkan
Pak Suryo dan malah ikut mengimbangi lumatan laki-laki
itu sama bernafsunya meskipun
kelanjutannya agak membuat
risih juga karena serbuan-
serbuan Pak Suryo benar-
benar kelewat rakus. Dari saling bertemu bibir ciuman Pak Suryo
menurun melanda kedua
susunya, di sini hanya berhenti
beberapa saat untuk mengisap
kedua puncak bukit kembar itu
dan sebentar menjilati putingnya lalu kemudian
diteruskan lebih ke bawah
melewati perut Lasmi yang
sudah menggembung empat
bulan itu sampai kemudian
mendarat di vaginanya. Ini yang agak terasa kurang
sreg bagi Lasmi karena Pak
Suryo seperti pura-pura lupa
bahwa lubang itu masih belum
sempat dicucinya, tapi dia enak
saja mengerjai bagian itu dengan jilatan-jilatannya
bahkan juga disedot-sedotnya.
Mau dia mencegah tapi Pak
Suryo masih lebih ngotot di situ
malah semakin coba ditolak,
semakin keras juga Pak Suryo bertahan. Terpaksa Lasmi diam
saja sampai akhirnya dia sendiri
terbawa tidak perduli karena
vaginanya yang dikerjai mulut
lelaki memang merangsang
nafsunya dengan cepat. "Aasshhg.. hngghh.. sshhg.."
kontan melintir, bergeliat-geliat
dia oleh kilikan jilatan di
klitorisnya yang begitu
menggelitik geli-geli enak dan
sodokan-sodokan ujung lidah di lubangnya yang begitu
membuatnya penasaran,
sementara Pak Suryo tambah
bersemangat memainkan
kepintaran mulutnya. Menyosor
seolah-olah ingin menyembunyikan wajahnya
tenggelam di lubang menganga
milik menantunya ini. Padahal
Lasmi baru saja terpuaskan
dalam sanggama bersama Mas
Indra, tapi rangsangan sang mertua ini begitu luar biasa
menaikkan kembali birahi
nafsunya seolah-olah tenaga
untuk bercinta datang berlipat
ganda. Masih beberapa saat
Pak Suryo membakar bara nafsu Lasmi, baru ketika
dilihatnya sang menantu cantik
ini sudah matang dituntut
birahinya di situlah Pak Suryo
berhenti dan mempersiapkan
batangannya. Sudah cukup tegang, tinggal membasahi
sedikit dengan ludahnya untuk
kemudian dituntun menempel di
mulut lubang, langsung ditusuk
masuk. "Hhgghh.." sekali lagi Lasmi
mengejang kali ini oleh sodokan
penis Pak Suryo. Tapi karena
sudah cukup siap dia bisa
langsung menerima batang
yang sebenarnya masih asing baginya. Malah tuntutannya
kepingin cepat terpenuhi, dia
pun ikut menyambut dengan
memutar pantatnya membuat
batang Pak Suryo terasa
seperti disedot masuk, cepat saja amblas ke mulut vagina
yang lapar itu. Tapi begitu
tertanam dalam, mulutnya
langsung menganga kaku
menahan pinggang Pak Suryo
agar sodokan jangan berlanjut dan ini dipenuhi Pak Suryo
karena memang batangnya
sudah tertanam habis.
Menunggu sesaat sampai Lasmi
kelihatan sudah agak
mengendor barulah Pak Suryo menyambung dengan gerak
memompa keluar masuk
penisnya pelan-pelan. Lasmi sendiri masih sedikit
tegang wajahnya dalam usaha
menyesuaikan diri dengan
sodokan-sodokan Pak Suryo
tapi cuma sebentar, karena
rasa baru yang diterimanya cepat saja membuainya, sama
cepat seperti barusan dia
dirangsang mulut Pak Suryo di
vaginanya. Ada yang luar biasa
pada milik mertuanya ini
sehingga Lasmi mengalihkan pandangannya ke bawah ingin
lebih jelas apa yang menjadi
penyebabnya. Karena bukan
hanya bisa membuat daya
rangsangan yang begitu besar
dengan teknik mulutnya tapi juga memberi pemenuhan yang
pas untuk tuntutannya. Yaitu
dari dalamnya batang yang
menyumbat lubang vaginanya
terasa ukurannya agak
berlebih dari yang biasa dialaminya dengan Mas Indra. Pak Suryo bisa membaca pikiran
Lasmi. Dia merenggang sedikit
dan mencabut batangnya agak
panjang memberi kesempatan
Lasmi memperhatikannya.
