4.18.2011

bersama om_om ganjen

Perkenalkan, namaku Santi.
Saat ini usiaku 21 tahun. Aku
sekarang berkuliah di
Universitas X di Jakarta. Aku
ingin menceritakan
pengalamanku pertama kali mengenal sex. Sebenarnya
pengalaman ini sudah lama
terjadi, yaitu ketika aku masih
kelas 2 SMA, tetapi aku baru
berani menceritakannya
sekarang. Ketika aku masih bersekolah di SMA X, aku punya
banyak sekali kesibukan seperti
les dan belajar kelompok.
Akibatnya, seringkali aku pulang
malam. Aku sendiri tidak takut,
karena sudah sering. Jika pulang malam, aku
menggunakan jasa ojek untuk
mengantarku ke rumah. Oya,
aku akan menceritakan diriku
terlebih dahulu. Saat itu, aku
berumur 16 tahun. Kulitku sawo matang seperti kebanyakan
gadis jawa, rambut lurus
panjang berwarna hitam
sepunggung. Bentuk fisikku
biasa saja, tinggi 163 cm
dengan berat 51 kg. Ukuran bra 34B. Ketika itu, aku belum
tahu tentang sex sama sekali.
Maklum, aku tinggal di
lingkungan yang baik-baik.
Kejadian yang mengubah
hidupku terjadi ketika suatu hari aku pulang dari rumah
temanku. Waktu itu sekitar
bulan November, ketika Jakarta
memasuki musim hujan. Aku
pulang dari rumah teman
sekitar jam 8 malam dengan menggunakan ojek. Aku selalu
memilih pengemudi ojek yang
tampangnya baik-baik.
Pengemudi ojek yang
kutumpangi kali ini sudah agak
tua kira-kira 40 tahunan dan tampangnya penuh senyum.
Sepanjang perjalanan dari
daerah Lenteng Agung ke
rumahku di Srengseng Sawah,
beliau mengajakku ngobrol
dengan sopan sambil melajukan motornya pelan-pelan. Namun di
tengah jalan hujan mulai turun
dan semakin deras. Bajuku
sudah setengah basah akibat
hujan dan tampaknya bapak
ojek ini, sebut saja Pak Amir (aku hingga kini tidak tahu
namanya), tidak membawa jas
hujan. Melihatku hampir kuyup
dan kedinginan, beliau
mengajakku berteduh terlebih
dahulu di pos ojek terdekat. Pos itu tidak seperti gubuk-
gubuk yang biasa dijadikan pos
ojek dan penerangannya cukup
baik. Di dalamnya terdapat dua
pengemudi ojek lain yang juga
menunggu hujan, sebut saja namanya Pak Doni dan Pak Budi
(aku hingga kini juga tidak tahu
nama mereka) yang usianya
kira-kira 30 tahunan. Pak Amir
memintaku masuk agak ke
dalam karena hujan sudah sangat deras. Sementara itu,
Pak Amir terlihat ngobrol
dengan Pak Doni dan Pak Budi
sambil sesekali melihat ke
arahku. Agak risih juga, karena
aku gadis seorang diri di sana sementara baju SMA ku yang
sudah lembab terlihat agak
transparan. Beberapa lama
kemudian, karena hujan belum
reda, Pak Doni menawarkan teh
manis hangat yang tersedia di pos tersebut. Tanpa curiga aku
meminumnya sementara mereka
melihatku sambil tersenyum.
Setelah itu, mereka
mengajakku ngobrol macam-
macam. Kira-kira 5 menit kemudian, aku mulai merasa
agak panas. Rasanya gerah
sekali bajuku, padahal masih
lembab. Anehnya aku juga mulai
berkeringat.
Mereka yang melihat reaksiku, berkata: “Kenapa neng, gerah ya?” “Iya nih pak”, jawabku “Buka saja neng bajunya”, timpal mereka lagi
Gila, yang benar saja. Aku diam
saja mendengar omongan
mereka, aku anggap hanya
lelucon orang dewasa. Tapi
beberapa saat kemudian, tangan mereka mulai nakal
menggerayangi pahaku yang
masih terbungkus rok abu-abu.
Aku yang semakin kepanasan
mencoba menepis tangan
mereka. “Ih, apa sih pak, jangan macam- macam ah”, kataku “Ga papa dong neng, sekali- sekali, ntar neng juga doyan
kok” Sial, berani benar mereka, aku
mencoba melawan dan teriak
minta tolong, tetapi karena
hujan sangat deras dan jalanan
sepi, tidak ada yang
mendengarku. Seketika itu juga, aku didorong hingga
rebah di dipan pos tersebut.
Tangan dan kakiku dipegangi.
Pak Amir berkata: “Neng, kalo neng diem, kita janji deh ga
bakalan bikin neng kesakitan,
malah kita puasin.” Aku diam saja melihat mereka,
pikiranku antara sadar dan
tidak, aku merasa kepanasan
seolah ikut bergairah meladeni
mereka. Pak Doni dan Pak Budi
mulai melepas kancing seragamku sedangkan pak Amir
menyingkap rokku dan
mengelus-elus pahaku.
Sekarang Mereka mulai
mencumbui daerah dadaku dan
pahaku. “Ahh, pak, jangan pak… saya belum pernah… ahh” Mereka malah semakin liar
menjilatinya. Pak Doni mulai
menggerayangi punggungku
mencari kancing bra, namun
anehnya aku malah ikut
mengangkat punggungku untuk membantunya.
Seketika itu juga dadaku
terpampang jelas di depan
mereka, menjulang keluar
seperti bukit, dengan puting
warna coklat muda. Pak Doni dan Pak Budi kemudian
menghisap putingku perlahan,
membuat putingku makin tegak
berdiri dengan keras. Jilatan
Pak Amir semakin nakal di CD
ku, kadang-kadang menyelinap ke balik CD ku yang sudah
basah membuatku semakin
kepanasan.
“ahh… Pak… Ouch…” kataku makin tak jelas,
sementara Pak Amir mulai
menarik CD ku. Aku mengangkat
pantatku untuk membantunya.
“Wah, cantik banget neng, memeknya. Masih perawan ya”, begitu kata beliau ketika
melihat memekku yang
berwarna merah muda dengan
bulu memek yang jarang dan
tampak mengkilat karena lendir
kewanitaanku, “sekarang saya bikin neng puas deh”, dan setelah itu beliau mulai menjilati
daerah pribadi saya. Saat itu,
saya berpikir saya sedang
dikerjai, tapi justru saya
menikmatinya. Ketika mereka
sudah tidak menahan tangan dan kaki saya, tangan saya
malah mulai ikut menekan-
nekan kepala pak Doni dan Pak
Budi sedangkan kaki saya
menjepit kepala Pak Amir seolah
ingin mendapatkan kenikmatan lebih.
“ahh… ahh… ahh” “Pak… ahh… enakh… trus..” aku meracau terus tanpa henti
ketika pak Amir memainkan
klitorisku “Ahhh… Pak… aku mau pipis… ah…” “Arrhhhh…” aku teriak sekencangnya ketika aku
orgasme untuk pertama
kalinya. Seketika itu badanku
lemas tidak bisa bergerak.
Sementara mereka malah
keenakan menjilati memekku bergantian, menghabiskan
lendir kewanitaanku yang
sudah banjir di rok. Kemudian
sisa bajuku dilepas semua
hingga aku bugil. Mereka juga
melepaskan baju mereka hingga kami berempat bugil di pos.
Waktu sudah sekitar jam 9
malam tapi hujan masih sangat
deras hingga tak ada
seorangpun di luar dan
menyadari kejadian ini. Mereka mulai merangsangiku lagi
dengan menjilatiku, kali ini Pak
Amir dan Pak Budi menjilati
putingku, sedangkan pak Doni
menjilati liang kewanitaanku.
Aku yang masih dibawah pengaruh obat perangsang
kembali bergairah menerima
perlakuan mereka.
“ahh… ahh… , udah ahh…” “jangan… trusin… ahhh” “emh.. pak… enak banget…” kataku tak karuan
Pak Doni menjawab, “Memekmu juga enak say” “ahh… ahh” aku menggelinjang menerima perlakuan mereka,
sekarang adegan yang
seharusnya pemerkosaan sudah
berubah menjadi adegan sex
yang kuinginkan lebih.
“ahhh… pak aku mau keluar…” Kali ini ketika mereka tahu aku
mau orgasme, mereka berhenti
merangsangku. Aku yang sudah
sangat horny sedikit kecewa
waktu itu, tapi Pak Doni malah
rebah di sampingku dan kedua pengojek lain menuntunku ke
atas tubuh Pak Doni. Ketika
bibir memekku tersentuh
kepala kontol Pak Doni, aku
merasa sangat terangsang.
Dalam keadaan terangsang berat, aku mulai memegang
kontol Pak Doni yang sudah
sangat besar, dan
memainkannya di bibir
memekku. Sesekali Pak Doni
menarikku hingga kepala kontolnya masuk ke memekku.
Sementara dua pengojek
lainnya masih memainkan
putingku dan bibirku. Aku
merasa sangat kenikmatan.
Kukocok kontolnya di ujung memekku, semakin lama ku
dorong semakin dalam dan
akhirnya..
“ahhh… ahhhh… ahhhhhhh” tembus sudah keperawananku.
Pak Doni mendiamkan batang
kontolnya sebentar,
membiarkanku beradaptasi
dengan benda besar di dalam
kemaluanku sambil menikmati pijatan dinding memekku yang
masih sangat rapat. Sesaat
kemudian Pak Doni mulai
menaik-turunkan badanku
hingga aku mendesah
keenakan. Lama kelamaan aku bisa mengocok kontolnya
dengan memekku sendiri.
“Ahhh… ahhh… cplok cplok… . ehhhhhggghhh…” begitu bunyi permainan kami.
“Enak banget memekmu, say. Masih rapet” kata Pak Doni yang kemudian menarikku dan
menghisap putingku.
“Hmmm ahhh… Ssshhhh enghhhhh… ahhhhh… awhhhh…” aku tak bisa berkata-kata lagi
karena terlalu keenakan
menikmati kontol Pak Doni. Pak
Amir mengocok batang
kontolnya melihat adegan kami,
sedangkan Pak Budi mencoba mengeksplorasi liang pantatku.
Beliau memasukkan jarinya.
“ahhh sakit pak… ahhh…” begitu kataku, ketika jari tengahnya
masuk.
“Sabar neng, nanti juga enak…” kata pak Budi, kemudian malah
memasukan batang kontolnya
yang besar ke anusku… tentu saja rasanya sangat sakit
“arrrghh… arkk sakit pak… sudah…” tapi beliau tak peduli, kontolnya terus dimasukkan
hingga dalam kemudian aku
dibiarkan istirahat dalam posisi
sandwich.
Setelah terbiasa, mereka
berdua mengocokku, aku seperti isi sandwich, Pak Doni
mengocok memekku dari bawah
sedangkan Pak Budi mengocok
anusku dari atas… aku teriak sejadi-jadinya antara keenakan
dan kesakitan… “arrrgghh… ahhh… ahhh…” “Owhhh… enakkk… . trusss… .. ssshshhhhhh… .” Pak Amir yang melihat adegan
kami dipanggil kedua rekannya,
“Pak, jangan bengong aja, ni masih nyisa satu lobang” sambil menunjuk mulutku
Selanjutnya Pak Amir
memasukkan kontolnya ke
mulutku hingga aku sesak
napas. Kepalaku ditariknya maju
mundur hingga ke tenggorokan. Aku semakin kewalahan
menghadapi nafsu binal mereka.
Semakin lama aku semakin tidak
sadar dengan apa yang ku
perbuat.
“Ahhh.. ahh…” desahku di antara hisapan kontol Pak Amir.
“ahhkk… neng enak banget memeknya…” kata Pak Doni “trus neng, jangan berhenti” kata Pak Amir
“Neng, bentar lagi keluar nih” kata Pak Budi
“Arrrrrhhhh… . ssshhhhh” Seluruh tubuhku terasa
bergetar… kemudian aku ambruk di atas pak Doni,
kukeluarkan seluruh lendir
kewanitaanku hampir
bersamaan dengan ketiga
orang itu mengeluarkan
spermanya di dalam tubuhku. ***
Sesaat kemudian aku tak
sadarkan diri. Ketika aku sadar,
aku sudah kembali berpakaian
dengan kusut. Seluruh tubuhku
lemas. Jam menunjukkan pukul setengah 11 malam. Memek dan
anusku masih penuh dengan
sperma mereka. 5 menit
kemudian ketika aku sudah
mampu berdiri, Pak Amir
mengantarku hingga ke rumah. Orangtuaku menanyaiku tetapi
aku telalu lelah sehingga aku
langsung masuk kamar dan
tidur. Begitulah pengalaman
pertamaku melakukan
hubungan sex dengan orang- orang yang hingga kini aku
sendiri tidak kenal. Sampai saat
ini, seringkali aku rindu
disetubuhi oleh tiga orang lagi
tapi aku masih tidak berani.

lasmi dan mertuanya

Lasmi adalah bekas istri
sepupuku yang bercerai karena
setelah setahun menikah
keduanya sudah tidak saling
cocok lagi. Maklum, mereka
menikah masih sangat muda, Lasmi 20 tahun sedang
sepupuku 22 tahun. Ditambah
lagi kedua orang tua sepupuku
kurang menyukai Lasmi karena
sekalipun cantik tapi Lasmi
dianggapnya bukan berasal dari keluarga ningrat. Setelah
bercerai Lasmi semula bekerja
di Panti Pijit tapi hanya
sebentar sebelum dia mendapat
pekerjaan sebagai staf
administrasi di sebuah kantor Swasta. Karena dia memang
cantik maka cepat saja dia
dapat menarik hati seorang
pemuda yang cukup kaya. Mas
Indra nama pemuda itu, anak
dari Direktur perusahaan itu yang tergila-gila pada Lasmi.
Akan tetapi yang pertama kali
tertarik pada Lasmi justru Pak
Suryo, ayah Mas Indra. Laki-laki
yang pernah menjadi langganan
pijit Lasmi ini rupanya ada hati pada janda cantik ini dan dialah
yang membujuk Lasmi untuk
bekerja sebagai staf di
kantornya. Lasmi sendiri tidak
mengira bahwa Mas Indra nekat
melamarnya sebagai istri tapi meskipun kurang sreg diterima
juga lamaran itu karena Mas
Indra orangnya cukup ramah
sehingga Lasmi juga cukup
senang. Apalagi berikutnya dia
juga sangat dimanja sekali oleh kedua mertua barunya di mana
dia diajak tinggal serumah. Tapi,
justru karena kelewat akrab
dan manja teristimewa dengan
Pak Suryo mertua lakinya maka
terjadilah kontak terlarang di antara keduanya. Pak Suryo adalah seorang
pengusaha yang cukup kaya.
Perusahaannya ada dua dan
untuk mengawasinya dia
berkantor di sebuah rumah
yang disewa tepat di sebelah kiri rumah tinggalnya sendiri,
sedang di sebelah kanannya lagi
adalah rumah yang
diperuntukkan bagi pasangan
Mas Indra dan Lasmi. Sementara
itu Bu Suryo mengusahakan sebuah Mini market yang juga
tidak jauh dari situ.Melihat dari
kesibukan tugas masing-masing
keluarga maka Lasmi memang
lebih banyak waktu berdua
dengan Pak Suryo. Karena selain masih tetap meneruskan
bekerja di kantor Pak Suryo,
Lasmi juga boleh dibilang tinggal
serumah dengan Boss yang
sudah jadi mertuanya ini.
Masing-masing rumah mereka hanya dibatasi oleh dinding dan
ada pintu penghubung yang
selalu terbuka diantaranya.
Nah, selain kesempatan selalu
bertemu yang leluasa, juga
sikap manja-manja genit Lasmi kepada mertua lakinya yang
kalau sedang bercanda berdua
sudah meningkat bebas terlupa
batas sampai saling berpeluk-
pelukan, tentu saja memancing
nafsu birahi terpendam sang mertua kepada menantunya ini.
Maklum kebiasaan genit
terpengaruh lingkungan Panti
Pijit masih melekat pada Lasmi,
teristimewa kepada laki-laki
setengah umur seusia Pak Suryo. Gairah kelelakian Pak Suryo
yang terpendam kepada Lasmi
memang menuntut karena sang
menantu makin dipandang
makin menggiurkan saja.