Meskipun tidak terlalu jelas karena ruangan hanya
diterangi lampu dinding kecil
tapi masih bisa tertangkap
mata Lasmi yang begitu melihat
langsung meringis wajahnya. "Hhssh Bapaakk.. dalemm
bangett Paak.." spontan keluar
komentar kagumnya
memaksudkan penis Pak Suryo
yang memang lebih panjang
meskipun tidak lebih besar dari milik Mas Indra. Memang, Lasmi
sudah pernah tidur dengan
beberapa lelaki tapi dia
mengakui juga ukuran penis
sang mertua yang cukup
mantap ini. "He.ehh.. tapi kan nggak sakit?"
kata Pak Suryo sambil
menurunkan tubuhnya agak
menempel karena khawatir
dengan ukuran panjangnya ini
Lasmi berubah pikiran minta batal sampai di sini. Padahal
tidak perlu. Lasmi cuma
berkomentar bukan berarti
ngeri. Justru dia merasa batang
itu memberi keasyikan lebih
dengan ukurannya yang tidak seperti biasa didapat dari
suaminya. Terbukti ketika Pak
Suryo mulai menggesek baru
dua tiga gerakan ternyata
sudah mendapat sambutan
menyenangkan dari si cantik yang segera jadi bergairah
merangkul leher Pak Suryo
berikut kedua kakinya naik
membelit paha sebagai tanda
bahwa dia menyukai disetubuhi
penis Pak Suryo ini. Inipun jelas terbaca dari mimik
muka Lasmi, malah tidak
sungkan-sungkan
mengutarakannya ketika
dipancing Pak Suryo yang
karena cukup berpengalaman jelas bisa membaca gelagat
Lasmi.
"Gimana rasanya.. sakit nggak?"
"Nggak.. enak malah Pak, geli
sampe ke dalem-dalem sini."
jawabnya sambil mengusap- usap perut atasnya.
"Apanya yang enak?"
"Ngg.. kontoll Bapak.." jawab
Lasmi genit-genit senang.
Mendengar ini tentu saja Pak
Suryo jadi lega dan leluasa sudah dia bermain menggoyang
penisnya yang disambut Lasmi
dengan juga mengimbangi
mengocok vaginanya. Masing-
masing tenggelam menikmati
asyiknya senggama dalam suasana yang cepat sekali
akrab, sama-sama lupa tentang
status hubungan mereka
antara anak menantu dan
mertuanya. Memang ada perbedaan pada
kedua lelaki lawan mainnya ini.
Bersama Mas Indra seperti
masih ada gengsi-gengsian yang
membatasinya kurang begitu
saling terbuka, tapi dengan Pak Suryo biarpun baru kali ini,
entah mungkin karena Lasmi
sudah biasa bermanja-manja
dengan pengalaman lalunya
yang umumnya laki-laki tua
berduit dan bersikap kebapakan, maka rasanya dia
tidak sungkan-sungkan dan
malu lagi mengutarakan apa
yang dialaminya saat ini,
teristimewa waktu mencapai
orgasmenya yang diikuti juga oleh Pak Suryo. "Paak ennakk Paak.. Iyya.. Duhh
Bapaak dalem bangett
masuknya Paakk.. Aaa.. dikorek-
korek gitu Lasmi pengenn
kluarrin.. Ayyo Pakk.. adduuh..
Iyya ayyo aahhgh.. sshgh.. hghrf.. ennaak punyamu Lass..