Ditahan makin lama makin meluap dan ketika dicoba
mengutarakannya dengan
memancing-mancing sambil
mengobral banyak pemberian
nampaknya tidak ada
penolakan dari Lasmi, dengan sendirinya kelanjutan ke arah
hubungan terlarang ini menjadi
semakin mulus. Tidak bisa disalahkan, Lasmi
yang latar belakangnya binal
kalau sudah terlalu dekat
apalagi sudah terlalu banyak
dibanjiri hadiah sang mertua,
maka kesadarannya pun cepat saja jadi buntu ketika itu. Jelas,
karena sebenarnya bukan baru
dimulai saat itu saja tapi dari
awalnya Lasmi memang sudah
diincar oleh Pak Suryo dan
Lasmi sendiri juga sudah menaruh perasaan tertarik
kepada bossnya yang simpatik
ini. Cuma saja karena keburu
diserobot duluan oleh Mas Indra
yang lebih ngotot maka
perasaan hati keduanya sempat tersendat dan
sekarang mulai terungkit
kembali. Menggelegak semakin
hari semakin matang sampai
kemudian di suatu sore yang
merupakan penentuan ketika Pak Suryo mencoba sedikit
nekat untuk menangkap
menantu cantik ini dalam
pelukannya tapi kali ini disertai
dengan menyosor bibir Lasmi. "Hffmm.. hghh.." Lasmi
mengejang tersumbat mulutnya
oleh lumatan nafsu Pak Suryo
tapi begitupun dia tidak
berontak. Ada beberapa saat
dia ikut terhanyut dalam asyiknya berciuman bergelut
lidah dan ketika cukup untuk
saling melepas, terlihat air
mukanya merah merona.
"Bapak nekatt.." komentarnya
malu-malu geli. "Abisnya kamu ngegemesin
Bapak sih.." Itu awal pertama percobaan
Pak Suryo. Tentu saja melihat
ada lampu hijau seperti ini jelas
membuatnya lebih berani lagi.
Dia sudah mulai mencari simpati
dengan cerita tentang Bu Suryo yang mulai kurang
memberinya kebutuhan
penyaluran seks. Dan ternyata
meskipun tidak terucapkan tapi
dari mimik wajah Lasmi
tertangkap oleh Pak Suryo bahwa sang menantu ini mulai
terpengaruh prihatin
kepadanya. Terbukti ketika
pada kesempatan hari
berikutnya dia mengulang lagi
memeluk dan mengajak berciuman tapi kali ini sambil
sebelah tangannya
menggerayangi bagian-bagian
kewanitaan Lasmi, mulai dari
kedua susunya sampai
kemudian menyusup ke selangkangan, meremas gemas
bukit vaginanya, lagi-lagi tidak
ada penolakan dari sang
menantu cantik ini. Seperti
yang pertama Lasmi juga
membiarkan sebentar dan ikut terhanyut oleh ajakan
berciuman yang hangat
bernafsu ini, hanya saja ketika
terasa akan terlupa daratan
segera dia minta melepas
ciuman. "Pak jangan sekarang.. Lasmi
takut kalo ketauan.." bisiknya
cemas karena sudah terasa jari
nakal Pak Suryo menyusup
mengorek-ngorek di celah
kemaluan di bagian klitorisnya. Mendapat peringatan ini Pak
Suryo pun seperti tersadar dan
melepaskan Lasmi.
"Heehh.. nanti kalau ada
kesempatan Bapak ke
kamarmu, ya?" katanya masih sempat memesan.
Lasmi hanya mengiyakan dan
segera berlalu dari situ
meninggalkan Pak Suryo yang
meskipun masih nampak
penasaran tapi dalam hatinya lega karena yakin bahwa pada
kesempatan berikut tentu dia
pasti dapat meniduri menantu
cantik ini. Suatu hari Mas Indra akan
dinas keluar kota, pagi-pagi
buta itu Lasmi sudah kembali
naik tidur setelah mengantar
Mas Indra cuma sampai di pintu
kamar untuk berangkat ke airport. Membanting tubuhnya
lemas karena Mas Indra masih
sempat mengajaknya bermain
cinta sesaat sebelum
berangkat.Ketika setengah
layap-layap itulah dia dihampiri Pak Suryo yang masuk ke
kamarnya tanpa
sepengetahuannya. Begitu
datang Pak Suryo yang
rupanya sudah lama menunggu
kesempatan baik ini langsung ikut naik berbaring dan mulai
menggerayangi tubuh Lasmi
yang masih bertelanjang bulat
dan hanya menutupi tubuh
atasnya dengan sehelai kain.
Lasmi sempat mengira bahwa itu Mas Indra lagi tapi segera
tersadar karena perbedaan
yang nyata di antara kedua
lelaki itu. Mas Indra agak kecil
sedang Pak Suryo yang pendek
itu besar gempal tubuhnya. Lasmi jadi kaget.
"Ehh Bapakk?! kaget aku Paak..
kirain siapa."
"Ah masak sama Bapak nggak
kenal, kan Bapak sudah pernah
bilang mau nyusul ke sini kalo ada kesempatan."
"Abis nggak kedengaran
masuknya, tapi Ibu mana Pak?"
kata Lasmi yang karena merasa
tidak bisa menghindar lagi, dia
bergerak bangun maksudnya akan mencuci dulu bekas-bekas
dengan Mas Indra.
"Ibu masih pules, nggak bakalan
tau kalau Bapak ke sini.." tukas
Pak Suryo yang rupanya sudah
tidak sabaran lagi langsung menahan Lasmi bangun. Tanpa memberi kesempatan
bicara bagi Lasmi, dia sudah
menyerbu perempuan itu
dengan bernafsu. Mencium
langsung melumat bibirnya
sambil dibarengi remasan- remasan gemas di mana pun
bagian tubuh sang menantu
yang cantik menggiurkan ini
terpegang tangannya. Lasmi
gelagapan sesaat, tapi lagi-lagi
dia mengalah mencoba mengerti emosi nafsu laki-laki setengah
umur yang menurut pengakuan
kepadanya sudah jarang diberi
penyaluran seks oleh istrinya.
Pasrah saja dia membiarkan
Pak Suryo dan malah ikut mengimbangi lumatan laki-laki
itu sama bernafsunya meskipun
kelanjutannya agak membuat
risih juga karena serbuan-
serbuan Pak Suryo benar-
benar kelewat rakus. Dari saling bertemu bibir ciuman Pak Suryo
menurun melanda kedua
susunya, di sini hanya berhenti
beberapa saat untuk mengisap
kedua puncak bukit kembar itu
dan sebentar menjilati putingnya lalu kemudian
diteruskan lebih ke bawah
melewati perut Lasmi yang
sudah menggembung empat
bulan itu sampai kemudian
mendarat di vaginanya. Ini yang agak terasa kurang
sreg bagi Lasmi karena Pak
Suryo seperti pura-pura lupa
bahwa lubang itu masih belum
sempat dicucinya, tapi dia enak
saja mengerjai bagian itu dengan jilatan-jilatannya
bahkan juga disedot-sedotnya.
Mau dia mencegah tapi Pak
Suryo masih lebih ngotot di situ
malah semakin coba ditolak,
semakin keras juga Pak Suryo bertahan. Terpaksa Lasmi diam
saja sampai akhirnya dia sendiri
terbawa tidak perduli karena
vaginanya yang dikerjai mulut
lelaki memang merangsang
nafsunya dengan cepat. "Aasshhg.. hngghh.. sshhg.."
kontan melintir, bergeliat-geliat
dia oleh kilikan jilatan di
klitorisnya yang begitu
menggelitik geli-geli enak dan
sodokan-sodokan ujung lidah di lubangnya yang begitu
membuatnya penasaran,
sementara Pak Suryo tambah
bersemangat memainkan
kepintaran mulutnya. Menyosor
seolah-olah ingin menyembunyikan wajahnya
tenggelam di lubang menganga
milik menantunya ini. Padahal
Lasmi baru saja terpuaskan
dalam sanggama bersama Mas
Indra, tapi rangsangan sang mertua ini begitu luar biasa
menaikkan kembali birahi
nafsunya seolah-olah tenaga
untuk bercinta datang berlipat
ganda. Masih beberapa saat
Pak Suryo membakar bara nafsu Lasmi, baru ketika
dilihatnya sang menantu cantik
ini sudah matang dituntut
birahinya di situlah Pak Suryo
berhenti dan mempersiapkan
batangannya. Sudah cukup tegang, tinggal membasahi
sedikit dengan ludahnya untuk
kemudian dituntun menempel di
mulut lubang, langsung ditusuk
masuk. "Hhgghh.." sekali lagi Lasmi
mengejang kali ini oleh sodokan
penis Pak Suryo. Tapi karena
sudah cukup siap dia bisa
langsung menerima batang
yang sebenarnya masih asing baginya. Malah tuntutannya
kepingin cepat terpenuhi, dia
pun ikut menyambut dengan
memutar pantatnya membuat
batang Pak Suryo terasa
seperti disedot masuk, cepat saja amblas ke mulut vagina
yang lapar itu. Tapi begitu
tertanam dalam, mulutnya
langsung menganga kaku
menahan pinggang Pak Suryo
agar sodokan jangan berlanjut dan ini dipenuhi Pak Suryo
karena memang batangnya
sudah tertanam habis.
Menunggu sesaat sampai Lasmi
kelihatan sudah agak
mengendor barulah Pak Suryo menyambung dengan gerak
memompa keluar masuk
penisnya pelan-pelan. Lasmi sendiri masih sedikit
tegang wajahnya dalam usaha
menyesuaikan diri dengan
sodokan-sodokan Pak Suryo
tapi cuma sebentar, karena
rasa baru yang diterimanya cepat saja membuainya, sama
cepat seperti barusan dia
dirangsang mulut Pak Suryo di
vaginanya. Ada yang luar biasa
pada milik mertuanya ini
sehingga Lasmi mengalihkan pandangannya ke bawah ingin
lebih jelas apa yang menjadi
penyebabnya. Karena bukan
hanya bisa membuat daya
rangsangan yang begitu besar
dengan teknik mulutnya tapi juga memberi pemenuhan yang
pas untuk tuntutannya. Yaitu
dari dalamnya batang yang
menyumbat lubang vaginanya
terasa ukurannya agak
berlebih dari yang biasa dialaminya dengan Mas Indra. Pak Suryo bisa membaca pikiran
Lasmi. Dia merenggang sedikit
dan mencabut batangnya agak
panjang memberi kesempatan
Lasmi memperhatikannya.
Meskipun tidak terlalu jelas karena ruangan hanya
diterangi lampu dinding kecil
tapi masih bisa tertangkap
mata Lasmi yang begitu melihat
langsung meringis wajahnya. "Hhssh Bapaakk.. dalemm
bangett Paak.." spontan keluar
komentar kagumnya
memaksudkan penis Pak Suryo
yang memang lebih panjang
meskipun tidak lebih besar dari milik Mas Indra. Memang, Lasmi
sudah pernah tidur dengan
beberapa lelaki tapi dia
mengakui juga ukuran penis
sang mertua yang cukup
mantap ini. "He.ehh.. tapi kan nggak sakit?"
kata Pak Suryo sambil
menurunkan tubuhnya agak
menempel karena khawatir
dengan ukuran panjangnya ini
Lasmi berubah pikiran minta batal sampai di sini. Padahal
tidak perlu. Lasmi cuma
berkomentar bukan berarti
ngeri. Justru dia merasa batang
itu memberi keasyikan lebih
dengan ukurannya yang tidak seperti biasa didapat dari
suaminya. Terbukti ketika Pak
Suryo mulai menggesek baru
dua tiga gerakan ternyata
sudah mendapat sambutan
menyenangkan dari si cantik yang segera jadi bergairah
merangkul leher Pak Suryo
berikut kedua kakinya naik
membelit paha sebagai tanda
bahwa dia menyukai disetubuhi
penis Pak Suryo ini. Inipun jelas terbaca dari mimik
muka Lasmi, malah tidak
sungkan-sungkan
mengutarakannya ketika
dipancing Pak Suryo yang
karena cukup berpengalaman jelas bisa membaca gelagat
Lasmi.
"Gimana rasanya.. sakit nggak?"
"Nggak.. enak malah Pak, geli
sampe ke dalem-dalem sini."
jawabnya sambil mengusap- usap perut atasnya.
"Apanya yang enak?"
"Ngg.. kontoll Bapak.." jawab
Lasmi genit-genit senang.
Mendengar ini tentu saja Pak
Suryo jadi lega dan leluasa sudah dia bermain menggoyang
penisnya yang disambut Lasmi
dengan juga mengimbangi
mengocok vaginanya. Masing-
masing tenggelam menikmati
asyiknya senggama dalam suasana yang cepat sekali
akrab, sama-sama lupa tentang
status hubungan mereka
antara anak menantu dan
mertuanya. Memang ada perbedaan pada
kedua lelaki lawan mainnya ini.
Bersama Mas Indra seperti
masih ada gengsi-gengsian yang
membatasinya kurang begitu
saling terbuka, tapi dengan Pak Suryo biarpun baru kali ini,
entah mungkin karena Lasmi
sudah biasa bermanja-manja
dengan pengalaman lalunya
yang umumnya laki-laki tua
berduit dan bersikap kebapakan, maka rasanya dia
tidak sungkan-sungkan dan
malu lagi mengutarakan apa
yang dialaminya saat ini,
teristimewa waktu mencapai
orgasmenya yang diikuti juga oleh Pak Suryo. "Paak ennakk Paak.. Iyya.. Duhh
Bapaak dalem bangett
masuknya Paakk.. Aaa.. dikorek-
korek gitu Lasmi pengenn
kluarrin.. Ayyo Pakk.. adduuh..
Iyya ayyo aahhgh.. sshgh.. hghrf.. ennaak punyamu Lass..
Bapakk juga kluaarr.. sshmmh.." Tapi hubungan lama-lama
semakin nekat. Tidak hanya
waktu suasana rumah sepi tapi
sekalipun suaminya sedang ada
di rumah pun Lasmi berani juga
mencuri-curi waktu bercinta dengan Pak Suryo.Ceritanya
hari itu menjelang maghrib Mas
Indra sudah berdua dengan
Lasmi di dalam kamar ketika
tidak lama kemudian Pak Suryo
pulang dari kerjanya. Seperti biasa Bu Suryo baru akan
pulang dari mini marketnya
menjelang larut malam. Kedua
pasangan muda itu sudah akan
bermain cinta, masing-masing
sudah saling terangsang dan baru saja akan mulai tiba-tiba
terdengar pintu kamar diketok.
Spontan Lasmi terburu-buru
berpakaian dan keluar dari
kamar, ternyata Pak Suryo
yang ada di depan situ. Dia rupanya akan meminta pijit dari
Lasmi tapi ketika diberi tahu
bahwa Mas Indra sedang ada di
kamar, Pak Suryo pun
membatalkan niatnya. Masuk ke kamar lagi Lasmi
langsung tersenyum geli kepada
Mas Indra.
"Barusan Bapak yang ngetok
pintu. Dia minta tolong dipijitin
tapi begitu kukasih tau Mas masih ada di kamar, Bapak jadi
batal."
"Oh ya? Ya udah, ke sana aja
dulu pijetin Bapak, nanti baru
ke sini lagi kan juga masih
sore." "Idih Mas gimana sih. Masak aku
musti ke sana duluan, lalu Mas
sendiri gimana dong?"
"Nggak gitu, soalnya barusan
kan Bapak mungkin lagi pegel
minta dipijit, kalo kamu nggak ngikutin kan nggak enak
jadinya."
Mendengar ini Lasmi berlagak
pasang muka ragu sebentar
tapi kemudian beranjak juga.
"Mas sih bukannya tadi-tadi ngasihnya.. Awas lho kalo aku
dateng lagi Mas nggak mau
ngasih, aku marah beneran."
katanya dengan mimik muka
cemberut tapi sebenarnya
dalam hati girang bukan main. "Nggak usah kuatir, pasti Mas
kasih kalo kamu abis dari sana."
Bukan main, gayanya seperti
berat terpaksa tapi
sebenarnya inilah yang
diharapkan Lasmi. Karena begitu menyusul Pak Suryo di
kamarnya dia sudah langsung
meloncat dan memeluk dengan
wajah girang. Pak Suryo sendiri
baru selesai membuka bajunya
tinggal celana dalam dan masih berdiri di samping tempat tidur
ketika itu. "Lo, lo, lo, kok cepet sekali ke
sininya. Gimana bilangnya sama
Indra?" tanya Pak Suryo heran.
"Las bilang aja terus terang
barusan Bapak manggil minta
dipijetin jadi Mas Indra ngasih ijin ke sini."
"Oh ya? Bukannya Bapak tadi
liat kamu lagi kusut, baru mau
maen apa udah selesai?"
"Tadinya emang mau maen, tapi
baru mau dimasukin udah keburu Bapak ngetok pintu.."
"Waduh maaf kalo gitu. Lagi
kepengen-kepengennya
langsung disetop begitu kan
penasaran."
"Malah kebeneran Pak.. kan terusannya bisa dapet ini yang
lebih mantep lagi." kata Lasmi
sambil menjulurkan tangannya
meremasi penis Pak Suryo.
"Jadi, lobang yang lagi
penasaran ini sekarang malah mau dikasih Bapak dulu, ya?"
tanya lagi Pak Suryo dengan
membalas meremasi gundukan
vagina Lasmi.
"Iya, iya Paak.. di situ yang aku
kepengenn sekalli.." baru diremas sebentar saja, Lasmi
yang memang sedang
terangsang penasaran sudah
langsung gemetaran suaranya,
"Ayoo Pak.. buka juga Bappak
punya.." lanjutnya dengan terburu-buru melepas bajunya. Pak Suryo menyusul hanya
tinggal melepas celana
dalamnya tapi Lasmi sudah lebih
dulu selesai. Dan baru saja penis
Pak Suryo bebas Lasmi sudah
berlutut, menangkap batang itu langsung mencaplok mengisap-
isapnya dengan rakus. Diserbu
rangsangan begini batang itu
cepat saja mengeras dan Lasmi
seperti tidak ingin membuang-
buang waktu. Dia naik duluan menelentang dan mengangkang
memasang vaginanya siap
untuk segera dimasuki. Sampai
di bagian ini semua memang bisa
serba cepat tapi pada giliran
batang akan dimasukkan mau tidak mau tempo harus
diperlambat. Sebab meskipun
sudah terbiasa tapi penis
ukuran lebih besar dari
suaminya ini tetap saja tidak
bisa langsung main tancap sekaligus. Perlu hati-hati dan
harus ada kerja sama untuk
saling menggesek dan memutar
membuat lebih licin dalam
beberapa waktu, sekalipun
rahang Lasmi sudah gemetaran kaku menunggu lewatnya masa
itu sebelum mendapatkan
rasanya. Tapi kalau batang
sudah tertancap dalam dan
Lasmi sudah bisa menyesuaikan
ukurannya. Hmm.. jangan bilang lagi nikmatnya. Langsung
gayanya berubah kontras
sewaktu mulai dipompa oleh Pak
Suryo. "Hhss.. aduuhh tobatt aku
Paak.. hahgh ooghh.. kontol kok
dalem sekali Pak.. tobat akuu..
ampun Bapaak, gedee sekalli
aduuh.. Pakk.." Nada suara Lasmi
merintih-rintih mengaduh ampun tobat, ditambah lagi
dengan gayanya yang meliuk-
liuk mata terbalik seperti orang
kesakitan, yang begini kalau
didengar dan dilihat Mas Indra
tentu akan menggiris karena mengira istrinya sudah tidak
tahan disiksa oleh Pak Suryo.
Apalagi kalau bisa melihat lebih
jelas bagaimana kewanitaan
sang istri yang sering diusapi
sayang itu, sekarang sampai sudah dipaksa mekar membulat
lantaran menampung besar
keliling batang dan itu pun
masih harus lagi disodok-sodok
kasar seperti tidak mengenal
belas kasihan. Tentu, kalau belum mengerti Mas Indra pasti
tambah menggiris melihatnya.
Padahal kebalikan dari ini justru
Lasmi sedang tenggelam dalam
nikmat yang mengasyikan saat
itu. Pak Suryo sudah hafal benar
gaya Lasmi, makin dipompa
keras makin dirasakan enak
bagi Lasmi, dan gaya ini juga
malah menimbulkan rangsangan
tersendiri bagi Pak Suryo untuk membawanya tiba menuju
puncak permainan bersama
Lasmi. Terlebih kalau Lasmi
sudah meminta tambahan
rangsangan baru di bagian
susunya, itu tanda dia sudah akan mendekati orgasmenya.
"Heg.. yaang kerass Pak.. shh
iya gittu.. aduh.. sshgh.. heehh..
ayyo.. ayoo Paak.. aahgh..
sshgh.. Iyya Pakk Laas udah
keluarr.. aduhh.. hghshh.. hrrgh.." Seiring remasan tangan Pak
Suryo di susunya diperkeras,
Lasmi pun tiba orgasmenya. Di
bagian ini nampaknya lebih sadis
lagi. Sebab buah dada yang
biasanya diperlakukan Mas Indra dengan gemas-gemas
sayang ini di tangan Pak Suryo
diremasi tidak tanggung-
tanggung lagi. Tidak ubahnya
seperti sedang menggilas baju
di papan cucian, kedua daging kenyal itu sampai meleot-leot
sesekali mencuat putingnya dari
sela-sela jari tangan besar Pak
Suryo. Malah waktu mengiringi
orgasmenya Lasmi terlonjak-
lonjak dengan dada membusung, di situ seolah-olah
tubuhnya terangkat-angkat
oleh tarikan Pak Suryo yang
mencengkeram kedua bukit
daging itu. Pokoknya jika bisa
melihat secara keseluruhan bagaimana cara Pak Suryo
mengasari istrinya, Mas Indra
bisa pingsan dibuatnya. Tapi
justru begini yang paling disukai
Lasmi karena dia merasa
seolah-olah seluruh kepuasannya dibetot keluar
tanpa tersisa. Rupanya 'kesadisan' Pak Suryo
belum selesai. Sesaat setelah
Lasmi selesai berorgasme maka
giliran Pak Suryo yang
mengambil bagiannya. Tapi
menjelang tiba di saat ejakulasinya tiba-tiba dia
mencabut batangnya dan
langsung tegak berlutut sambil
menarik kedua lengan Lasmi
membawanya terikut bangun
duduk. Lasmi sempat bingung tapi ketika Pak Suryo
menjambak rambutnya dan
menarik kepalanya
mendekatkan ke penisnya,
segera dia mengerti maksud
Pak Suryo, apalagi Pak Suryo juga menjelaskan lewat kata-
katanya. "Ayyo Las, isepin
Bapak sampe keluarr.." Tanpa
ragu-ragu Lasmi langsung
mencaplok dan melocok batang
itu dengan mulutnya. Tentu tidak bisa semua, hanya
tertampung bagian kepalanya
saja tapi ini sudah cukup bagi
Pak Suryo untuk bisa
menyalurkan kepuasannya. Dan
begitu kepala batang itu mengembang, sedetik kemudian
dia pun menyemburkan cairan
maninya tumpah di mulut Lasmi.
Agak tersekat Lasmi dengan
semprotan tiba-tiba ini, serasa
ingin mencabut kepalanya tapi tangan Pak Suryo menekan
kepalanya tidak ingin
melepaskan kuluman mulutnya
sehingga mani yang tumpah itu
pun tertelan semua oleh Lasmi.
Ini baru pertama kali dia melakukan hal ini sehingga
ketika permainan berakhir dan
Lasmi bisa melepas mulutnya,
langsung meringis aneh
mukanya. "Kenapa Las, nggak enak ya
rasanya?" tanya Pak Suryo geli.
"Asin rasanya Pak.." jawab Lasmi
terikut geli.
"Maaf ya? Terpaksa Bapak
tumpahin di mulut, soalnya kalo di lobangmu nanti bisa ketauan
sama Masmu."
"Nggak pa-pa, sekali-sekali buat
pengalaman baru kok.."
"Kalo sering-sering emang
kenapa?" "Ya bagaimana Bapak.. Emang
enak sih dikeluarin pake
mulut?" kata Lasmi dengan
bergerak bangun untuk ke
kamar mandi mencuci bekas-
bekas permainan ini. "Oo.. sama Lasmi sih pasti enak
aja." jawab Pak Suryo sambil
ikut bangun menyusul Lasmi. Selepas beristirahat sebentar
Lasmi pun kembali ke kamarnya
menemui suaminya. Tentu saja
dengan bersandiwara seolah-
olah dia tidak ada apa-apa
dengan permainan bersama Pak Suryo. Begitu datang dia
langsung menubruk Mas Indra
dengan gaya tidak sabaran
menggerayangi penis Mas Indra.
Jelas gaya yang membuat Mas
Indra bangga padahal justru yang terjadi kebalikannya,
sebab barusan mengalami hal
yang paling asyik kemudian
turun ke yang biasa. Lasmi
dalam senggama berikutnya
bersama Mas Indra hampir- hampir tidak ada rasanya sama
sekali. Hanya gayanya saja
yang tetap meyakinkan bahwa
dia sudah terpuaskan dengan
Mas Indra, tapi kecuali sempat
terangsang sedikit Lasmi tidak sampai mengalami orgasme
dengan suaminya. Meskipun
begitu dia tidak penasaran
karena sudah terbayang
sepeninggal Mas Indra besok
pagi ke kantornya, dia akan minta lagi pada mertuanya
untuk meluapkan kerinduannya. Begitu, dalam enak
dirasakannya bersetubuh
dengan sang mertua yang
punya batang panjang bisa
mengilik jauh ke dalam
rahimnya, Lasmi praktis jadi ketagihan untuk mengulang
setiap kali ada kesempatan bisa
mencuri-curi

4.07.2011

nikmatnya tubuh eva

selasa siang di bulan maret aku
terpaksa berteduh di sebuah
dealer motor kecil di cibubur.
hanya ada seorang gadis spg-
nya. namanya eva umur 24 thn,
gadis sunda yg manis. yang aku suka dari dia adalah bibirnya
yang agak besar, seksi dan
manis.
hampir sejam ngobrol akhirnya
hujan berhenti dan aku pulang
sambil meminta kartu namanya. singkat cerita kami sering
berhubungan lewat telpon. aku
terus terang ttg statusku yg
sdh
beristri tapi tampaknya tidak
masalah buat dia, katanya banyak berteman banyak
berkahnya.
tapi aku memintanya utk
menghubungiku hanya siang
dng alasan takut istriku salah
sangka. hubungan kami terus makin
akrab walau hanya lewat
telpon.
ada perasaan romantis setiap
kali berbicara ditelpon dng eva.
eva enak diajak ngobrol apapun pasti nyambung. eva pun
tampaknya menikmati
perhatianku. walau tinggalnya
tidak terlalu
jauh, aku biasa mengiriminya
kartu pos yang isnya seringkali memuji suaranya, bibirnya atau
alisnya yang tebal atau yang
isinya berupa ucapan
terimakasih atas persahabatan
unik kami. melihat tanggapan eva yg
hangat, aku yg mulanya iseng
mulai berpikir kenapa aku tidak
jadikan dia selingkuhanku. tiga
bln setelah pertemuan
pertama, aku mengajaknya ketemuan.
kami janji bertemu di mall
cijantung. rabu sore aku duduk di mcD
menunggu eva, jam 17.45 gadis
itu muncul. blue jeans ketat
membentuk pinggul, pantat dan
pahanya. dan t-shirt ketat
bertulis merk motor jepang membungkus tubuhnya.
buahdadanya terlihat sedang.
padahal yang paling aku kagumi
dari
wanita adalah buah dada yang
besar menantang seperti rizki pritasari. tapi it’ s oke mumpung eva menyukaiku. kami ngobrol dan seperti
pertemuan pertama gadis ini
mmg memikat saat sedang
“ribut”. sepanjang pertemuan itu eva
tidak menolak sewaktu
kupegang tangannya,
menyentuh kakinya.
dia bahkan melap mulutku yang
katanya belepotan saos. mendapat angin aku makin
yakin kalau ia mmg menyukaiku.
aku mengantarnya pulang
kekontrakannya di cibubur juga
(ortunya tinggal di
cengkareng). eva memintaku singgah
sebentar.kuterima ajakannya. rumahnya kecil ruangnya ada
tiga seperti umumya kontrakan
di jkt.
suasana romantis yang sdh
tercipta sejak di mall cijantung
tadi membuat udara di ruang tamu
menyesakkan dadaku. situasi
rumah memancing kelakianku.
aku harus mengakhiri
pertemuan ini dng kesan yang
dalam. mata eva menatapku berharap
aku memulai sesuatu. aku pura-pura mau kekamar
kecil. eva mengantarku
kedalam. ia berjalan didepanku.
sampai diruang tengah yg
adalah kamar tidurnya, kutarik
tangannya, tubuh kami berhadapan.
“kenapa mas?” aku tak menjawab
pertanyaannya, kutarik
tubuhnya, tdk ada perlawanan.
kucium bibirnya , kukulum
lembut, terasa aroma burger
dimulutnya. bibirnya yang seksi terasa
manis.
eva mulai membalas kulumanku,
lidahku menusuk menjelajahi
mulutnya. tubuhku terangsang pengakuan eva, ia belum
pernah bercinta, jadinya aku
merasa tertantang utk
membimbing dan
memberinya kepuasan yg tak
akan terlupa. lama kami berpagut, eva
menikmati pagutan panas kami.
aku merasakan tubuhnya
memanas. kulepas t-shirtnya, eva
menurut.
bh eva berwarna pink, seperti
yg kubayangkan susunya
sedang. agak menyembul
karena bh-nya yang agak ketat. kujilati
lehernya eva menggelinjang
kegelian. “EHHHH… GELI MAS…” pelukan
eva mengencang. ia mendesah-
desah lembut, “AAAHH… .. AAAHHHH… ..tubuhnya bergerak- gerak
erotis dlm pelukanku membuat
nafsuku terus bergerak naik. kulepas jeans-nya, eva pasrah
dia bahkan membantuku
melepas celananya. cd
berwarna hitam,
“hhhmmm… warna kusuka, seksi…” kubimbing tubuhnya ke kasur
yg terletak diujung ruangan,
(eva tdk punya ranjang)
kurebahkan tubuhnya. aku
tersenyum menatapnya. eva
membelai rambutku. “aku mencintaimu eva…” rayuku menciumi wajahnya
“eva juga mas… ” aku mulai bergerilya diatas
tubuhnya kujilati lagi lehernya,
bagian tubuh wanita yg paling
gampang membuat membuat
mereka kegelian. kutelusuri
dadanya menuju belahan susunya. tanganku
masuk kebalik bh-nya. kucubit
nakal putingnya, eva meringis,
mencubit pundakku.
kulepas bh-nya. sekarang
semua terpampang indah dihadapanku. kunikmati susu
itu, eva
mengelinjang keenakan.
darahku mendidih aku turun menjilati, menciumi
perutnya, kami terbawa suasan
panas. yg aku heran kok eva
membiarkan pintu rumahnya
terbuka dan tdk takut
ketahuan org lain. yang aku perhatikan ada
beberapa rumah lain dekat sini aku sampai di atas
selangkangannya. kutarik turun
pelan cd-nya tangan eva
berhenti
mremas-remas rambutku. dia
seperti menunggu sesuatu. pelan tapi pasti kulorotkan
sampai cd-nya terlepas.
kusergap selangkangannya dng
wajahku.
vaginanya kuoral. sedikit terpekik eva menjambak
rambutku. jambakan eva
membuatku bergairah.
kuisap, jilat bibir vagina dan
klitorisnya. lidahku menelusup
masuk keliangnya. eva menggelinjang, mengejang.
dan bergetar bergantian
desahannya berubah menjadi
erangan
cepat.
“EEENNNGGGHHHHH……… RRRRRR RGGGGGGHHHHHHHHH … . .. MASSSS…… .. OGGHHH… .” nafasku memburu, vagina eva
terasa gurih. tubuhku ikut
bergetar. nikmatnya vagina ini
rasanya lebih nikmat dari
vagina istriku yg mulai longgar
setelah melahirkan. dng sigap kubuka semua
pakaianku, sekarang akupun
telanjang bulat. kaki eva menjepit-jepit
kepalaku. gadis ini terangsang
hebat. tapi rasanya tidak adil
kalau
ia terbang sendiri.
kuputar tubuhku menjadi gaya 69. ******ku yg tegang
mengacung di wajahnya. eva
shock
sewaktu melihat ******ku, ia
terdiam, mungkin tdk tahu
harus melakukan apa. “pegang terus diremas sayang” ajarku.
agak lama baru eva mau
meremas-remas penisku. enak
ada sensasi nikmat
menyerangku. rasanya
lebih nikmat dr pada kuremas sendiri atau istriku yg
meremasnya.
pantatku bergoyang mengikuti
gerak jari-jari eva. lama-
kelamaan remasan eva makin
pintar dan lincah. ******ku menegang
terus dan terasa panas. kuteruskan oralku di
vaginanya, eva makin semangat
memaini batang kejantananku.
vaginanya
basah oleh liur dan lendir. aku sendiri tidak tahan lagi,
“isap sayang…” pintaku dng nada memelas. mungkin dlm
keadaan
fly, eva menurut saja,
dilahapnya ******ku.
pertama agak pelan ragu, tapi
kemudian eva jadi buas. aku sulit menggambarkan rasa
apa yg sedang menyerang
tubuhku. luarbiasa. kami
berpacu saling
memuaskan. gadis itu tdk perlu
diajar banyak utk menikmati anugerah seks ini. ******ku terasa penuh terasa
maniku mulai mengaliriku
batangku. sesaat gerakan eva
menggila
dan tangannya berhenti
meremas ******ku. dia akan orgasme. kuhentikan permainan binal
kami. kuputar tubuhku ke posisi
tradisional, eva tampaknya
keberatan.
wajahnya kelu nikmat. “jangan berhenti mas… .” suaranya berat. nafasnya tersenggal.