Bapakk juga kluaarr.. sshmmh.." Tapi hubungan lama-lama
semakin nekat. Tidak hanya
waktu suasana rumah sepi tapi
sekalipun suaminya sedang ada
di rumah pun Lasmi berani juga
mencuri-curi waktu bercinta dengan Pak Suryo.Ceritanya
hari itu menjelang maghrib Mas
Indra sudah berdua dengan
Lasmi di dalam kamar ketika
tidak lama kemudian Pak Suryo
pulang dari kerjanya. Seperti biasa Bu Suryo baru akan
pulang dari mini marketnya
menjelang larut malam. Kedua
pasangan muda itu sudah akan
bermain cinta, masing-masing
sudah saling terangsang dan baru saja akan mulai tiba-tiba
terdengar pintu kamar diketok.
Spontan Lasmi terburu-buru
berpakaian dan keluar dari
kamar, ternyata Pak Suryo
yang ada di depan situ. Dia rupanya akan meminta pijit dari
Lasmi tapi ketika diberi tahu
bahwa Mas Indra sedang ada di
kamar, Pak Suryo pun
membatalkan niatnya. Masuk ke kamar lagi Lasmi
langsung tersenyum geli kepada
Mas Indra.
"Barusan Bapak yang ngetok
pintu. Dia minta tolong dipijitin
tapi begitu kukasih tau Mas masih ada di kamar, Bapak jadi
batal."
"Oh ya? Ya udah, ke sana aja
dulu pijetin Bapak, nanti baru
ke sini lagi kan juga masih
sore." "Idih Mas gimana sih. Masak aku
musti ke sana duluan, lalu Mas
sendiri gimana dong?"
"Nggak gitu, soalnya barusan
kan Bapak mungkin lagi pegel
minta dipijit, kalo kamu nggak ngikutin kan nggak enak
jadinya."
Mendengar ini Lasmi berlagak
pasang muka ragu sebentar
tapi kemudian beranjak juga.
"Mas sih bukannya tadi-tadi ngasihnya.. Awas lho kalo aku
dateng lagi Mas nggak mau
ngasih, aku marah beneran."
katanya dengan mimik muka
cemberut tapi sebenarnya
dalam hati girang bukan main. "Nggak usah kuatir, pasti Mas
kasih kalo kamu abis dari sana."
Bukan main, gayanya seperti
berat terpaksa tapi
sebenarnya inilah yang
diharapkan Lasmi. Karena begitu menyusul Pak Suryo di
kamarnya dia sudah langsung
meloncat dan memeluk dengan
wajah girang. Pak Suryo sendiri
baru selesai membuka bajunya
tinggal celana dalam dan masih berdiri di samping tempat tidur
ketika itu. "Lo, lo, lo, kok cepet sekali ke
sininya. Gimana bilangnya sama
Indra?" tanya Pak Suryo heran.
"Las bilang aja terus terang
barusan Bapak manggil minta
dipijetin jadi Mas Indra ngasih ijin ke sini."
"Oh ya? Bukannya Bapak tadi
liat kamu lagi kusut, baru mau
maen apa udah selesai?"
"Tadinya emang mau maen, tapi
baru mau dimasukin udah keburu Bapak ngetok pintu.."
"Waduh maaf kalo gitu. Lagi
kepengen-kepengennya
langsung disetop begitu kan
penasaran."
"Malah kebeneran Pak.. kan terusannya bisa dapet ini yang
lebih mantep lagi." kata Lasmi
sambil menjulurkan tangannya
meremasi penis Pak Suryo.
"Jadi, lobang yang lagi
penasaran ini sekarang malah mau dikasih Bapak dulu, ya?"
tanya lagi Pak Suryo dengan
membalas meremasi gundukan
vagina Lasmi.