“kenapa sayang…?” enak ya..?” godaku
eva mengangguk malu sambil
menggigit dadaku.
aku tersentak, “jangan sayang nanti dilihat istriku”, tapi terlambat bekas merah
halus tergambar didadaku.
“kubalas kau..” kuisap belahan susunya, keras.. cupang merah
kini menghiasi susunya.
“kita harus bercinta sebelum cupangmu hilang” “kalo tidak ada bencana yg bakal menimpa
kita” kataku.
“Ngarang..” sambil agak menindih tubuhnya,
kubelai rambutnya.
“bolehkah perawanmu untukku sayang?” “mmgnya eva masih perawan skrg mas?” wajahnya agak heran.
“vaginamu dioral tdk berarti keperawananmu hilang” “tdk ada darah, yg ada hanya
lendirmu” eva memelukku, “aku suka pada mas sejak pertemuan
pertama dan tiga bulan ini telah
jatuh
cinta padamu mas”. “sekarang aku telanjang dihadapanmu, semua milikmu
mas” “aku sdh beristri” kataku “aku tidak cemburu padanya” jawabnya polos. inilah wanita, mereka memberi
seks agar mendapatkan cinta.
sedang pria memberi cinta utk
mendapatkan seks. kuciumi wajahnya, eva
membalas. birahi kami kembali
bangkit. kulit kami bergesekan
membawa
sensasi nokmat.
susunya hangat lembut dan kenyal menggosok dadaku.
“OOOOGGGGHHHHHHHHH… ..” aku mengerang nikmat
kami kembali tenggelam dlm
kemesuman. eva mengerang sewaktu jariku
menusuk vaginanya yg banjir.
kukocok tdk terlalu dalam, aku
tdk
ingin merobek selaputnya, biar
******ku yg merobeknya. “MAS… .. ENAKKKK… suaranya lirih. tubuh eva mmemanas, akupun
mendidih. kutuntun tangannya memegang
penisku. “bantu mas masuk ke vaginamu sayang..” eva meremas ******ku dan
mengarahkan ke vaginanya.
alat kelamin kami bersentuhan.
kepala batangku menyentuh
bibir vaginanya.
inilah pertamakali kami seutuhnya bersatu.
kudorong masuk ******ku
yang mengeras seperti batu.
mata eva terpajam sambil
menggigit bibirnya.
pelan… pelan… tertahan. vagina yg basah dan sdh terbuka itu
masih sempit utk di masuki kutarik keluar kemudian masuk,
terus berulang
“AAAGGGHH…’ AAAGGGHH” “AAAGGGGHHHH” eva berteriak tertahan setiap kali ******ku
mengocoknya. “SAKIT MAAASSS…” suaranya bercampur sakit dan enak
“MAS LEPAS” “JANGANNN…” tangannya menahan pantatku terus kukocok, pantatnya
bergerak maju mundur.
bercak darah segar menempel
di ******ku. akhirnya aku
mendapat keperawanannya. lewat 5 menit…” SLEEEPPP… .” penisku tertanam.
“OOOGGGHHHH… .”nikmatnya penisku tertanam, dinding nya
mengendut hangat, sebisa
mungkin
kutancapkan ******ku sampai
menyentuh dasar liangnya.
liang eva sempit tapi dalam, penisku yg panjangnya sedang
saja sekitar 15-16 cm
tenggelam
semua. tubuh eva mengejang bergetar,
ia menggigit lagi dadaku kali ini
agak dekat leher. tapi krn
sedang fly aku tidak peduli. setelah beberapa saat kami
meresapi setiap butir
kenikmatan. aku mulai
mengocok vaginanya. kami berburu dalam nafsu
birahi. aku seperti seorang joki
yang duduk diatas kuda.
sementara
eva menggelepar-gelepar
seperti ikan kehabisan air. kamar eva penuh dengan bau
mani, nafas yg memburudan
erangan. “PLAKK… CEEPLAK… CEPLAK. ..” suara air dan kulit bertepukan “OGGH… OGH..OGH.. hanya itu yg keluar dr mulutku berulang
ulang. pikiranku tersumbat
tubuhku melayang kesurga. eva tambah membuatku
bersemangat mencabulinya
dengan suaranya yang
merengek, mengerang
nikmat. berkali-kali ia
menceracau tak karuan. “HHOOOOOOGHHH…… ..MMMAAAAAS S… . EENNAAAKKK… . SAAA… KKKIITTT… “EEvVV… LLAAGGIII…… ..” “NNNNNNNGGGGGGGGHHHHHHH…… . .” setelah 10 menit yg rasanya
seperti sepuluh thn. tubuh eva
mengejang terdiam, suaranya
tersendat-sendat, “EGH… EGH… EGH…” eva memelukku erat. eva hampir sampai. kupercepat
kocokanku tubuhku ikutan
bergetar hebat. terasa maniku mengaliri
******ku, sebentar lagi aku
akan meledak. rasa nikmat
menjalar dari
batang ******ku kepaha
sampai ujung jariku, mengalir kesekujur tubuhku. inilah rasa
yg
sampai skrg tidak bisa
dijelaskan dan tak bernama.
geli, nikmat, ingin menangis,
lemas bercampur aduk. kemudian aku tak bisa
bergerak, tubuhku kejang
otakku berhenti bekerja. eva melenguh panjang,
“EEENNNNGGGGHHHHHH………… … ..” akupun menyusulnya,
“EENNNGGGHHHHHHHHH…… .. …” kami orgasme bersama. kami berpelukan. aku tetap
menindihnya tak ingin mencabut
senjataku dari liangnya.
kuseka keringat di wajahnya,
wajahnya tersenyum manis
memencarkan kenikmatan yg tiada tara. “terima kasih sayang”,Kau wanita yang hebat” “kau membawaku kesurga”, kukecup keningnya “mas aku cinta kau..jangan tinggalkan aku”suaranya lemah setelah kejadian malam itu, aku
menunggu utk menidurinya lagi

model amatir

Sore itu aku sedang menanti
rekanku Andi dan aku sedang
duduk bengong sendirian di teras
depan studionya... suasana akhir
November ini... di mana hujan
baru saja berhenti... jalanan depan masih basah... arlojiku
menunjukkan pukul 4.10 WIS
( Waktu Indonesia Surabaya ).
Hari itu emangnya sedang ada
janji untuk penerimaan anak
model... perlu aku ceritakan sedikit... temenku si Andi ini
adalah foto grapher untuk
boutique dan sering juga
menangani penyediaan model
untuk iklan baik di majalah
maupun brosur dan hari ini rencananya ada anak baru yang
ingin bergabung maka dari itu
kita sepakat untuk
mewawancarai dan melakukan
testing dan hal lain sesuai
standart Andi... emang gua pikirin... dia yang punya studio
sedang aku khan cuma temen
aja pangkatnya. Ada dua orang cewec naik Black
Astrea berhenti depan pagar
studio Andi... cewec yang duduk
di boncengan turun dan
menanyakan " Apa betu ini Andi
Studio ? " " Betul, kamu yang ada janji
dengan Bang Andi ya ? " tanyaku
sambil menyebut Andi Bang...
sesuai pesan dia.
" Iya... saya dan temen saya ada
janji ketemu dengan Bang Andi di sini sore ini, Bang Andinya ada ?
"
" Bang Andi belum dateng, lagi
cari film, kebetulan kehabisan
film, tunggu aja bentar juga
dateng... motornya masukin aja " jawabku sambil membuka pintu.
" Mas ini siapa ? " tanya yang
bawa sepeda motor sambil
dorong motornya memasuki
halaman studio.
" Saya cuman kacungnya... " jawabku asal. " Tunggu di dalem
aja, sekalian isi formulirnya dulu
ya " Singkat cerita mereka udah
duduk di sofa ruang tunggu
sambil mengisi formulir data
sheet yang dititipkan Andi untuk
diisi oleh semua calon modelnya.
Mereka menulis di meja sofa sehingga sedikitnya aku bisa lihat
pemandangan 4 gunung indah...
rasanya seperti dalam mimpi aja...
mereka tidak sadar dan aku
selalu pasang gaya serius tanpa
maksud... 4.37 WIS baru aku dengan Andi
datang dengan BMW kuningnya...
" Hai... udah lama nunggu ya ? "
katanya sambil terus ngloyor ke
studionya tanpa nunggu jawaban
dari yang ditanya. " Jos... , sudah kamu suru isi data
sheet form ? " teriaknya dari
dalam... " Udah lagi diisi... "
" Kalo udah sekalian kamu bantu
ukur mereka " maksudnya
ukuran badan untuk melengkapi form data sheet. Akupun segera
masuk ke studio untuk ambil
meteran jahit... " Anaknya kece
gara ? " tanya Andi. " Sip Ndi...
toketnya bagus dech... gue
sempet ngelihat sebentar... mo diacarain ? " tanyaku. " Boleh aja
cuman kalem ya... biar ngga'
nyolok ? " sahut Andi sambil
memasang film di cameranya.
" Okay siapa yang sudah selesai...
coba kamu siapa nama kamu yang pake kaos hijau ? " " Saya
Ditha Mas... " sahutnya. " Sini
kamu saya ukur dulu... sambil
nunggu temen kamu ngisi form "
AKu mulai melingkarkan meteran
kain di dadanya sambil menepatkan angka aku coba
baca... " 92 Cm " lalu aku tulis di
kolom Bust ( dada )... " 86 Cm "
aku tulis pada kolom waist
( pinggang ) dan untuk kolom
hips ( pinggul ) aku isi angka 96 Cm, Height 169 Cm... Ukuran gila
ini pikirku... paling tidak BHnya 36
B minimal ini... itu aja pasti
floating ( tumpah keluar ).
" Udah Joss... " tanya Andi saat
keluar ruang studio... dia mulai lihat pada catatan yang aku
buat " Masa dadanya 92 sich.... "
sambungnya. " Paling 90 kurang....
ngga' gede2 banget kok... kamu
ngukurnya ketat apa longgar ?
". Ya sepantasnya pas gitu " jawabku. " Coba meterannya "
dan Andipun mulai mengukur si
dada besar tadi.... rupanya dia
pengen juga nyenggol dan
merasakan si dada besar. Dia
coba dengan dipaksakan pada posisi 90 Cm, sampai dada
tersebut kelihatan banget
terjepit,, lalu dia goyang2 kanan
dan kiri, sampai dada itu
terguncang.... menrangsang
banget... " Sempit ngga' rasanya kalo segini ? " sambil pura2
nanya pada Ditha... " Iya rada
sempit " jawab Ditha polos. Andi
berusaha melonggarkan meteran
tapi tangan dia bagian
telapaknya sengaja dipaskan pada bulatan dada tersebut
sambil sedikit menekan... aku lihat
itu dan entah Ditha merasa apa
tidak EGP ajalah. Selesai dengan
mengukur... tiba2 tangan Andi
kedua-duanya meremas kedua dada besar tersebut sambil
bilang " Sorry ya... eh... dada
kamu ini besar dan emang 92 Cm
tapi sebaiknya kamu pake BH
kecilan dikit dech.... kamu pake
ukuran berapa ? ". 36 C " jawab Ditha. " Coba dech kamu pake 36
B " lanjut Andi sambil terus
meremas alus banget gayanya...
ngga' nyolok kalo lagi napsu. "
Sini dech ikut saya ke studio...
Jos loe selesaiin pengukuran temennya ya... gua mo langsung
shoot " kata Andi sambil menarik
tangan Ditha. Aku dengar dari
luar Andi amsih berceloteh soal
BH dan penampilan... ach no
reken ajalah... masih ada satu lagi... cukup gede juga nich
temennya...
Nuke... nama temen si dada
besar... ukurannya 90, 86, 92 dan
tinggi 171 Cm... ngga' kalah nich...
maka kalo Ditha dapat julukan si dada besar... maka Nuke
sebaiknya aku kasi julukan Big
Tits... artinya sama khan ? Selesai semua pengukuran aku
aja Nuke masuk studio... saat itu
Andi sedang memperbaiki gaya
Ditha untuk arsip shoot...
melengkapi data sheet...
pokoknya udah kaya' di majalah Playboy aja pake data sheet dan
photo segala... mana saat itu
photonya semi lagi... Ditha hanya
pake BH ( stock, bukan BH dia
waktu dateng dan emang di
studio udah banyak stock bikini dan lain-lain pakaian ) dan bagian
bawahnya ditutup kain sutra
tipis warna magentha... wak
terlambat gua... pasti Ditha udah
ditelanjangi ama si Andi... tapi biar
ach... gua juga remes2 dada si Nuke tadi coba praktekin teori
Andi pada Ditha. Lumayan konak
aku saat ngeremes tadi... mana
Nuke diem aja lagi... aku ngga
jelas Nuke takut, sungkan atau
sebaliknya menikmati remasanku... yang penting dapat
remasan dada gede sore ini dan
cukup lama lagi.
" Nuke kamu ganti baju kamu
dulu dech... " kataku mulai bikin
acara lanjutan... mumpung Andi lagi sibuk photoin Ditha... Aku
pilih2 baju dan costum yang ada
kali aja ada yang pas bisa buat...
ach bodo... pusing mikirnya...
sampe aku temu kaos gambar
Winny the Pooh warna putih tipis... " Ndi loe jadi buat photo
wet look ? " tanyaku asal sambil
coba kasi kode ke Andi. " Oo.. jadi
donk langsung aja sekarang suru
ganti kaosnya... iya itu yang loe
pengang itu aja suru pake... nanti Ditha gua ambilin yang di
ruangan sebelah " sahut Andi.
Nuke mulai membuka pakaiannya
satu per satu termasuk BHnya...
saat itu jantungku udah ngga'
karuan lagi... berdegub gila... dadanya gile banget... putingnya
tampak rata... warna rada pink...
ach... gila dech... aku tak kuat
untuk cerita di sini... karena
terlalu banyak dan cepatnya
otakku untuk mengurai lagi kata2... dan kecepatan ketikku
ini tidak mampu menampung
kata2 yang tersusun lagi...
pokoknya bayangin aja... toket
ukuran 90 Cm ring dada... BH 36
B, kulit warna putih... pokoknya gila abis dah... Dia mulai pakai
kaos pemberianku dan... " Yuk ke
kamar mandi untuk basahin
kaosnya... " Dia nurut aja... saat
itu emang kaosnya panjang
banget dan doi ngga' pake rok cuman CD dan kaos aja...
kebetulan CD doi warna putih
jadi pas banget dengan kaos
Poohnya. Sampe di kamar mandi
aku mulai ambil gayung air dan
bilang " Sorry ya... kalo dingin bilang... " langsung aku guyur dia
pas di bagian dadanya... Aku
sengaja siram agak banyak dan
dia melompat kedinginan terus
terang aja kamar mandinya khan
nyambung dengan studio dan studio itu pake AC dingin
banget... dari siang udah nyala...
jadi airnya juga ikut dingin. "
Okay sini aku bantu " aku mulai
ngelus dadanya karena ada
bagian yang menggelembung isi angin... khan jadi toketnya ngga'
kelihatan becetak di kaos... sambil
neken... aku rasakan rabaan di
dadanya dan walau dingin
seeerrrr juga.... dia masih diem
nurut... aku elus terus berputar- putar di dadanya... aku alasan
kalo supaya tampak benar
bercetak.... makanya harus
ditempelin semua permukaan
kaos ke kulit.... Sudahannya aku
seperti melihat di telanjang polos karena betul-betul bsah kuyup
dia... saat itu barangku udah
ngga' keruan lagi... full konak...
mana tahan.... sakit rasanya... aku
masih berusaha mengusap
dadanya sedikit meremas... walaupun sudah complit tercetak
seluruh badannya di kaos Pooh
tadi... aku baru tersadar sejenak
saat mendengar dia mulai
mendesah.... ( saking asyiknya
lupa kalo udah cukup lama dan gilanya dia diem aja terus )...
saat itu baru aku berhenti dan
bilang udah kayaknya pas
sekarang... " Mas... tangannya
tadi anget banget di dada saya "
katanya perlahan hampir tak terdengar. Saat kami keluar
kamar mandi... dia berpegangan
lenganku yang kanan... mungkin
masih terlena dengan kemesraan
barusan... ( kali aja... mana aku
tau ???? ). Saat ini mereka sedang dalam
pemotretan wet look... kaos
mereka basah total... dada
mereka tercetak abis... seakan
telanjang... meriamku konaknya
minta ampun. Aku beranjak ke kamar mandi mo pipis saking
ngga' kuatnya melihat
pemandangan yang menguras
tenaga... detak jantungku sudah
seperti apa tau...
Di kamar mandi sekalian pipis aku check meriam jagurku... busyet...
palanya merah banget
meradang... seperti jamur
kesukaan Sammy ( yang punya
HP ini )... orang lain boleh saja
bangga dengan ukuran diameter atau panjang meriam... tapi
bagiku... kepala meriam adalah
segalanya... ngga' salah kalo
Sammy suka banget sama jamur
( mushroom )... abis pipis aku cuci
dulu Kabag Meriam ( Kepala Bagian Meriam )... sudah itu aku
basahi juga celanaku dengan air
segayung... " Aduh... basah dech...
" celetukku pura-pura tidak
sengaja...
Aku keluar kamar mandi dengan hanya mengenakan CD dan
pakaian atas... sedang celena
panjangku sengaja aku tenteng...
aku jalan melewati kedua mahluk
halus tersebut... aku cari hair
dryer untuk mengeringkan celana panjangku.
Saat melewati mereka... mata
mereka berdua seakan terpaku
pada si Kabag tadi... terpesona
kali... baru sekali ini lihat Kabag
begitu menggoda... " Kok kaos kaki dimasukkin CD sich Mas... "
celetuk Ditha...
" Ini asli lho... bukan gulungan
kaos kaki... ngga' percaya ? "
balasku menantang... " Kamu
semua belum tau Jossy punya.... kaya' jamur... kepalanya gede
banget... sampe menuh-menuhin
bungkusnya... " sambung Andi.
" Kasi unjuk Joss... biar mereka
tau " lanjut Andi lagi... Akupun
datang menghampiri mereka yang sedang pada pose duduk di
lantai, aku berdiri pas di depan
mereka.... dengan mata melotot
keduanya memandang Kabagku...
" Hhhhhgghhh..... " terdengar
helaan nafas Nuke. " Gila banget... baru kali ini gue lihat... " ucap
Ditha ngga' dapat melanjutkan
kata-katanya karena tertegun
abis. " Kalo mo pegang silahkan...
mumpung masih baru... yang ini
dijamin halal... " kataku. Tangan Nuke hampir saja diraihkan pada
Kabag... tapi urung karena masih
malu kali. " Udah Nuk... terusin
aja... boleh khan Mas... " lanjut
Ditha.
" Sini tangan kamu kalo ragu dengan apa yang kamu lihat "
Kataku sambil langsung meraih
tangan Nuke. Pleeek... aku
letakkan tangan Nuke pada
seluruh batang tubuh... meriamku.
Shock tampak dari sorot mata Nuke. tiga jenak kemudian aku
rasakan jemari Nuke mulai
bergerak lembut seakan memijit
batang meriamku... untuk lebih
meyakinkan kali ya.
" Gila banget Dit... " komentar Nuke. " Mas... boleh lihat ya...
masa dari tadi Mas-Mas ini lihatin
kita kaya' gini... biar fair dan seri
ya... " pinta Ditha. Andi yang
sedari tadi udah ngga' ketahaan
tampaknya.... langsung aja maju dan... " Okey kalo kamu semua mo
bikin seri, kita buka semua
pakaian masing-masing " sambil
melepas kaos Andi maju
menghampiri posisi pemotretan. Kita berempat telah telanjang
bulat... saling pandang saling
bengong... kaya'nya mereka ini
juga belum senior banget. Badan
mereka indah sekali... entah
bagaimana melukiskannya dengan kata-kata... kamu semua
bayangin aja sendiri. Aku yang
sudah dari tadi konak... meriamku
sudah mengacung posisi jam 11
demikian juga dengan Andi... " Kok
kalian sama sich... sudah pada siap tempur semua... kita mo
diapain... kok anunya sudah kaya'
gitu ? " tanya Nuke sediit ngeri.
Dalam kepolosan itu kami berdua
tidak dapat lagi menyembunyikan
ketegangan kami yang memuncak. Kami mulai pilih
masing-masing pasangan... aku
dapat Nuke Andi dapat Ditha
langsung kami peluk dan aku
mulai menghunjami dengan
ciuman mautku yang terkenal dengan sebutan ciuman bidadari
pencabut sukma... demikian
julukan dari Sammy... < terus terang aku dan Sammy berteman dan sempat beberapa kali aku ikut pesta Sammy dan beberapa kali pula Sammy sempat merasakan ciuman mautku, sampe-sampe dia memberi julukan seperti itu... karena katanya terlalu melenakan dan membawa korban ke langit gelap >. Tampak Nuke
mulai memejamkan mata... persis
dengan apa yang dilakukan
Sammy pada saat menerima
ciuman pertama dariku. Lama
kami berciuman... tapi bagiku lama dan sebentar bukanlah ukuran
untuk menghanyutkan korban...
melainkan kwalitas dari ciuman
dan aliran emosi yang
terkandung di dalamnya... "
Mhhhh.... " desahku sambil bergetar kecil... menambah
hangatnya suasana dan
melenakan Nuke. Sementara itu
Andi dan Ditha sudah sabil
meremas dan bergumul di lantai
studio.. panas aku melihatnya dan sengaja aku arahkan
pandangan Nuke supaya dia
makin terpengaruh... Lima belas menit kira-kira kami
bergumul... aku lihat Andi mulai
berganti posisi 69 dan aku mulai
makin spaneng... votageku mulai
tinggi... aku berusaha berdiri...
menuntun Nuke mendekati pasangan Andi dan Ditha...
Kamipun lalu membentuk formasi
bujur sangkar. Aku hisap milik
Ditha, Ditha hisap meriam Andi,
Andi memasukan lidahnya pada
lobang Nuke dan Nukenya malah asyik menjilatin dua peluru
meriamku... sambil tangan kirinya
memainkan Kabagku... entah
berapa puluh bahkan may be
ribu jenak kemudian aku
mengusulkan ganti posisi... Sekarang giliranku menyerang
Nuke... Nuke ke Andi... Andi
memainkan clits Ditha dan Ditha
langsung memasukkan Kabagku
dalam mulutnya yang diawali
dengan jilatan rata pada Kabag. " Gile.... Joss... loe punya sakit
mulut gue... sempit masuknya
kemulut gue... " kata Ditha, yang
lalu disahutin Nuke " Salah loe
sendiri... dari tadi gue cuman
berani ngejilatin aja... mo masukin kemulut ngeri robek mulut gue. "
" Aduh gimana rasanya kalo
dimasukin dalam anu ya ? "
tanya Ditha... " Kaya'nya bakalan
penuh lobang gue... entar cowoc
gue tau lagi gue abis kesruduk gajah. " lanjut Ditha.
" Emang cowoc loe punya segede
apa sich Dit ? " tanyaku
menyelidik. " Gede sich... panjang
lagi... " Ditha bilang " Tapi loe
punya ini... gile... kepalanya bener-bener besar kepala ".
" Ya udah jangan loe puji terus
ntar aja dicoba... makin loe puji
makin besar kepada dia nanti "
sahutku membahas meriamku.
Nuke udah ngga' kuat rasanya... dia langsung bilang dan minta
duluan... " Joss gue pengen
cobain sekarang... kaya'nya
dengan banjir gini gue bisa nahan
loe punya. ". Aku bergerak untuk
ambil ancang-ancang, Nuke aku sandarin pada bantal besar di
situ.... dengan posisi dia di
bawah... aku mulai jongkok untuk
siap menyerang.... tampak
memang barang Nuke telah
basah kuyup.... aku sentuh dulu dengan jari-jari kiriku.... hangat
dan basah total... tangan
kananku membimbing meriamku
dan aku tempelkan pada gua
garba Nuke... hangat terasa...
lembab... basah... jantungku saat itu sudah kaga' keruan lagi
bedegupnya... maklum mo
nyantap cewec kencur yang
bodynya ajubile...
Bleee...sssssssssssssshhhhhg...
pelan namun pasti aku benamkan langsung 3/4 bagiannya... aku
tarik sampe Kabag... lalu berhenti
biar Nuke sempat menikmati
pembukaan itu... persembahan
kepala besar.... merem meringis...
dan entah apa lagi expresi Nuke saat itu aku bingung antara
sakit nikmat dan gejolak yang
tidak tertahankan.... "
Hhhhhhhhgg....... " helaan nafas
Nuke terdengar... " Aduh gile Dit
rasanya.... " kata Nuke sambil mengeleng-geleng kepala seperti
orang yang pasrah tak sanggup
berujar.... Aku mulai tekan lagi,
kali ini langsung diteruskan
dengan manuver berputar saat
mentok... berasa sekali ujung goa Nuke.... grek... kena loe.... pikirku....
" Eeemmmmmhhhhhhhhhh....
hhhhhhehhhhh.... " erang Nuke
saat kayuhan mentok tersebut...
tangannya langsung merangkulku
erat... akupun masih terus menusuk-nusuk Nuke sambil
manuver... beberapapuluh
sodokan aku ayunkan pada posisi
itu sebelum aku cabut dan
menuntun Nuke ke kursi sofa
yang ada di runag studio itu... Aku suruh Nuke meletakkan kaki
kanannya di atas dudukan sofa
dan kaki kirinya tetap di bawah
sedang tangannya bertumpu
pada sandaran sofa... posisi
pantatnya nungging mempesona... aku mulai lagi mengarahkan
meriamku pada sasaran....
bleeeeeshhh.... mulai masuk dan
beberapa goyang maju mundur
standart mengawali permainan...
aku bungkukkan badan untuk meraih si Big Tits... dapet... dan
aku mulai meremas lembut sambil
terus menggoyang maju mundur
dan sesekali aku sendok ke atas
untuk memberi shock terapi.... "
Hhhgg... " itu saja yang sempat keluar dari mulut Nuke di sela
erangan-erangannya... yang
terus meluncur... tanpa henti...
Aku geser dengan tanpa
mencabut dulu meriam
terbenam... aku suruh Nuke tiduran di atas sandaran sofa...
dan kakinya masih menggantung
di lantai.... aku lanjutkan sodokan
dari arah belakang... kali ini lebih
tenang karena pegangan Nuke
cukup... akupun mulai mengayun keras... kemudian... setelah
beberapa menit aku cabut dan
tiduran di sofa... selonjor kakiku
ke bawah dan aku minta Nuke
duduk di atasku... Nuke
melakukannya dengan membelakangiku... pelan-pelan dia
memasukkan dengan bantuan
bimbingan tangannya... lama juga
kami bergoyang di posisi itu
sampe Nuke menggelinjang
tegang... " Joss.... ak... aku keluar .... achhhh......
emmmhhhhhhhh.......... aduh Joss.......
enak banget......... ehhhhk... "
erangnya yang aku sambut
dengan sodokan makin keras dan
kuremas pinggulnya.... aku coba bangkit dan meremas dadanya...
sambil menekan tubuhnya lebih
kebawab... biar mentook... "
Eeeeehhhhmmmmmmmmmmm.................
hhhhheeeeeeeechhhhhhhhhh.....emmmmmm.......
acchhhhhh....... aduuuuuuhhhh.......hhhhh " itu saja
yang terus keluar dari mulutnya
sedari tadi. Tampaknya Nuke
sudah lunas. Kali ini dia cabut dan
berbalik arah menghadapku
kembali dia masukkan meriamku ke dalamnya. Permainan kali ini
berawal lamban dan beberapa
goyangan berlalu makin cepat
Nuke memutar pinggulnya yang
aku iringi dengan dengan
sodokan memutar dan ke atas. Tanganku kedua-duanya asyik
meremas Big Tits.... memilih
putingnya.... dan sesekali naik ke
pundaknya.... balik lagi ke dada....
" Addduuuu........uhhhhhhh.... keluar
lagi ni " katanya setelah beberapa menit aktif di
panggung politik dengan
manuver-manuver canggihnya.
Aku masih tegar dan belum ada
rencana upload sperma ke Home
Page Nuke. " Gile... lemes gue udah dua kali.... " katanya sambil
terengah-engah... " Dit loe
gimana ? " tanya Nuke melihat
temennya lagi digoyang keras
banget sama Andi... batang Andi
emang panjang banget... sehingga dia bisa menarik jauh dan
menyodok dalam.... sampai
terdengar suara Ditha " Hek...
heeekkkk " berkali-kali. " Ditha
kita keuar bareng yuk..... " ajak
Andi... " Gue udah ngga' bisa keluar lagi kaya'nya udah tiga
kali Bang... " sahut Ditha...
creeethh... crrreeeee thhhhh.....
Andi keluar tanpa dibarengi
Ditha. Merekapun ngegelosor
berduaan di lantai.... Andi tampak sekali kelelahan. Sedang Nuke
mulai mencoba menggoyang
sekali lagi dengan sisa
tenaganya... " Nuk kamu di bawah
aja... " kataku dan Nukepun
pindah kelantai... aku mulai menghunjam keras milik Nuke...
dengan bertumpu pada kedua
lenganku... sehingga membentuk
segitiga... kakiku lurus ke
belakang... ayunan lurus jarak
panjang..... sampe mentok.... aku ayun cepat.... dalam... hunjaman
luruh.... tanpa kombinasi... terus...
terus... terus... terus... terus...
terus... terus... dan terus... tapi
belum juga keluar sampe Nuke
teriak " Aaaaaaaacccccc...... chhhhhhhh....... " sambil badannya
menggelinjang hebat.... aku masih
dalam gaya yang sama dan "
Aaaaacccccchhhhhhhhhhh........
ahhhh...... aaaaahhhhhhhhh.......
aaaaaaaccccccc.... hhhhhhhhhh................hhhhhhhhh
aaahhhhhhhh........ " itu erangan
panjang yang aku pernah dengar
dari seorang gadis yang aku
setubuhi selama ini... sering sudah
aku bikin puas cewec... tapi erangan klimaksnya tidak
sepanjang ini. " Aduh........
hhhhheeeeeeee.........eeeeeeeehhhhh
" Lemes sudah tampaknya si
Nuke abis keluar orgasme
panjang seperti itu. Aku masih menindihnya walau
tidak menggoyang lagi... takut dia
ngilu... dan aku peluk dia dengan
penuh kasih..... rasanya aku
sayang banget dengan dia....
wajah mudanya tampak tak berdaya... beberapa jenak
kemudian aku bangkit dan
mencabut meriamku yang belum
selesai bertempur... aku lihat
Ditha setengah tertidur... aku
hampiri dia dan aku belai rambutnya yang acak menutup
sebagian wajahnya... " Dit... "
panggilku perlahan... Tidak
menyahut dia... tapi tangannya
merangkul ke tengkukku... sambil
bermalas-malasan.... aku ambil lap camera yang ada dekat kakiku...
aku keringkan milik Ditha...
Setelah kering aku coba
sorongkan meriamku langsung...
masih tegak gagah perkasa dia...
sebelum masuk aku gosokdulu di depan lobang buaya... lalu dep...
bleeesssshhhh.... Kabag mulai
menengok ke dalam...
blleeeeeeeessssssshhhhhhh
semuanya sisa meriam aku
benamkan pada tusukan kedua... pelan sambil kupeluk Ditha... aku
goyang pelan sekali.... tenang....
terus sampai lama sekali.... aku
merasakan kemesraan yang
dalam..... hangat.... dadanya... yang
lebih besar dari punya Nuke.... sesak mendorong di dada
bidangku... lamunanku berputar
sambil meriamku terus mengucek
milik Ditha... yang bikin aku makin
panas adalah membayangkan
Ditha yang pasrah dan penuh kehangatan dalam dekapan dan
goyanganku ini ternyata masih
baru merayakan ulang tahun
yang ke 17 beberapa hari lalu...
itu aku lihat dari data sheetnya
sebelum main tadi. Perasaan bermain dengan anak kecil yang
baru tumbuh.... hangat.... dan lain-
lainnya yang mengangkat
imajinasiku semakin tinggi
membuat aku mulai kewalahan
mengatur nafsuku sendiri... rupanya aku telah terangsang
oleh imajinasiku sendiri.... maka
sebelum akhir dari semua
demonstrasi ini aku percepat dan
kusodok abis dengan manuver-
manuver tingkat tinggi. Byaaaarrrrrr........... jebol juga
pertahananku... tapi pada saat
yang sama aku lihat Ditha juga
mengejang dan mencengkeram
pundakku makin keras... aku
tahan terus.... tambah cepat sodokan... dan akuirnya berhasil
juga aku upload spermaku ke
Home Page Ditha... sementara
Ditha mulai delete sperma hasil
upload dan yang lainnya karena
tampaknya terlalu banyak yang harus ditampung dalam
buffernya... hingga tertumpah
sebagian .... meleleh
keselangkangannya di antara
kedua paha mulusnya.... lalu aku
cabut karena ingin membagi sisa file ( baca : sperma ) ke Home
Page Nuke... Nuke masih
mengangkang pada posisi seperti
waktu aku log off tadi... blesshhh
sisa tegang masih dapat
menembus main frame Nuke... dan aku kucek-kucek sejenak... dan
tidur lemas tanpa mencabut
batangku dari Nuke.... Nuke sesekali dengan lemas
masih berusaha membelaiku... "
Terima kasih Joss.... baru kali ini
aku merasakan yang seperti ini...
nikmat sekali... biasanya aku
ngga' pernah nyampe yang seperti tadi... kaya' kesetrum "
kata dia perlahan sambil merem.
Kamipun tertidur berempat...
sampe sadar-sadar ketika nuke
mengeliat dan... aku lihat arlojiku
sudah menunjukan jam 10.25... dingin terasa menusuk... karena
telanjang dan keringat telah
lama mengering dari tubuh kami...
lalu aku bangun dan disusul
dengan Nuke... berdiri dan kami
hendak membasuh tubuh yang penat ini dengan air hangat di
shower kamar mandi studio.
Sebentar di kamar mandi dengan
tetap berpelukan dan saling
menyabun badan yang lain... air
hangat shower tetap mengucur... tiba-tiba pintu terbuka dan Andi
tampak menggendong Ditha
masuk... " Join donk " kata Andi...
lalu kami mandi berempat... " Ndi...
loe pake dech shower ini aku mo
di corner bath tub aja dech... " kataku... lalu aku nyalakan air
hangat di bath tub... aku isi
dengan shower gel ( sambun
khusus untuk bath tub ) aku
aduk sampai buihnya banyak...
Aku dan Nuke masuk... tak lama kemudian disusul oleh Andi dan
Ditha... kami berempat... beendam
dalam satu bath tub... emang
bath tubnya gede banget
karena bukan beli jadi... kaya'nya
pesenan... soalnya dari batu granit dan muat untuk orang
lima... sekeluarga kali.
Berempat kami ulangi lagi
permainan tadi sampe perut kami
terasa perih... baru kami basuh
badan dan ganti pakaian... lalu keluar cari makan dengan tubuh
lemes banget.

pak ujang

Nama ku vivi (nama samaran), aq 23 tahun, chinese, 165 cm, 52 kg, perawakkanku langsing dengan kulit putih rambut pirang sebahu, aq terbilang cantik, dan aq bangga akan keindahan tubuhku yang selalu dengan telaten aq rawat dan akan aq persembahkan kepada suamiku, keluargaku biasa memanggilku dengan nama cinta, aq ibu rumah tangga, baru menikah +/- 1 tahun. Ko Andi (nama samaran) Suamiku pekerja keras dan termasuk workakholic, sehari harinya habis waktunya di depan komputer asik mengutak atik desain bangunan. aq sangat mengenal dan mencintai suamiku, seperti pasangan muda pada umumnya kagiatan kami pada awal2 pernikahan selalu disibukan dengan kegiatan bercinta, tiada hari tanpa bercinta dan aq selalu dibuatnya puas, kadang kami bercinta di dapur, kamar mandi dan disetipa tempat sudut rumah, sehingga aq selalu teringat apabila keruangan tersebut kami pernah berinta di sana. sampai suatu hari suami ku memanggil aq dan dengan sabar
dan penuh cinta membelaiku, aq masih ingat itu haru ulang tahunku dibulan februari 2010, aq terharu dia begitu mengingat hari2 istimewa kami, seperti hari pernikahan,hari ulahku, dll. Kembali ke acara perayaan ultah ku yang hanya ada kami berdua, “Cin… kamu jangan kaget ya, kakak pikir kamu harus mulai mengetahuinya sekarang,”ada apa sih kak?? emang ada apa? tanyaku. Kakak tadi tes ke dokter spesialis androlog untuk mengetahui kesuburan benih kakak, kamu tau kan kalau selama ini sudah 1 tahun kita menikah tapi kamu belum hamil, (suamiku terlihat lesu dan tertunduk) dari hasil tes ternyata kakak mandul,sperma kakak tidak mengandung zigot untuk membuat mu hamil.” Jujur pada saat itu aq sangat langsung memeluk suamiku karena dia menangis, aq membelai rambutnya dan sangat menyayanginya, aq sangat mencintainya, aq memberikan harapan² dan pikiran positif untuk membesarkan hatinya, kami mulai mencari cari majalah dan situs di internet mengenai cara dan metode yang dapat meningkatkan kesuburan laki². Sebulan..dua bulan berlalu… ., satu tahunpun telah lewat, ko andi tembah terlihat putusasa, dia menengglamkan diri dalam pekerjaannya. Semakin lama dia semakin cuek pada diriku, aq mengerti perasaan dan kekecewaan pada dirinya sendiri, aq terus mnoba memberikan dukungan moral, tapi justru dari hari kehari ko andi semakin mengucilkan dirinya dan menjauhi diriku. Lama kelamaan aq menjadi ga tau harus berbuat apa, aq hanya terdiam dan menyibukkan diri dengan kegiatan sebagai ibu rumah tangga, masak memasak menjadi pilihanku. Pagi dansiang hari rumahku selalu ramai dikunjungi ibu²yang mau belajar masak lauk pauk dan kue, selain menambah pendapatan aq, juga mnghibur diriku yang merasa sepi dikucilkan suamiku, aq selalu tertawa terpingkal pingkal melihat ulah anak² nakal yg ikut serta diajak mamanya, aq pngn memiliki anak yang lincah seperti mereka, aq selalu berkata seperti itu dalam hatiku. aq perhatikan semakin lama ibu² yang datang belajat semakin banyak, suamiku sendiri setiap hari tingkahnya menjadi jadi, sering pulang tengah malam, aq sering takut ditinggal sendiri dirumah apabila telah malam, rumah telah sepi, hanya ada aq sendiri dan televisi yang menemaniku, seringaq tertidur di kursi sofa ruang tamu, aq sering menangis
sendiri mengingat ko andi yang tega membuatku merasa sendiri
dan sepi, kalaupun dia pulang tengahmalampun aq sapa dan aq sediakan makan malam walaupun ia diam seribu bahasa. aq menghibur hatiku dengan gelak tawa ibu² dan anak² mereka kesokkan harinya, tapi aq selalu takut apabila sore danmalam menjelang karena aq akan sepi sendiri lagi. Suatu pagi aq terbangun menyusuri perkarangan rumah dan sekitar rumah kami, aq mulai melihat dan menyadari suasana rumahku semraut, banyak tanaman dan rumput liar tumbuh di perkarangan rumahku, tanaman dan bunga² kesayanganku mulai banyak yang ayu dan mati, padahal aq sangat suka bunga². aq memutuskan harus mencari seorang tukang kebun, malam hari suamiku pulang aq segera mengutarakan isi hatikukepada suamiku, tapi seperti biasanya ditanggapi dengan dingin. Besoknya pagi² aq memutuskan pergi ke surat kabar harian setempat memasang iklan “mencari tukang kebun yang berpengalaman”aq mulai gelisah saat sudah memasuki hari ketiga belum jugaada yang datang melamar menjadi tukang
kebun. Esoknya dihari keempat sore sekitar jam 5 datang seorang bapak yang aq pikir umurnya sekitar 55 tahunan, orangnya lusuh dan dekil dengan wajah memelas, aq pikir dia adalah pengemis dan segera aq kasih uang 10 ribu, tapi dia tersenum, bapak itu malah bertanya, apa ini rumah bapak andi? iya jawab saya, ada apa pak? tanyaku berbalik. Bapak ingin bekerja jadi tukang kebun disini seperti yang terpasang diiklan koran ini nak… Awalnya aq menolak karena penampilannya yang udah dekil dan bau, tapi ntah kenapa aq kasihan melihat bapak itu, aq bertanya” emang bapak sanggup bekerja? nama bapak siapa?, jawab bapak itu, nama saya ujang, iya bapak masih kuat kerja kok nak… hanya saja bapak sekarang belum makan, bapak boleh minta makan? Setelah berpikir sejenak aq mempersilahkan bapak ujang masuk, aq mempersilahkannya untuk duduk”tapi bapak punya rumah dimana?tanyaku, Rumah Bapak di Sulawesi, Bapak kesini mencari kerja, tapi yang ada malah ga bisa pulang lagi ke Sulawesi, bapak ga pnya istri dan anak, karena semasa muda bapak dihabiskan dengan merantau ke mana mana, bapak suka berjalan sesuka hati kemana aja, tapi ya beginilah nak, ternyata baak tua dijalan, umur makin hari makin bertambah, fisik bapak semakin berkurang. Bapak merasa sudah saat nya bapak mencari pekerjaan yang menetap, maaf kalau oleh berarti bapak harus menginap di rumah ini kalau anak mengijinkan (kepala pak ujang tertunduk). Aq tidak berani ambil keputusan pak, ntar aq harus tanya suamiku dulu ya jawabku, sementara bapak malam ini tinggal aja disini, ntar aq ambilkan handuk, dan peralatan mandi untuk bapak. aq segera kembali membawa peralatan mandi pak ujang dan pak ujang segera membersihkan tubuhnya, aq mencari cari baju bekas yang sudah lama tidak dipakai suamiku karena aqmelihat baju pak ujang udah kumal dan tidak
membawa baju yang layak dipakai lagi, bila ia kerja ditempatku tentu ia harus bersih kan pikirku. Pak ujang, ini bajunya ya diganti, kalau mau dicukur jangut ma kumis pak ujang ini pisau cukurnya ya (aq mngambil pisau cukur suamiku yang tidak terpakai lagi tapi aq tau masih cukup baru), pak ujang tersenyum melihatku dan mengambilnya dengan segan, aq bertanya, kenapa pak? kok tersenyum? ada yg lucu yaaq sambut juga dengan tersenyum”. Ga kok, bapak udah lama ga menerima kebaikkan seperti ini… ohhhh jangan begitu pak, aq sudah biasa sebagai ruinitas melayanin suami seperti ini, jadi aq tau keperluan laki² seperti apa jawabku singkat. aq segera menuju ruang tamu menonton teleisi sementara pak
ujang membersihkan dirinya, hari mulai malam sekitar jam 19.00 wib, aq mulai menyiapkan makanan. Aq tersenyum melihat pak ujang telah rapi dan bersih,
janggutnya telah tidak ada lagi, tapi kok kumisnyamasih ada sih pak ? tanyaku? bapak ga percaya diri kalau ga ada kumis ini nak “jawab pak ujang, aq mempersilahkan dia makan, ayo pak, makan dulu ya, yang kenyang ya” senyumku. pak ujang mulai menyendok nasi dan
gulai kemudian duduk dilantai, aq agak risih melihatnya duduk dilantai sementara aq duduk dimeja, karena pak ujang tidak mau duduk dimeja sama sepertiku. Kebiasaanku memakai rok mini atau celana pendek dirumah membuatku tidak sadar kalau sekarang ada laki² lain dalam rumah ini yang memperhatikanku, sambil makan
kami asik bercerita mengenai riwayat hidup pak ujang, aq baru tersadar dan malu saat melihat sorot matanya ke bawah meja, saat itu aq memakai rok jeans mini, aq merapatkan kakiku, pak ujang terlihat maalu karena aq tau arah matanya yang menatap paha dalamku, suasana terasa mencair dan akrab karena pak ujang pandai membuatku tertawa dan tersenyum saat kami saling bicara di meja makan walaupun makan telah uasai, pak ujang tetap duduk dilantai. jam menunjukkan pukul 10 malam, ga terasa ya pak ujang sekarang dah malam, aq mau tdur, kamar bapak dibelakang ya pak… kami pun bergerak ke kamar kami masing², jam 02 dini hari suamiku pulang dan lgsung tertidur, besoknya saat makan pagi aq perkenalkan suamiku dengan pak ujang. tapi seperti yang aq duga ditanggapi dengan hambar dan suamiku langsung pergi keluar rumah, aq menghela nafas. aq memutuskan seminggu ini aq ingin istirahat dan santai, aq menelpon ibu² bahwa seminggu ke depan tidak ada latihan memasak. aq ingin membersihkan isi roumah agar rapi dan indah, sementara pak ujang tanpa perlu aq suruh² lagi pagi² jam 7 sudah mulai membersihkan dan merapikan tanaman, memberikan pupuk dan menebang dahan yang lapuk sementara aq membersihkan rumah .aq merasasangat senang karena ada yang menemani pekerjaanku di saat² penat aq duduk di teras rumah memperhatikan pak ujang yang sedang bekerja, aq mulai suka dengan pribadi pak ujang yang pandai mencari cerita dan bahan tertawaan, banyak dari pengalaman hidupnya yang cukup menggelikan dan menakutkan seperti dikejar preman, pamongpraja, dll,aq jadi larut dalamceritanya, kadang hampir keluar air mata inikarena sedih, tapi juga kadang karena tertawa terpingkal pingkal. tapi seperti malam tadi aq perhatikan pak ujang selalu melirik tubuhku , aq memakai celana sangatpendek sepangkal paha dan tanktop yang apabila menunduk akan terlihat payudaraku, tentu aq harus menjaga sikap yang sopan. Capek aq segera mandi dan masuk ke kamar mandi dan tidur, dikamar mandi aq membuka seluruh bajuku dan meletakkannya di ember pakaian bekas selesai mandi aq masuk kekamar tidur, aq bisa melihat pak ujang masih sibuk bekerja, aq tertidur akhirnya… . Aq terbangun jam 4 sore, tidak terasa aq telah tertidur +/- 1 jam, aq lihat pak ujang masih membersihkan rumput dari daun² kering dan ranting² bekas potongan tadi, pak ujang berjalan menuju pohon mangga, ohhh tidak aq tidak sengaja melihat dia membuka resleting celananya dan ia mengeluarkan kejantanannya untuk buang air kecil, awalnya aq malu, tapi aq penasaran, karena selama ini belum pernah melihat kejantanan laki² lain selain milik suamiku, aq betul² kaget, milik pak ujang cukup besar pdahal itu pada saat dia buang air kecil, bagaimana kalau lagi ereksi ya “batinku… aq melihat sampai diaselesai buang air kecil dan menyimpan kembali kjantanannya dalam celananya. Penglihatan tadi cukup membuat ku terganggu, selama ini aq belum pernah melihat yang gagah seperti tadi, belum lagi udah setahun ini aq tidak pernah melakukan hubungan intim dengan suamiku. Ntah kenapa aq mulai masuk ke kamar mandi aq ingin membersihkan kewanitaanku yang mulai basah. dikamar mandi aq ambil tissue dan membersihkan
kewanitaanku,tapi kemudian mataku menangkap yang lain, aq mlihat ada noda putih di celana dalam dalam ember cucian ku, aq ambil dan aq lihat lebih dekat, aq atu apa ini pikirku… .ini sperma… tapi kan suamiku ga ada, siapa ya yang buang spermanya di celana dalamku, pikiranku segera tertuju dengan pak ujang, aq mulai gelisah dan takut. hari mulai malam, sekitar jam 6 sore mati lampu, aq paling tidak nyaman kalau lampu mati. Pakk ujannhgg panggilku, pak tolong idupin lampu emergency ya, iya nak “jawab pak ujang, aqmenunggu tapi lampu emergency ga juga menyala, napa sih pak, kok belum idup”tanyaku???ga tau juga ya nak..jawab pak ujang. Aqbaru teringat kalau lampu itu belum pernah dicas karena memang tidak pernah mati lampu. Akhirnyaaq mmutuskan penerangan menggunakan lilin. pak ujang duduk di lantai, sementara aq duduk di sofa, aq berbicara ttg apa aja dg pak ujang ttg apa aja, dan jjur sangat menyenangkan, aq lupa kalau tertawa pahaku kadang terangkat dan terbuka, lama² aq suka melihatnya penasaran mengintip kewanitaanku, aq melihat duduknya mulai gelisah. pak ujang jagan panggil nak, panggil aq cinta ya pak..iya non cnta kata pak ujang, pak ujang, cnta udah mau tidur, pak ujang mau tdur? tanyaku, iya non tidur aja, bapak juga mau masuk kamar, lalu kami masuk ke kamar masing². Lampu
juga tidak kunjung menyala, mulai gelisah, hujan mulai turun tambah deras disertai petir menyambar, ketakutanku makin
menjadi jadi, aq berpikir lebih baik panggil pak ujang buat menjagaku. ketakutanku membuat aq lupa menganti baju dan hanya memakai baju piyama (tentu memakai pakaian dalam) dengan tali tengah melingkari pinggulku Tok tok tok rok tok… aq mengtuk pintu kamar pak ujang..ga berapa lama pak ujang membuka pintu, samar²terlihat pak ujang keluar memakai sarung, maaf pak menganggu, aq takut dan ga bisa tdur pak… pak ujang jaga aq ya (aq berkata penuh harap), pak ujang terlihat bingung, mksud non cnta apa ya… bapak udah ngantuk mau tidur..”jawabnya, ya udahpak, kalau boleh aq tidur diatas bapak tidur dibawah ya… jawabku sekenanya. Pak ujang mempersilahkan aq tiur dikasurnya dan dia tidur beralaskan tikar di lantai, aq suka tidur menyamping, tapi aq juga ga bisa tidur, mungkin karena suasana kamar yang sumpek berbeda dengan kamarku yang wangi dan sejuk. Hujan semakin deras dengan petir yang menggelegar. samar²aq merasakan ranjang tempatku tidur mulai bergerak naik turun seakan akan ada yang menaiki , ntah kenapa aq masih bepura pura tidur, hatiku mengatakan pak ujang mulai bertingkah, salahku aq berbisik dalam hati, sekarang sudah terlambat, mungkin dia sudah sangat nafsu dengan aq pikirku.
aq masih coba² berpurapura tidur. Pelan² piyamaku terasa itarik dibagian kaki sampai pinggul sehingga buah pantatku pasti terlihat oleh pak ujang. aq merasakan hembusan nafasnya dipantat dan selangkanganku, ohhhh tidakkk yang aq takutkan mulai terjadi, lidah dan kumis pak ujang menyapu vaginaku dengan lembut dan hangat, begitu lama dan lembut dia menjilat vaginaku, yg aq heran kan aq pake celana dalam(terakhir aq baru tau kalau celana dalam ku diguntingnya dibagian vagina ku) lidah itu menerobos memasuki lubang vaginaku, lidahnyaterasa kasar dan besar, vaginaku mulai terasa basah, tapi aq menyembunyikan kenikmatan ini, aq masih bersikap seolah olah tertidur, kira² setngah jam kemudian aq merasakan kejantanannya mulai
digesek gesekkan ke pantatku, bagaimana dia mengawiniku kalau posisi durku menyamping begini ?”tanyaku dalam hati, jawabnya segera aq temukan, pelan² vaginaku ditekan rudalnya yang hangat,awalnya aq deg²an tapi kemdian berubah menjadi panik, aq merasa rudalnya sangat besar, vaginaku seakan akan terbelah sangat nyeriii””aq mengigit bibirku sendiri, rudal itu sangat keras dan berdenyut denyut, aq khawatir vaginaku tidak dapat menampung rudalnya, rudal itu terus memasuki diriku tanpa ampun, terasa seluruh dinding vaginaku sesak oleh desakan rudalnya, terusssss… . jauh memasuki tubuhku sampai dibagian yang belum pernah dimasuki oleh suamiku, ohh tidakkkk!!!!desisku dalam hati, nikmatnya luar biasa, terus masuk sampai mentok ke rahimku,,,, panjang banget!!!! pak ujang menghentikan tusukkannya setelah meyentuh rahimku, sambil \kelamin kami menyatu dia tidur disampingku tanpa bergerak, rupanya dia ingin menikmati saat² menyatunya kelamin kami, lama aq menunggu apa yang akan dilakukan nyalagipada kelaminku, terasa rudalnya makin mengeras dan berdenyutdenyut kencang dalam vaginaku, sementara vaginaku mulai bertambah basah, dia sengaja mempermainkanku desisku dalam hati. kira² 15 menit kemudian pak ujang mulai menaik dan memasukkan rudalnya, aq ingin merintih dan mjerit nikmat tapi tertahan krn menjaga harga diriku, aq menikmati vaginaku dikawini dengan lembut dan mesra . Rudalnya begitu pelan dan lembut keluar masuk mengawini kelamin betinaku, ntah mengapa aq menangis pelan, pak ujang mengetahuinya dan mengusap air mataku, semua sudah terjadi’ kata ku dalam hati… . sambil mengawiniaq dengan lembut pak ujang menciumku, aq mulai membuka mataku menatap sayu ke mata pak ujang. kemudian aq menatap ke bawah melihat vaginaku yang putih sedang proses dikawini rudak pak ujang yang hitam besar, aq takjud melihat ukurannya rudalnya, pantas vaginaku terasa sakit sekali, ukurannya sangat besar dan bengkok ke atas. Pelan² ya pak lirihku pada pak ujang, aq mulai merubah posisi menjadi terlentang sehingga pak ujang lebih leluasa mengawiniku..aq tidak malu²lagi, aq mulai menjerit nikmat saat pak ujang menarik dan menusuk vaginaku dengan agak cepat. pak ujang berkata”memek non sempit banget,putih lagi, bapak suka, memek non tebel banget”aq tambah horny di katakan seperti itu, +/- jam pak ujang mengawiniku, pakkk desisku… cinta mau dibuahi sama pak ujang… .cnta mau hamil pak… beri cinta anak please… . Aq kaget pak ujang dengan semangat memompa vaginaku dengan cepat dan menyemburkan spermanya , vaginaku terasa hangat… nonnn kntol bapak tidak akan bapak cabut ampe pagi ya biar non bisa hamil… (kelamin kami menyatu sampe pagi ) kami kemudian tertidur. Dini hari aq terbangun dan panik karena tau jam segini biasanya dia udah pulang, tapi bgtu akan bangun trasa ada yang menempel, aq lihat rudal pak ujang masih dalam vaginaku, aq coba lepas tapi malah membuat pak ujang terbangun, pak please nanti suamiku tau, rupanya grakannku yang menarik vaginaku untuk melepas rudalnya membuat rudalnya bangun, dengan cepat rudalnya mengeras, aq terpekik saat aq ditarik dan dipeluknya dengan kuat aq dikawini sampe aq terkencing kencing (krn aq menahan pipis), pak ujang menyuruhku brjalan dengan pelan ke kamarku sambil mengawini diriku, pelan² jalanku satu² langkah ke kamar tidurku, terlihat suamiku tertidur pulas, aq disuruh mngangkat kakiku sebelah dan menaruhnya di atas meja rias sehingga aq berdiri dalam possisi kaki mengangkang sebelah, aq melihat suamiku tertidur pulas di depanku… .kira² 10 menit kemudian rahimku kembali dibuahi pak ujang, aq mengejang nikmat menikmati klimaksku… dan tertidurdi ranjangku. sedangkan pak ujang kembali ke kamarnya

4.06.2011

memuaskan birahi lina

Suatu saat, begitu Lina selesai
mengantar suaminya ke
bandara karena suaminya ada
urusan bisnis ke luar negeri,
maka diapun menelepon aku. ”Mia, aku sudah siap nich……” katanya
”Siap apaan Lin?” tanyaku pura-pura.
”Ala, pura-pura lu, itu tuh, suamiku baru saja aku anter ke
bandara karena ada urusan
bisnis di Jepang selama tiga
minggu, asik kaannn… Jadi rencana kita untuk ber-three
in one dengan temen suami lu,
siapa namanya tuh, Edo ya?
bisa kita laksanakan” jawabnya. ”OK boss! Ntar aku telepon dulu ke Rado” kataku. Singkat cerita, pagi itu juga
aku telepon ke Edo supaya
datang ke rumah Lina, aku
sudah menunggu disana. Aku
tidak peduli bagaimana caranya
dia minta ijin meninggalkan kantor, yang penting segera
datang. Habis penting bener sih. Setelah aku menyerahkan
anakku ke pembantu supaya
diajak ke rumah mertua,
segera aku cabut ke rumah
Lina di bilangan Tebet. Dalam
perjalanan, sambil menyetir mobil aku sudah membayangkan
bagaimana nanti aku akan
memainkan perananku dalam
persetubuhan secara three in
one tersebut. Jangan dikira aku
tidak berdebar-debar menghadapi situasi ini, sebab
inilah pertama kali aku akan
melakukan persetubuhan
secara three in one dengan
satu orang laki-laki dan dua
orang wanita yang terus terang baru pernah aku
saksikan di film-film biru atau
baca baca di cyber porn. Ketika aku tiba disana, mobil
langsung kumasukkan ke garasi
yang terbuka. Ternyata Edo
belum datang. ”Kebetulan! Ada waktu untuk menenangkan diri” batinku dalam hati. Ternyata Lina juga idem
denganku. Malah kelihatan
sekali bahwa tangannya
gemetar waktu dia menyiapkan
minuman. ”Kamu kok kelihatan nerveous begitu sih Lin?” tanyaku pura- pura bersikap tenang.
”Jangan ngeledek, aku kan baru mau kali ini berselingkuh
dengan laki-laki lain” jawabnya sambil pura-pura melotot. Lina sebenarnya wanita yang
agak pemalu, walaupun kalau
menceritakan soal keinginannya
bersetubuh dengan laki-laki
yang mempunyai kontol besar,
malah jadi malu-maluin. Tubuhnya tinggi semampai, lebih
tinggi dari rata rata wanita
Indonesia. Kulitnya mulus,
berwarna kuning langsat,
wajahnya bernuansa oriental
meskipun bukan keturunan Chinese. Tapi herannya kenapa
susunya besar ya? Biasanya
tipe-tipe seperti itu kan
susunya cenderung kecil.
Ukuran bra-nya 34C. Aku tahu
sebab pernah beberapa kali belanja pakaian dalam bersama
dia. Pentilnya berwarna
kecoklatan sedangkan rambut-
rambut jembutnya tidak begitu
lebat, aku tahu itu sebab
pernah mandi bersama setelah berenang di kolam renang
belakang rumahnya. Perutnya
rata bener, pantaslah, karena
belum punya anak walaupun
sudah tiga tahun menikah,
sedangkan pahanya, alamak, betul-betul paha peragawati,
mulus sekali! Belum lagi matanya
yang redup sayu membuat laki-
laki yang ditatapnya merasa
seperti dipanggil untuk
mendekat. Pantaslah kalau orang sekaya Aryo (nama
suaminya) begitu bernafsu
untuk memperistrinya. Tapi
nafsu seksnya itu lho, betul-
betul luar biasa. Aku pernah
diajak bermain lesbian bersamanya sehabis mandi
bersama tempo hari. Tapi aku
tolak secara halus, karena aku
lebih suka bersetubuh dengan
laki-laki, dan diapun mengerti.
Apalagi setelah aku ceritain nikmatnya kontol Ki Alugoro
dan kontol Edo. Singkat cerita, setengah jam
kemudian datanglah Edo sang
Arjuna. Buru-buru aku bukain
sendiri pintu pagar halaman
walaupun sebenarnya pintu itu
bisa dibuka jarak jauh dengan remote. Lina memang sengaja
meliburkan pembantu-pembantu
dan satpamnya hari itu. ”Hello, yang..” sapanya mesra. ”Ayo, masuk” jawabku sambil senyum.
”Sudah ditunggu lho..” bisikku sambil bergelayut di bahunya. Sampai di ruang tamu tak
kudapati Lina. ”Kemana dia?” pikirku dalam hati. Setelah menyuruh Edo duduk,
buru-buru aku ke ruang dalam.
Ternyata Lina sedang berganti
pakaian. Dengan rok mini
berwarna putih dipadu T-shirt
tank top ketat berwarna biru gelap menampilkan sosok
tubuhnya yang bak bidadari.
Susunya yang besar terlihat
bergelayutan seakan akan mau
meloncat dari dalam T-shirt
nya. Rupanya dia sengaja tidak memakai bra, sehingga pentil
susunya kelihatan jelas
tercetak di depan mata.
Pahanya yang mulus
terpampang hampir tiga
perempatnya. Apalagi dengan berlian yang ditindikkan di
pusarnya sebentar-sebentar
berkilauan bila dia
menggerakkan tubuhnya. ”Excellent…!” pekikku lirih. ”Sssstttt……” jawabnya lirih. ”Ayo…” ajaknya sambil wajahnya kelihatan agak kemerah-
merahan.
”Sebentar, aku juga mau melepas bra-ku dulu” sahutku sambil buru-buru membuka baju
dan melepas bra. Setelah itu kupakai bajuku lagi.
Sengaja kubuka dua kancing
atasnya sehingga belahan dada
dan sepertiga susuku
terpampang seperti memanggil
tangan iseng laki-laki untuk membelainya. Sampai di ruang tamu aku
melihat Edo terbengong-
bengong melihat penampilan
kami berdua. ”Perkenalkan, ini temanku Lina” kataku sambil menarik tangan
Lina untuk bersalaman dengan
Edo.
”Rado…” jawab Edo menimpali Lama mereka saling berjabat
tangan dan saling memandang.
Aku hampir-hampir cemburu
dibuatnya. ”Ayo” kataku membuyarkan angan-angan mereka. Kamipun pergi ke belakang
rumah. Di tepi kolam renang
ternyata sudah dipersiapkan
semacam kasur angin, seperti
yang diiklankan di TV itu. Di
sampingnya ada meja taman yang di atasnya terletak buah-
buahan, sebotol wine dan
beberapa botol soft drink.
Tentu saja ada juga tiga buah
gelas kristal yang cantik. Tapi aku tidak tertarik dengan
semua itu, karena setiba di tepi
kolam renang, buru-buru aku
melepaskan seluruh pakaianku
dan dengan tubuh telanjang
bulat aku menceburkan diri ke air.
Rupanya inisiatifku diikuti oleh
mereka berdua. Kuperhatikan kontol Edo
ternyata sudah ngaceng,
walaupun belum seratus persen. Melihat kontol yang luar biasa
itu, mata Lina terbelalak dan
mulutnya setengah terbuka.
Tidak begitu lama kami berada
di air. Kemudian kami bertiga
duduk di kasur tersebut. Kini aku yang mengambil inisiatif.
Kudorong tubuh Edo supaya
telentang dan kutarik tangan
Lina untuk memegang kontol
Rado. Sedang aku sendiri
cepat-cepat memperamainkan susu Lina dari belakang sambil
menciumi belakang telinga dan
kuduknya. Diperlakukan demikian, apalagi
sambil memegangi kontol Edo
yang sudah tambah mengeras,
nafsu Lina rupanya cepat naik.
Nafasnya agak memburu
sedang mukanya sudah mulai memerah.
Melihat itu Edo mulai beraksi
mengambil alih permainan.
Sambil merebahkan tubuh Lina
di kasur, aku disuruh
menghisap-hisap susu Lina, sedang dia mulai menciumi paha
sebelah dalam Lina, terus ke
atas, sampai ke belahan
tempiknya yang sudah mulai
merekah. Sedang tangannya
yang kiri mulai menggerayangi tempikku yang juga sudah mulai
gatal. Sampai di belahan tempik
Lina, tanpa basa-basi mulut Edo
langsung menyerbu dan
menjilat-jilat sambil menghisap-
hisap itil Lina. Kami perlakukan demikian, Lina
langsung menggelinjang hebat.
Mulutnya mulai mendesis,
”Ouccggghhh……” Edo sadar bahwa dia harus
memuaskan dua orang cewek
secara bergantian dan berkali-
kali, maka tanpa membuang
waktu lebih lama dia sodorkan
kontolnya yang sudah ngaceng penuh itu ke belahan tempik
Lina. Seperti kepadaku dulu dia
mulai dengan menggosok-
gosokkan ujung kontolnya ke
kontol kecil dan bibir tempik
Lina. Tentu saja hal tersebut
membuat Lina bergelinjang
tidak keruan. Tapi berbeda
denganku dulu, Lina langsung
memegang kontol Edo yang luar
biasa besar itu untuk dimasukkan ke dalam
tempiknya. Tentu saja susah
sekali, karena Lina belum punya
anak, sehingga tempiknya
relative masih sama sempitnya
seperti waktu perawan dulu, apalagi tempik itu hanya
pernah dilalui oleh kontol
suaminya yang kecil dan
pendek. Maka, sambil mulutku masih
menghisap-hisap susu Lina, jari-
jari tanganku menolong
membuka bibir tempik Lina
supaya bisa dilalui kontol Edo. ”Uuuccchhh… mmmhhhh” rintih Lina menahan rasa nikmat. Tak berapa lama kontol Rado
berhasil juga menyeruak ke
dalam tempik Lina, walaupun
baru sebatas kepala dan
separuh batangnya saja. Itupun sudah membuat Lina
menjerit tertahan merasakan
nikmat yang belum pernah ia
rasakan.
”Oouugghhhh… Mmmiiaaa…… Eeeddoooo… tteerruuussss… oouughhh… eennnaakkkk…” celotehnya. Mukanya jadi merah membara,
matanya membeliak-beliak ke
atas, pahanya makin dilebarkan
dan pinggulnya diangkat-
angkat ke atas. Walaupun mulutku masih terus
menghisap-hisap susu Lina,
akupun sempat berbisik
padanya, ”Goyang Lin, goyang pantatmu supaya kontol Edo
cepat bisa masuk seluruhnya” Diapun menggoyang-goyangkan
pantatnya diringi dengan
hunjaman keras kontol Edo,
maka blesss… amblaslah semua batang kontol Edo. ”Aaarrggccchhhh……” pekik Lina. ”Mmiaa…… kkontttoll Eeeddooo…… mmmhhhhh… eennaakkk sseekkalliii…” lanjutnya dengan penuh birahi. Setelah itu Edo makin giat
menghunjam-hunjamkan kontol
besarnya ke dalam tempik Lina
yang makin menggelinjang-
gelinjang dengan hebatnya.
Tubuhnya yang sudah basah dengan air itu makin basah lagi
bercampur dengan keringat,
sedang selangkangan dan
rambut-rambut jembutnya
yang keriting itu makin basah
dengan cairan nafsu yang mulai keluar dari lubang tempiknya.
Matanya makin membeliak-
beliak sambil mulutnya yang
mungil itu ternganga-nganga. Akupun mulai berinisiatif lagi,
lidahku mulai menjilati muka
Lina, bibirnya, turun ke leher,
dan akhirnya ke susunya yang
besar itu lagi. Tentu saja hal tersebut
membuat tubuh Lina yang
telanjang itu serasa melayang
di awan yang berarak di atas
kami. Kurang dari setengah jam
Lina kami perlakukan demikian ketika tiba-tiba tangan Lina
yang kanan mencengkeram
erat-erat tanganku, sedang
tangannya yang kiri memeluk
erat-erat pinggang Edo. Sambil
mengangkat pinggulnya tinggi- tinggi orgasmenya meledak
diriringi teriakannya,
”Aaaarrrggghhh… Mmiia… Eeeddoooo… oooccchhhhhhh……” Linapun terkapar sambil
tangannya memegangi kontol
Edo yang tentu saja belum
orgasme. Rupanya seperti
diriku, Linapun rupanya tidak
ingin cepat-cepat kehilangan kontol itu dari tempiknya. Aku terpana sekali menyaksikan
adegan yang belum pernah
kusaksikan tersebut.
Tangankupun tanpa sadar telah
mengelus-elus tempik dan itilku
sendiri. Tetapi sadar akan tugasnya
untuk memuaskan diriku juga,
maka dengan halus Edo
melepaskan pegangan tangan
Lina pada kontolnya dan
mengacungkannya padaku. Tentu saja hal itu kusambut
dengan bahagia, kupegang
kontol itu kuusap-usap, kucium
kemudian kuhisap-hisap sambil
kutelan sisa lendir kawin dari
tempik Lina yang menempel hingga bersih. Akupun ingin
memamerkan kepiawaianku
bersetubuh kepada Lina, maka
setelah menghisap hisap kontol
Edo, kusuruh dia tidur
telentang sehingga kontolnya mencuat ke atas. Akupun
segera menungganginya sambil
berusaha memasukkan kontol
Edo ke dalam tempikku.
Karena sudah berpengalaman
berkali-kali, maka tidak sesulit dulu kontol Edo masuk ke dalam
tempikku dan bleessss… masuklah kontol Edo
seluruhnya. Aku tergelinjang ketika ujung
kontol Edo menyentuh bagian
paling sensitive di dalam
tempikku, tapi kuusahakan
bagian itu tidak tersentuh dulu,
supaya persetubuhan ini berjalan agak lama. Beberapa
saat menaik turunkan pantatku
di atas tubuh Edo. Ternyata Lina memperhatikan
adegan ini, dan dengan mata
terbelalak sambil mulutnya
terbuka, dia bangkit duduk
untuk menyaksikannya lebih
dekat. ”Hisap pentil susu Edo, Lin..” suruhku pada Lina. Tentu saja Lina menurut, dan
sambil menungging dihisap-
hisapnya pentil susu Edo. Kesempatan ini rupanya
dimanfaatkan oleh Edo. Sambil
merem melek keenakan, jari
tangannya mulai
mempermainkan itil Lina,
dipencet-pencetnya, digosok- gosoknya, sehingga Lina
menggelinjang-gelinjang
keenakan. Melihat muka Lina
makin memerah, Rado meminta
persetujuanku untuk
menuntaskan hasrat birahi Lina lagi. ”Percayalah, aku tidak akan sampai orgasme…” bisiknya. Akupun mengangguk setuju
karena kepuasan sahabatku
Lina termasuk penting buatku. Kemudian dengan lembut susu
Lina didorong sehingga dia
rebah telentang. Edopun
memulai lagi aksinya. Disedot-
sedotnya itil Lina sambil dijilat-
jilatnya dengan rakus. Aku makin terpana melihat
wajah Lina yang mengeluarkan
ekspresi yang sulit untuk
kuceritakan. Pokoknya ekspresi
untuk meminta segera
disetubuhi. Mungkin Edo sadar bahwa masih
ada tugas selanjutnya yaitu
menyetubuhiku, maka tanpa
buang-buang waktu segera
diacungkannya kontolnya ke
mulut Lina. Agak kikuk Lina menerima
pemberian itu, tetapi karena
tadi dia melihatku, mengelus-
elus, menjilat-jilat dan
menyedot-nyedot kontol Edo,
maka diapun berusaha berbuat demikian.
Hampir tidak masuk kontol Edo
ke dalam mulut Lina yang mungil
itu. Setelah beberapa saat dihisap-
hisap (dengan agak kikuk tentu
saja, karena Lina belum pernah
berbuat itu kepada suaminya)
kemudian Edopun mencabut
kontolnya dari mulut Lina dan langsung mengarahkannya ke
tengah lubang tempik Lina dan… ”Bleeesss………” Karena tempik Lina sudah banjir
oleh lendir birahinya, hanya
dengan sedikit kesulitan kontol
Edo sudah amblas seluruhnya
ke dalam lubang tempik Lina
dan… ”Ooouuuggghhhhh……” pekik Lina lirih. ”Teerruuuusssss…… Ddooooo… ggennjjot llaggiiii……” pinta Lina sambil merem melek
dan wajahnya memerah padam.
Tanpa membuang-buang waktu
Edopun langsung memompakan
kontol besarnya secara cepat
dan bertubi-tubi di dalam lubang kawin Lina. ”Ughhhh… ughhhhh… crot… crot… crot…” terdengar rintihan nikmat Lina dipadu dengan
bunyi kontol Edo keluar masuk
tempik Lina yang makin banjir
oleh lendir kawinnya itu.
Rupanya Edo ingin
persetubuhan ini cepat selesai maka makin kencanglah
kontolnya menyodok-nyodok
lubang tempik Lina.
Rupanya karena termasuk
golongan pemula dalam blantika
perselingkuhan maupun tehnologi persetubuhan, Lina
masih bersumbu pendek dan
cepat mencapai puncak birahi
karena belum setengah jam,
tiba-tiba tubuh Lina mengejang,
pinggulnya diangkat tinggi- tinggi sembari tangannya
memeluk erat pinggang Edo
maka…… ”Eddooooo… akkuuu…… kkkeelluuuaarrrrrrr…” teriaknya melepaskan puncak
birahinya. Dan seiring dengan itu
tangannya memeluk makin erat
tubuh Edo seolah tidak mau
lepas lagi. Beberapa saat
kemudian barulah dia
tergeletak dengan lemas di bawah tubuh telanjang Edo.
Edopun tersenyum sambil melirik
ke arahku dan tangannya
mengelus-elus rambut Lina. Rupanya Linapun keenakan
diperlakukan demikian. Hanya, karena waktu Rado
tidak banyak karena harus
pulang ke kantor sebelum jam
kerja usai, maka dengan lembut
ditinggalkannya Lina yang
telentang manja dan langsung menghampiriku. Akupun tahu diri, segera
kutelentangkan diriku, kubuka
pahaku lebar-lebar sambil
kutekuk lututku ke atas. Tanpa basa basi Edo langsung
menyerbu diriku dan
memasukkan kontolnya ke
lubang tempikku. Jago benar
dia, walaupun kelihatan
tergesa-gesa, tetapi tusukan kontolnya bisa persis di
tengah-tengah lubang
tempikku. Tentu saja aku tergelinjang
menerima tusukan yang tiba-
tiba itu. Dan dengan nafsu yang
membara karena sempat
tertunda tadi, maka kulayani
Edo dengan sepenuh keahlianku. Kuempot-empot kontol Edo
dengan tempikku, dan
kugoyang-goyang dengan
hebat, sehingga walaupun
memakan waktu agak lama dan
mengeluarkan suara crot… crot… crot sekitar setengah jam lebih, maka Edo dan akupun
secara bersamaan melayang ke
langit biru yang diselimuti
kenikmatan dan… ”Ugghhhhh.. ughhh… Ddoo…… akkuu… mmmau… kkeeluuaarrrrr… ogcchhhhh……” rintihku keenakan. ”Aakkuuu… jjuggaa… kkeelluuuaaarrrrrr…… Mmiiaaa…… aayyoo… bbaarrreeennggggggg…” teriaknya.
”Ukkhhh… acchhhhh… mmhhhhh…” erangnya kemudian dan…… ”Sshhyyuuuurrrrrrrr……” seperti semburan lumpur hangat
lapindo di Sidoarjo sana
tempikku dan kontol Edo secara
bersama-sama menyemburkan
cairan kenikmatan banyak
sekali. Dan seperti biasanya, kontol
Edo tetap aku jepit erat-erat
dengan tempikku sehingga
seluruh peju Edo habis tertelan
ke dalam lubang tempikku.
Tubuhku dan tubuh Edo berpelukan erat sekali sambil
bibir kami berpagutan. Tentu
saja hal semacam ini belum
pernah dialami dan dilihat oleh
Lina. Dengan keadaan
terengah-engah aku lirik Lina duduk bersimpuh dekat sekali di
samping kami sambil mulutnya
ternganga, wajahnya merona
merah sambil tanpa sadar
tangannya memijit-mijit itilnya
sendiri. Rupanya dia amat terangsang dan ikut terhanyut
dengan pemandangan di depan
matanya itu. Maka dengan tersenyum lembut
kuraih tangannya, kuelus-elus
kubisikkan kata-kata, ”Lain kali kamu bisa mengalami yang
seperti ini, yaitu orgasme
bareng dengan Edo, tapi kali ini
Edo harus segera pulang ke
kantor Lin……” Edopun kulirik dan dia
mengangguk lembut. Maka
acara selanjutnya kamipun
menceburkan diri ke kolam
renang, bercanda sebentar dan
kemudian mandi bertiga di kamar mandi mewah Lina.
Akhirnya karena masih ogah
berpakaian, kami mengantar
Edo bertelanjang bulat sampai
di ruang tamu saja, sampai
mobil Edo meninggalkan pekarangan dan kukunci dari
ruang tamu sebab seperti
kuceritakan dimuka, pintu
pagar rumah Lina kan bisa
dibuka dan ditutup dengan
remote. Tidak seperti rumahku yang harus didorong dengan
tenaga manusia. ”Mia…” kata Lina tiba-tiba sambil merangkul bahuku dari
belakang. Kurasakan kedua pentil Lina
menempel di punggungku. ”Hmmh…” sahutku. ”Terus terang aku tidak tahu harus berterima kasih
bagaimana kepadamu.
Persetubuhan seperti tadi sama
sekali tidak pernah
kubayangkan. Bermimpipun
tidak pernah. Aku tidak pernah membayangkan kok
persetubuhan bisa
mendatangkan kenikmatan
yang begitu hebat dalam diriku.
Rasanya pengin deh Edo aku
tahan berhari-hari disini. Atau bagaimana kalau dia kita
jadikan gigolo kita? Biar aku
yang menanggung dananya……” katanya mulai ngawur.
”Hush…” sahutku pura-pura melotot.
”Dia itu bukan orang miskin, dan dia mau berbuat begini
hanya dengan kita saja kok.
Aku jamin. Dia hanya ingin
memberi kepuasan kepada aku
dan temen-temen yang aku
referensikan” sahutku sambil membusungkan dada dan
berjalan ke arah teras rumah.
”Mia..!” seru Lina mengagetkanku.
”Kamu masih telanjang! Kok keluar rumah” lanjutnya. Aku kaget dan buru-buru balik
kanan sambil kedua tanganku
secara reflek menutupi susu
dan tempikku. ”Asem” umpatku dalam bahasa Jawa.
”Sampai nggak sadar aku, untung kau ingatkan” lanjutku. Tapi sebenarnya di teras
rumahpun tidak akan ada yang
melihat karena rumah Lina
dikelilingi pagar tinggi yang
tertutup rapat, sedang
satpamnyapun kan dia liburkan hari ini. Oleh sebab itu masih dengan
telanjang, aku balik lagi ke
teras dan duduk-duduk disana.
Tak lama kemudian Linapun
menyusul duduk di kursi
sebelahku, juga masih dalam keadaan telanjang.
”Perasaan, kalau dalam keadaan telanjang di tempat
terbuka, asyik juga ya? Kaya di
pantai nudis di Australia itu lho!
Cuman kalau terlalu umum
seperti itu malah jadi nggak
seru, karena banyak kakek- kakek dan nenek-nenek yang
ikutan telanjang, jadi malah
nggak asyik dilihatnya. Tapi
udahlah, jadi ngelantur” anganku. Setelah melanjutkan obrolan-
obrolan saru sebentar, akupun
bangkit dan pamitan pada Lina. ”Baiklah Lin, aku pulang dulu, sampai lain kali, seperti yang
kujanjikan tadi, kamu akan
kuajari supaya bisa orgasme
bareng dengan Edo” ucapku. ”Kapan, tuh…” tanyanya sambil matanya memancarkan sinar
seakan tidak sabar. Kukatakan secepatnya. Dan
setelah berpakaian, kukecup
bibir Lina dengan mesra. Kiss
bye dan kustarter mobilku,
pulang. Oh ya, Lina masih telanjang
bulat juga waktu mengantarku
sampai di garasi. Persis sampai di rumah,
teleponku berdering, ternyata
dari Lina yang menceritakan
bahwa dari tadi dia masih hilir
mudik di ruang tamu sambil
masih bertelanjang bulat. Dia merindukan kehadiran Edo
kembali secepatnya. ”Wah gawat nih” pikirku. Maka timbulah ide kreatifku
yaitu bagaimana kalau
kuadakan acara bukan three in
one tetapi four in one, jadi dua
cowok dan dua cewek supaya
tidak ada waktu nganggur bagi ceweknya. Lagipula kita bisa
bertukar-tukar pasangan.
Asyikkan? Ide itu cepat cepat
kusampaikan kepada Edo. Setelah berpikir sesaat dia
katakan setuju, karena sebagai
cowok megapolitan kan jamak
saja kalau dia punya teman
dengan hobby yang sama. ”Panjang dan besarnya hampir sama dengan aku. Hanya lebih
pendek sekitar satu
sentimeter. Tapi urat-uratnya
lebih besar. Kebetulah wajahnya
juga bernuansa oriental. Jadi
pasti Lina suka. Oh ya, batangnya agak miring ke
kanan kalau sedang ngaceng” ujarnya sambil tertawa kecil. Singkat cerita, hal itu aku
sampaikan kepada Lina, dan
diapun menyambut dengan
antusias. Bahkan dia punya
usul, kalau acaranya nanti
dilaksanakan di villanya saja di daerah Puncak