"Iya, iya Paak.. di situ yang aku
kepengenn sekalli.." baru diremas sebentar saja, Lasmi
yang memang sedang
terangsang penasaran sudah
langsung gemetaran suaranya,
"Ayoo Pak.. buka juga Bappak
punya.." lanjutnya dengan terburu-buru melepas bajunya. Pak Suryo menyusul hanya
tinggal melepas celana
dalamnya tapi Lasmi sudah lebih
dulu selesai. Dan baru saja penis
Pak Suryo bebas Lasmi sudah
berlutut, menangkap batang itu langsung mencaplok mengisap-
isapnya dengan rakus. Diserbu
rangsangan begini batang itu
cepat saja mengeras dan Lasmi
seperti tidak ingin membuang-
buang waktu. Dia naik duluan menelentang dan mengangkang
memasang vaginanya siap
untuk segera dimasuki. Sampai
di bagian ini semua memang bisa
serba cepat tapi pada giliran
batang akan dimasukkan mau tidak mau tempo harus
diperlambat. Sebab meskipun
sudah terbiasa tapi penis
ukuran lebih besar dari
suaminya ini tetap saja tidak
bisa langsung main tancap sekaligus. Perlu hati-hati dan
harus ada kerja sama untuk
saling menggesek dan memutar
membuat lebih licin dalam
beberapa waktu, sekalipun
rahang Lasmi sudah gemetaran kaku menunggu lewatnya masa
itu sebelum mendapatkan
rasanya. Tapi kalau batang
sudah tertancap dalam dan
Lasmi sudah bisa menyesuaikan
ukurannya. Hmm.. jangan bilang lagi nikmatnya. Langsung
gayanya berubah kontras
sewaktu mulai dipompa oleh Pak
Suryo. "Hhss.. aduuhh tobatt aku
Paak.. hahgh ooghh.. kontol kok
dalem sekali Pak.. tobat akuu..
ampun Bapaak, gedee sekalli
aduuh.. Pakk.." Nada suara Lasmi
merintih-rintih mengaduh ampun tobat, ditambah lagi
dengan gayanya yang meliuk-
liuk mata terbalik seperti orang
kesakitan, yang begini kalau
didengar dan dilihat Mas Indra
tentu akan menggiris karena mengira istrinya sudah tidak
tahan disiksa oleh Pak Suryo.
Apalagi kalau bisa melihat lebih
jelas bagaimana kewanitaan
sang istri yang sering diusapi
sayang itu, sekarang sampai sudah dipaksa mekar membulat
lantaran menampung besar
keliling batang dan itu pun
masih harus lagi disodok-sodok
kasar seperti tidak mengenal
belas kasihan. Tentu, kalau belum mengerti Mas Indra pasti
tambah menggiris melihatnya.
Padahal kebalikan dari ini justru
Lasmi sedang tenggelam dalam
nikmat yang mengasyikan saat
itu. Pak Suryo sudah hafal benar
gaya Lasmi, makin dipompa
keras makin dirasakan enak
bagi Lasmi, dan gaya ini juga
malah menimbulkan rangsangan
tersendiri bagi Pak Suryo untuk membawanya tiba menuju
puncak permainan bersama
Lasmi. Terlebih kalau Lasmi
sudah meminta tambahan
rangsangan baru di bagian
susunya, itu tanda dia sudah akan mendekati orgasmenya.
"Heg.. yaang kerass Pak.. shh
iya gittu.. aduh.. sshgh.. heehh..
ayyo.. ayoo Paak.. aahgh..
sshgh.. Iyya Pakk Laas udah
keluarr.. aduhh.. hghshh.. hrrgh.." Seiring remasan tangan Pak
Suryo di susunya diperkeras,
Lasmi pun tiba orgasmenya. Di
bagian ini nampaknya lebih sadis
lagi. Sebab buah dada yang
biasanya diperlakukan Mas Indra dengan gemas-gemas
sayang ini di tangan Pak Suryo
diremasi tidak tanggung-
tanggung lagi. Tidak ubahnya
seperti sedang menggilas baju
di papan cucian, kedua daging kenyal itu sampai meleot-leot
sesekali mencuat putingnya dari
sela-sela jari tangan besar Pak
Suryo. Malah waktu mengiringi
orgasmenya Lasmi terlonjak-
lonjak dengan dada membusung, di situ seolah-olah
tubuhnya terangkat-angkat
oleh tarikan Pak Suryo yang
mencengkeram kedua bukit
daging itu. Pokoknya jika bisa
melihat secara keseluruhan bagaimana cara Pak Suryo
mengasari istrinya, Mas Indra
bisa pingsan dibuatnya. Tapi
justru begini yang paling disukai
Lasmi karena dia merasa
seolah-olah seluruh kepuasannya dibetot keluar
tanpa tersisa. Rupanya 'kesadisan' Pak Suryo
belum selesai. Sesaat setelah
Lasmi selesai berorgasme maka
giliran Pak Suryo yang
mengambil bagiannya. Tapi
menjelang tiba di saat ejakulasinya tiba-tiba dia
mencabut batangnya dan
langsung tegak berlutut sambil
menarik kedua lengan Lasmi
membawanya terikut bangun
duduk. Lasmi sempat bingung tapi ketika Pak Suryo
menjambak rambutnya dan
menarik kepalanya
mendekatkan ke penisnya,
segera dia mengerti maksud
Pak Suryo, apalagi Pak Suryo juga menjelaskan lewat kata-
katanya. "Ayyo Las, isepin
Bapak sampe keluarr.." Tanpa
ragu-ragu Lasmi langsung
mencaplok dan melocok batang
itu dengan mulutnya. Tentu tidak bisa semua, hanya
tertampung bagian kepalanya
saja tapi ini sudah cukup bagi
Pak Suryo untuk bisa
menyalurkan kepuasannya. Dan
begitu kepala batang itu mengembang, sedetik kemudian
dia pun menyemburkan cairan
maninya tumpah di mulut Lasmi.
Agak tersekat Lasmi dengan
semprotan tiba-tiba ini, serasa
ingin mencabut kepalanya tapi tangan Pak Suryo menekan
kepalanya tidak ingin
melepaskan kuluman mulutnya
sehingga mani yang tumpah itu
pun tertelan semua oleh Lasmi.
Ini baru pertama kali dia melakukan hal ini sehingga
ketika permainan berakhir dan
Lasmi bisa melepas mulutnya,
langsung meringis aneh
mukanya. "Kenapa Las, nggak enak ya
rasanya?" tanya Pak Suryo geli.
"Asin rasanya Pak.." jawab Lasmi
terikut geli.
"Maaf ya? Terpaksa Bapak
tumpahin di mulut, soalnya kalo di lobangmu nanti bisa ketauan
sama Masmu."
"Nggak pa-pa, sekali-sekali buat
pengalaman baru kok.."
"Kalo sering-sering emang
kenapa?" "Ya bagaimana Bapak.. Emang
enak sih dikeluarin pake
mulut?" kata Lasmi dengan
bergerak bangun untuk ke
kamar mandi mencuci bekas-
bekas permainan ini. "Oo.. sama Lasmi sih pasti enak
aja." jawab Pak Suryo sambil
ikut bangun menyusul Lasmi. Selepas beristirahat sebentar
Lasmi pun kembali ke kamarnya
menemui suaminya. Tentu saja
dengan bersandiwara seolah-
olah dia tidak ada apa-apa
dengan permainan bersama Pak Suryo. Begitu datang dia
langsung menubruk Mas Indra
dengan gaya tidak sabaran
menggerayangi penis Mas Indra.
Jelas gaya yang membuat Mas
Indra bangga padahal justru yang terjadi kebalikannya,
sebab barusan mengalami hal
yang paling asyik kemudian
turun ke yang biasa. Lasmi
dalam senggama berikutnya
bersama Mas Indra hampir- hampir tidak ada rasanya sama
sekali. Hanya gayanya saja
yang tetap meyakinkan bahwa
dia sudah terpuaskan dengan
Mas Indra, tapi kecuali sempat
terangsang sedikit Lasmi tidak sampai mengalami orgasme
dengan suaminya. Meskipun
begitu dia tidak penasaran
karena sudah terbayang
sepeninggal Mas Indra besok
pagi ke kantornya, dia akan minta lagi pada mertuanya
untuk meluapkan kerinduannya. Begitu, dalam enak
dirasakannya bersetubuh
dengan sang mertua yang
punya batang panjang bisa
mengilik jauh ke dalam
rahimnya, Lasmi praktis jadi ketagihan untuk mengulang
setiap kali ada kesempatan bisa
mencuri-curi

1 komentar: