Kumpulan cerita dewasa / cerita ngentot /cerita porno / hanya untuk orang_orang sudah dewasa.. Di rangkum dari berbagai sumber
7.31.2010
2 temen istriku yang cantik
Cantik Aku bangun kesiangan. Kulirik jam dinding…ah…  pukul 8  pagi…Suasana rumahku sepi. Tumben,  pikirku. Segera aku meloncat bangun, mencari- cari istri dan anak-anakku..tidak ada…Ahh…baru  kuingat, hari Minggu ini ada acara di sekolah  anakku mulai jam 9  pagi. Pantas saja mereka  sudah berangkat. Istriku sengaja tidak  membangunkan aku untuk ikut ke sekolah  anakku, karena malamnya aku pulang kantor  hampir pukul 4  pagi. Yah, beginilah nasib auditor kalo lagi dikejar  tenggat laporan audit. Untung saja, ada anggota  timku yang bisa mengurangi keteganganku. Ya,  Agnes tentunya, yang semalam telah  memberikan servis untukku. Baginya, bersetubuh dengan lelaki lain selain suaminya bukan hal  yang tabu, karena dia sendiri juga tidak  mempermasalahkan jika suaminya berkencan  dengan wanita lain. Prinsip mereka, yang  penting pasangan tidak melihat kejadian itu  dengan mata kepala sendiri. Aku tersenyum mengingat kejadian semalam.  Sebenarnya jam 11  malam kami sepakat untuk  pulang kantor, tapi ternyata aku dan Agnes  sama-sama lagi horny. Akhirnya, terjadilah  seperti yang sudah kuceritakan diatas. Tak  terasa, aku mulai horny lagi. tongkolku pelan- pelan mengangguk-angguk dan mulai  mengacung. “Walah…repot bener nih, pikirku. “Lagi sendiri,  eh ngaceng.” Kebetulan, di rumah tidak ada  pembantu, karena istriku, Indah, lebih suka  bersih-bersih rumah sendiri dibantu kedua  anakku. “Biar anak-anak gak manja dan bisa  belajar mandiri. Lagian, bisa menghemat  pengeluaran,” kilah istriku. Aku setuju saja. Kurebahkan tubuhku di sofa ruang tengah,  setelah memutar DVD BF. Sengaja kusetel, biar  hasratku cepet tuntas. Setelah kubuka celanaku,  aku sekarang hanya pakai kaos, dan tidak pakai  celana. Pelan-pelan kuurut dan kukocok  tongkolku. Tampak dari ujung lubang tongkolku  melelehkan cairan bening, tanda bahwa birahiku  sudah memuncak. Aku pun teringat Linda,  sahabat istriku. Kebetulan Linda berasal dari  suku Chinese. Dia adalah sahabat istriku sejak  dari SMP hingga lulus kuliah, dan sering juga  main kerumahku. Kadang sendiri, kadang  bersama keluarganya. Ya, aku memang sering  berfantasi sedang menyetubuhi Linda. Tubuhnya  mungil, setinggi Agnes, tapi lebih gendut. Yang  kukagumi adalah kulitnya yang sangat-sangat- sangat putih mulus, seperti warna patung lilin.  Dan pantatnya yang membulat indah, sering  membuatku ngaceng kalo dia berkunjung. Aku hanya bisa membayangkan seandainya  tubuh mulus Linda bisa kujamah, pasti nikmat  sekali. Fantasiku ini ternyata membuat  tongkolku makin keras, merah padam dan cairan  bening itu mengalir lagi dengan deras. Ah  Linda…seandainya aku bisa menyentuhmu..dan  kamu mau ngocokin tongkolku..begitu pikiranku  saat itu. Lagi enak-enak ngocok sambil nonton bokep dan  membayangkan Linda, terdengar suara langkah  sepatu dan seseorang memanggil-manggil  istriku. “Ndah…Indah…aku dateng,” seru suara itu… Oh my gosh…itu suara Linda…mau ngapain dia  kesini, pikirku. Kapan masuknya, kok gak  kedengaran? Linda memang tidak pernah  mengetuk pintu kalau ke rumahku, karena  keluarga kami sudah sangat akrab dengan dia  dan keluarganya. Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk  menyelamatkan diri, tau-tau Linda udah nongol  di ruang tengah, dan… “AAAHHH…ANDREEEEW…!!!!,”jeritnya. “Kamu lagi  ngapain?” “Aku…eh…anu…aku….ee…lagi…ini…,”aku tak  bisa menjawa pertanyaannya. Gugup. Panik. Sal- ting. Semua bercampur jadi satu. Orang yang  selama ini hanya ada dalam fantasiku, tiba-tiba  muncul dihadapanku dan straight, langsung  melihatku dalam keadaan telanjang, gak pake  celana, Cuma kaos aja. Ngaceng pula. “Kamu dateng ok gak ngabarin dulu sih?” aku  protes. “Udah, sana, pake celana dulu!” Pagi-pagi  telanjang, nonton bf sendirian,lagi ngapain sih?” ucapnya sambil duduk di kursi didepanku. “Yee...namanya juga lagi horny...ya udah  mending colai sambil nonton bf. Lagian anak- anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. Ya  udah, self service,”sahutku. “Udah, Ndrew. Sana pake celana dulu. Kamu gak  risih apa?” “Ah, kepalang tanggung kamu dah liat? Ngapain  juga dtitutupin? Telat donk,”kilahku. “Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu.  Salam aja buat istrimu. Sana, terusin lagi.” Linda  beranjak dari duduknya, dan pamit pulang. Buru-buru aku mencegahnya. “Lin, ntar dulu lah... ,”pintaku. “Apaan sih, orang aku mau ngajak Indah jalan,  dia nggak ada ya udah, aku mau jalan sendiri,” sahutnya. “Bentar deh Lin. Tolongin aku, gak lama kok,  paling sepuluh menit,”aku berusaha merayunya. “Gila kamu ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”Linda protes sambil  melotot. “Kamu jangan macem-macem deh,  Ndrew. Gak mungkin donk aku lakukan itu,” sergahnya. “Lin,”sahutku tenang. “Aku gak minta kamu  untuk melakukan hal itu. Enggak. Aku Cuma  minta tolong, kamu duduk didepanku, sambil  liatin aku colai.” “Gimana?” Linda tidak menjawab. Matanya menatapku  tajam. Sejurus kemudian.. “Ok, Lin. Aku janji gak ndeketin apalagi  menyentuh kamu. Tapi, sebelum itu, kamu juga  buka bajumu dong...pake BH sama CD aja deh,  gak usah telanjang. Kan kamu dah liat punyaku,  please?” aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus khawatir. “Hm...fine deh. Aku bantuin deh...tapi bener ya,  aku masih pake BH dan CDku dan kamu gak  nyentuh aku ya. Janji lho,”katanya. “Tapi,  tunggu. Aku mau tanya, kok kamu berani banget  minta tolong begitu ke aku?” ”Yaaa...aku berani-beraniin...toh aku gak  nyentuh kamu, Cuma liat doang. Lagian, kamu  dah liat punyaku? Trus, aku lagi colai sambil liat  BF...lha ada kamu, kenapa gak minta tolong aja,  liat yang asli?”kilahku. “Dasar kamu. Ya udah deh, aku buka baju di  kamar dulu.” “Gak usah, disini aja,”sahutku. Perlahan, dibukanya kemejanya...dan...ah  payudara itu menyembul keluar. Payudara yang  terbungkus BH sexy berwarna merah... menambah kontras warna kulitnya yang sangat  putih dan mulus. Aku menelan ludah karena  hanya bisa membayangkan seperti apa isi BH  merah itu. Seteah itu, diturunkannya zip celana  jeansnya, dan dibukanya kancing celananya.  Perlahan, diturunkannya jeansnya...sedikit ada  keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya, celana itu  terlepas dari kaki yang dibungkusnya. Wow...aku terbelalak melihatnya. Paha itu sangat putih  sekali. Lebih putih dari yang pernah aku  bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda.  Selangkangannya masih terbungkus celana  dalam mini berbahan satin, sewarna dengan  Bhnya. Sepertinya, itu adalah satu set BH dan  CD. “Nih, aku udah buka baju. Dah, kamu terusin lagi  colinya. Aku duduk ya.” Linda segera duduk, dan hendak menyilangkan  kakinya. Buru-buru aku cegah. “Duduknya jangan gitu dong...” “Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang  aku musti gimana?”protes Linda. “Nungging,  gitu?” ”Ya kalo kamu mau nungging, bagus banget,” sahutku. “Sori ye…emang gue apaan,”cibirnya. “Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat celana dalam sama  selangkanganmu. Toh veggy kamu gak keliatan? ”usulku. “Iya…iya…ni anak rewel banget ya. Mau colai aja pake minta macem-macem,”Linda masih saja  protes dengan permintaanku. “Begini posisi yang kamu mau?”tanyanya sambil  duduk dan membuka pahanya lebar-lebar. “Yak sip.” Sahutku. “Aku lanjut ya colinya.” Sambil memandangi tbuh Linda, aku terus  mengocok tongkolku, tapi kulakukan dengan  perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet  ejakulasi. Sayang, kalau pemandangan langka ini berlalau terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi  Linda tidak menanggapi omonganku. “Oh…Liiiinnn….kamu kok mulus banget siiiihhh…. ”aku terus menceracau. Linda menatapku dan  tersenyum. “Susumu montok bangeeeettttt… pahamu sekel  dan putiiiihhhh….hhhhh….bikin aku ngaceng,  Liiiiiinnn……” Linda terus saja menatapku dan kini bergantian,  menatap wajahku dan sesekali melirik ke arah  tongkolku yang terus saja ngacai alias  mengeluarkan lendir dari ujung lobangnya. “Pantatmu, Liiiinnn….seandainya kau boleh  megang….uuuuhhhhh….apalagi kena  tongkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,” aku merintih dan menceracau memuji keindahan  tubuhnya. Sekaligus aku berharap, kata-kataku  dapat membuatnya terangsang. Linda masih tetap diam, dan tersenyum Matanya  mulai sayu, dan dapat kulihat kalo nafasnya  seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah  celana dalamnya…oppsss….aku menangkap  sinyal kalo ternyata Linda juga mulai ternagsang  dengan aktivitasku. Karena celana dalamnya  berbahan satin dan tipis, jelas sekali terlihat ada  noda cairan di sekitar selangkannya. Duduknya  pun mulai gelisah. Tangannya mulai meraba  dadanya, dan tangan yang satunya turun meraba paha dan selangkangannya. Tapi Linda nampak  ragu untuk melakukannya. Mungkin karena ia  belum pernah melakukan ini dihadapan orang  lain. Kupejamkan mataku, agar Linda tau bahwa aku  tidak memperhatikan aktivitasku. Dan benar  saja...setelah beberapa saat, aku membuka  sedikit mataku, kulihat tangan kiri Linda  meremas payudaranya dan owww...BH sebelah  kiri ternyata sudah diturunkan... Astagaaa..!!! Puting itu merah sekali...tegak  mengacung. Meski sudah melahirkan, dan  memiliki satu anak, kuakui, payudara Linda lebih  bagus dan kencang dibandingkan Agnes. Kulihat  tangan kiri Linda memilin-milin putingnya, dan  tangan kanannya ternyata telah menyusup ke  dalam celana dalamnya. “Sssshh….oofff….hhhhhh…..:” Kudengar suaranya mendesis seolah menahan kenikmatan. Aku  kembali memejamkan mataku dan meneruskan  kocokan pada tongkolku sambil menikmati  rintihan-rintihan Linda. Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang  hangat…basah…lembut…menerpa tongkol dan  tanganku. Aku membuka mata dan terpekik. “ Lin…kamu…,”leherku tercekat. “Aku nggak tega liat kamu menderita, Ndrew,” sahut Linda sambil membelai tongkolku dengan  tangannya yang lembut. My gosh…perlahan impin dan obsesiku menjadi  kenyataan. tongkolku dibelai dan dikocok  dengan tangan Linda yang putih mulus. Aku  mendesis dan membelai rambut Linda. Kemudian  secara spontan Linda menjilat tongkolku yang  sudah bene-bener sewarna kepiting rebus dan  sekeras kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian tak  terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya  tongkolku masuk ke mulutnya. Ya, tongkolku  dihisap Linda. Sedikit lagi pasti aku memperoleh  lebih dari sekedar cunilingis. Tak tahan dengan perlakuan sepiha Linda,  kutarik pinggulnya dan buru-buru kulepaskan  Cdnya. “Kamu mau ngapain, Ndrew?” Linda protes  sambil menghentikan hisapannya. Aku tidak  menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas  pantat putih nan montok, yang selama ini hanya  menjadi khayalanku. “Ohh..Lin…boleh ya aku megang pantat sama  memiaw kamu?”pintaku. “Terserah…yang penting kamu puas.” Segera kuremas-remas pantat Linda yang  montok. Ah, obsesiku tercapai…dulu aku hanya  bisa berkhayal, sekarang, tubuh Linda  terpampang dihadapanku. Puas dengan pantatnya, kuarahkan jariku turun  ke anus dan vaginanya. Linda merintih menahan  rasa nikmat akibat usapan jariku. “Achh…Liiiinn…enak bangeeeeett….sssshhh…….” aku menceracau menikmati jilatan lidah dan  hangatnya mulut Linda saat mengenyot  tongkolku. Betul-betul menggairahkan melihat  bibir dan lidahnya yang merah menyapu lembut  kepala dan batang kelelakianku. Hingga  akhirnya…. “Liiinn….bibir kamu lembut banget  sayaaaannggg….aku…kach…aku…” “Keluarin sayang…tongkol kamu udah berdenyut  tuh….udah mau muncrat yaaa….” “I…iiy…iiyyaaa….Liiiiinnnnnnnnn…. Ouuuuufuffffff…..  argggghhhhhhhhhh…..” Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah  pertahananku. Crottt…..crooottt….crooootttt… Spermaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir  dan dada Linda. Tanganhalus Linda tak berhenti  mengocok batang kejantananku, seolah ingin  melahap habis cairan yang kumuntahkan Ohhhh…....my dream come true….. Obsesiku  tercapai…pagi ini aku muncratin pejuhku di bibir  dan muka Linda. “Lin...kamu gak geli sayang...? Bibir, muka sama  dada kamu kenas permaku?” Linda menggeleng dengan pandangan sayu.  Tangannya masih tetap memainkan tongkolku  yang sedikit melemas. “Kamu baru pertam kali kan, mainin koto orang  selain suami kamu?” “Iya, Ndrew. Tapi kok aku suka ya...terus terang, bau sperma kamu seger banget...kamu rajin  maka buah sama sayur ya?” tanya Linda. “Iya...kalo gak gitu, Indahmana mau nelen  sperma aku.” “Aihhh....” Linda terpekik. “Indah mau nelen  sperma?” Aku mengangguk. “Keapa Lin? Penasaran sama  rasanya? Lha itu spremaku masih meleleh di  muka sama dada kamu. Coba aja rasanya,” sahutku. “Mmmm...ccppp...ssllrppp....” terdengar lidah dan  bibir Linda mengecap spermaku. Dengan jarinya  yang lentik, disapunya spermaku yang tumpah  didada dan mukanya, kemudian dijilatnyajarinya  smape bersih.Hmmm....akhirnya spermaku masuk kedalam tubuhnya... “Iya, Ndrew, sperma kamu kok enak ya. Aku gak  ngerasa enek pas nelen sperma kamu…” ”Mau lagi….?” “Ih…kamu tuch ya…masih kurang, Ndrew?” “Lha kan baru oral belum masuk ke meqi kamu,  Lin.” Sahutku…”Tuh, liat…bangun lagi kan?” “Dasar kamu ya….” ”Benerkamu gak mau spermaku ? Ya udah kalo  gitu, aku mau bersih-bersih dulu.”ancamku  sambil bangkit dari kursi. “Mau sih…Cuma takut kalo Indah  dateng…gimana donk….”Linda merajuk. Perlahan kuhampiri Lida, kuminta dia duduk di  sofa, sambil kedua kakiya diangkat  mengangkang. Kulihat meqinya yang licin karena cairan  cintanya meleleh akibat perbuatan jariku. “Hmmm...Lin...meqi kamu masih basah...kamu  masih horny dong...”tanyaku. “Udah, Ndrew....cepetan deh...nanti istrimu  keburu dateng...Lagian aku udah...Auuuwwww.... !!!! Ohhh..Shhhhh.......”Linda memiawik saat  lidahku menari diujung klitorisnya. “Ndrewwww...kamu gilaaa yaaa...”bisiknya samil menjambak rambutku. Kumainkan lidahku dikelentitnya yang udah  membengkak. Jari ku menguak bibir vagina Linda yang semakin membengkak. Perlahan  kumasukkan telunjukku, mencari G-spotnya. Akibatnya luar biasa. Linda makin meronta dan  merintih. Jambakannya makin kuat. Cairan  birahinya makin membasahi lidah dan mulutku.  Tentu saja hal ini tak kusia-siakan. Kusedot kuat  agar aku dapat menelan cairan yang meleleh  dari vaginanya. Ya…aroma vagina Linda lain  dengan aroma vagina istriku. Meskipun  keduanya tidak berbau amis, tapi ada sensasi  tersendiri saat kuhirup aroma kewanitaan Linda. “C’mon..Ndrew…I can’t  stand…ochhh…ahhhhhh…shhhh……c’mon  honey….quick…quick….” Aku paham, gerakan pantt Linda makin liar.  Makin kencang. Kurasakan pula meqinya mulai  berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku. “Ting…tong…”bel rumahku berbunyi. “Mas…..mas Andrew….”suara wanita didepan  memanggil namaku. Sontak kulepaskan jilatanku. Linda memandang  wajahku dengan wajah pucat. Aku pun  memandang wajahnya dengan jantung berdebar. “Ndrew..kok kyaka suara Rika ya…”Linda  bertanya “Wah..mau ngapain dia kesini…..gawat dong…” ucapku ketakutan. “Udah Lin, kamu masuk  kamarku dulu deh…cepetan…” Segera Linda berjingkat masuk ke kamarku,  mungkin sekalian membersihkan tubuhnya  karena dikamarku ada kamar mandi. Aku tau ada sebersit ekspresi kecewa di wajahnya, karena  Linda hampir meledakkan orgasmenya, yang  terputus oleh kedatangan Rika, sahabatnya  sekaligus sahabat istriku. Setelah kupakai kaos dan celana yang kuambil  dari lemari dan cuci muka sedikit, aku menuju ke  ruang tamu, membuka pintu. “Halo, mas….’Pa kabar..?” sahut Rika begitu  melihatku membuka pintu. “Baik, dik. Ayo masuk dulu. Tumben nih pagi- pagi, kayaknya ada yang penting?” tanyaku  seraya mengajak Rika menuju ruang tengah. Mataku sedikit terbelalak melihat pakaiannya.  Bagaimana tidak? Kaos ketat menempel dibadannya, dipadukan  dengan celana spandex ketat berwarna putih.  Aku melihat lipatan cameltoe di  selangkangannya menandakan bahwa didaerah  itu tidak ada bulu jembutnya, dan saat aku  berjalan dibelakangnya, tak kulihat garis celana  dalam mebayang di spandexnya. Hmm…mana mungkin dia gak pake CD..mungkin  pake G-string, pikirku. Kami berdua segera menuju ruang tengah.  Untung saja, film bokep yang aku setel udah  selesai, jadi Rika nggak sempat melihat film apa  yang tengah aku setel. “Ini lho mas, aku mau anter oleh-oleh. Kan  kemarin aku baru dateng dari Jepang. Nah, ini  aku bawain ….sedikit bawaan lah, buat kamu  sama Indah. Itung-itung membagi kesenangan.” “Wah…tengkyu banget lho…kamu baik banget” “Ah, biasa aja lageee..hehehe” Kami berdua sejenak ngobrol-ngobrol, karena  memang sudah beberapa bulan Rika nggak  berkunjung ke rumahku. Rika ini adalah salah  satu sahabat istriku, selain Linda . Diam-diam, akupun juga terobsesi dapat  menikmati tubuhnya. Ya, Rika seorang wanita  yang mungil. Tinggi badannya nggak lebih dari  155 cm. Bandingkan dengan tinggiku yang 170.  Warna kulitnya putih, tapi cenderung  kemerahan. Hmm..aku sering berkhayal lagi  ngent*tin Rika, sambil aku gendong dan aku  rajam memiawnya dengan tongkolku. Pasti dia  merintih-rintih menikmati hujaman tongkolku… “Hey…bengong aja…ngeliatin apa sih..” tegur  Rika. “Eh…ah…anu…enggak. Cuma lagi mikir, kapan ya gw bisa jalan-jalan sama kamu…” Eits..kok ngomongku ngelantur begini sih.  Aduh…gawat deh… “Alaaa..mikirin jalan-jalan apa lagi ngeliatin  sesuatu?” Rika melirikku dengan pandangan  menyelidik. Mati aku…berarti waktu aku ngeliatin bodynya,  ketahuan dong kalo aku melototin  selangkangannya. Wah…. “Ya udah, mas. Aku pamit dulu, abis Indah pergi.  Lagian,dari tadi kamu ngeliatin melulu. Ngeri  aku...ntar diperkosa sama kamu deh..hiyyy...”  Rika bergidik ambil tertawa. Aku Cuma tersenyum. “Ya udah, kalo kamu mau pamit. Aku gak bisa  ngelarang.” “Aku numpang pipis dulu ya.”Rika menuju kamar  mandi di sebelah kamarku. “Iya.” Tepat saatRika masuk kamar mandi, sambil  berjingkat Linda keluar dari kamarku. Aku terkejut, dan segera menyuruhnya masuk  lagi, karena takut ketahuan. Ternyata CD Linda  ketinggalan di kursi yang tadi didudukinya  waktu sedang aku jilat memiawnya. Astagaaa... untung Rika nggak ngeliat...atu jangan-jangan  dia udah liat, makanya sempat melontarkan  pandangan menyelidik? Entahlah... “Cepeeeett..ambil trus ke kamar lagi.”perintahku sambil berbisik. Linda mengangguk, segera menyambar Cdnya  dan... “Ceklek....!” Pintu kamar mandi terbuka, dan saat Rika  keluar, kulihat wajahnya terkejut melihat Linda  berdiri terpaku dihadapannya sambil memegang  celana dalamnya yang belum sempat dipakainya. Ditambah keadaan Linda yang hanya memaki  kaos, tetapi dibawah tidak memakai celana  jeansnya. Akupun terkejut, dan berdiri terpaku.  Hatiku berdebar, tak tahu apa yang harus  kuperbuat atau kuucapkan. Semuanya terjadi  dalam waktu yang sangat singkat dan tak  terelakkan. Kepalaku terasa pening. “Linda…? Kamu lagi ngapain?” Rika bertanya  dengan wajah bingung campur kaget. “Eh…anu…ini lho…”kudengar Linda gelagapan  menjawab pertanyaan Rika. “Kok kamu megang celana dalem? Setengah  telanjang lagi?” selidik Rika. “Oo...aku tau...pasti  kamu berdua lagi berbuat yaaa...?” “Enggak Rik. Ngaco kamu, orang Linda lagi  numpang dandan di kamarku kok.” Sergahku  membela diri. “Trus, kalo emang numpang dandan, ngapain dia  diruangan ni, pake bawa celana dalem lagi.”  Udah gitu telanjang juga..Hayo!!!” Rika bertanya  dengan galak. “Sini liat.” Rika menghampiri Linda dan cepat  merebut celana dalam yang dipegang Linda,  tanpa perlawanan dari Linda. “Kok basah...?”Rika mengerutkan keningnya. “ Nhaaaaa..bener kan…hayooooo….kamu  ngapain…?” ”udah deh, Rik…emang bener, aku lagi mau ML  sama Linda. Belum sempet aku ent*t, sih. Baru  aku jilat-jilat memiawnya, keburu kamu dateng.” Aku menyerah dan memilih menjelaskan apa  yang barusan aku lakukan. “Kamu tuh ya…udah punya istri masih doyan  yang lain. Ini cewek juga sama aja, gatel ngeliat  suami sahabatnya sendiri.” Rika memaki kami  berdua dengan wajah merah padam. “Terserah kamu lah...kamu mau laporin aku sama Linda ke polisi...silakan. Mau laporin ke Indah... terserah....”ucapku pasrah. “Hmm...kalo aku laporin ke Indah...kasian dia.  Nanti dia kaget.Kalo ke polisi....ah...ngrepotin.”  Rika meninmbang-nimbang apa yang hendak  dilakukannya. “Gini aja mas. Aku gak laporin ke mana-mana.  Tapi ada syaratnya.” Rika memberikan  tawarannya kepadaku. “Apa syaratnya, Rik?” “Nggak berat kok. Gampang banget dan mudah.” “Iya, apaan syaratnya?” Linda ikut bertanya “Terusin apa yang kamu berdua tadi lakuin. Aku  duduk disini, nonton. Bagaimana?” “WHAT?” aku dan Linda berteriak bebarengan. “ Gila lu ya, masa mau nonton orang lagi ML?” “Ya terserah kamu.Mau pilih mana...?”Rika  mencibir dengan senyum kemenangan. Aku dan Linda saling berpandangan. Kuhampiri  Linda, kubelai tangan dan rambutnya. Linda  seolah memahami dan menyetujui syarat yang  diajukan Rika. Segera saja kulumat bibirnya yang ranum dan  tanganku meremas pantatnya yang sekel. Linda  segera membuka kaosnya. Sambil terus berciuman dan meremas pantatnya, kubimbing Linda menuju sofa. Kurebahkan ia  disana, dan dengan cekatan dilepaskannya kaos  dan celana ku sehingga aku sekarang telanjang  bulat di hadapan Linda dan Rika. Aku melirik Rika, yang duduk menyilangkan  kakinya. Kulihat wajahnya menegang seperti  tegangnya tongkolku. Aku tersenyum-senyum  kearahnya, sambil memainkan dan mengocok- ngocok tongkolku, seolah hendak memamerkan  kejantananku. “Ayo, ndrew…cepetan deh…udah gak tahan,  honey…”Linda merintih. “Biarin aja si  Rika…paling dia juga udah basah.” “Enak aja kamu bilang.”sergah Rika. “Udah  buruan, aku pengen liat kayak apa sih kalian  kalo ML.” Aku menatap mata Linda yang mulai sayu dan  tersenyum. Setelah melepas seluruh pakaiannya, sempurnalah ketelanjangbulatan kami berdua.  Tak sabar, segera kusosor memiaw Linda yang  sangat becek oleh lendir birahinya. “Achhhh….sshhhh…. ooouufffffggg…Andreeeeewwwwww….”L inda  menjerit dan mengerang menerima serangan  lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti  irama permainan lidahku. Hmmm...nikmat sekali. memiawnya berbau  segar, tanda bahwa memiaw ini sangat terawat.  Dan yang membutku girang adalah lendir  memiawnya yang meleleh deras, seiring dengan  makin kuatnya goyangan pinggulnya. “ Hmmmppppppff…Andrew…Andrew…sayaaaanngg. . akh…akh…akkkkkuu…”Linda terus merintih.  Nafasnya tersengal-sengal, seolah ada sesuatu  yang mendesaknya. ‘Akku……mmmhhhhh…ssshhh….” “Keluarin sayang….keluarin yang banyak…..”aku  berbisik sambil jari tengahku terus mengocok  memiawnya, dan jempolku menggesek itilnya  yang sudah sangat keras. Baik itil maupun  memiaw Linda sudah benar-benar berwarna  merah, sangat basah akibat lendirnya yang  meleleh, hingga membasahi belahan pantat dan  sofa. Segera aktivitas tanganku kuganti dengan  jilatan lidahku lagi. Hal ini membuatpaha Linda  menegang, tangannya menjambak rambutku,  sekaligus membenamkan kepalaku ditengah  jepitan pahanya yang menegang. Aku merasakan memiawnya berdenyut, dan ada lelehan cairan  hangat menerpa bibirku. “ANDREEEEEEWWWWWWW….. AAAAACCCCHHHHHHHHH……”Linda menjerit  keras sekali, menjepit kepalaku dengan pahanya, menekan kepalaku di selangkangannya dan  berguncang hebat sekali. Tak kusia-siakan lendir yang meleleh itu.  Kusedot semuanya, kutelan semuanya. Ya, aku  tidak mau membuang lendir kenikmatan Linda.  Sedotanku pada memiawnya membuat  guncanganLinda makin keras…dan akhirnya Linda terdiam seperti orang kejang. Tubuhnya kaku  dan gemetaran. “Oooohhhh…Ndreww…aaachhh…..”Linda  menceracau sambil gemetaran. “Enn..en….Nik…mat…bangeth….sssse…. dothan…sama jhiilatan kkk…kamu…” Kulihat Linda tersenyum dengan wajah puas.  Segera kuarahkan bibrku melumat putingnya  yang keras dan kemerahan. Meskipun sudah  melahirkan dan menyusui dua anak, payudara  Linda sangat terawat, kencang. Dan putingnya  masih berwwarna kemerahan. Siapa lelaki yang  tahan melihat warna putting seperti itu, apalgi  sekarang puting merah itu benar-benar masih  keras dan mengacung meski pemiliknya barusan  menggapai orgasme. “Shhh…Dreeewwww…iihhhh…geli….” Lnda  menggelinjang saat kuserbu putingnya. Aku tidak mempedulikan rintihannya. Kulumat putingnya  dengan ganas sehingga badan Linda mulai  mengejang lagi. “Acchhh….Andreww….sayaaaannggg…”Linda  merintih. “Terus sayang…iss…ssseeeppp…pen…. til…kuhh…ooofffffhhhhhhh  hh……” Tanpa aba-aba, segera kusorongkan tongkolku  yang memang sudah mengeras seperti kayu ke  memiaw Linda. Blessss……. “Ahhhhkkk…..mmmmppppfff….. ooooooggggghhhh….”pantat Linda tersentak  kedepan, seiring dengan menancapnya tongkolku di mekinya. Kutekan tongkolku makin dalam dan  kuhentikan sejenak disana. Terasa sekali  memiaw Linda berkedut-kedut, walaupun  tergolong super becek. “Ayo, nDrew.....gocek tongkol kamuh....akk.... kkuuuu....udah mau...keluarrrrr...laggiiiihhh...” Linda merintih memohon. Segera kugocek tongkolku dengan ganas. “crep. crep...cplakkk....cplaakkkk...cplaakkkk....” suar  gesekan tongkolku dengan memiaw Linda yang  sudah basah kuyup nyaring terdengar. Tak lupa  kulumat bibirnya yang ranum, dan tanganku  menggerayang memilin menikmati payudara dan putingnya. Sesaat kemudian kulihat mata Lnda terbalik,  Cuma terlihat putihnya. Kakinya dilipat mengapit pinggul dan pantatku. Tangannya memeluk  ubuhku erat. “AN...DREEEWWWW.......OOOOGGGHHHH... >AAAKKKKKKKKKK KK....” Linda menjerit keras dan sekejap terdiam. Tubuhnya bergetar hebat.  Terasa di tongkolku denyutan memiaw Linda... sangat kuat. Berdenyut-denyut, seolah hendak  memijit dan memaksa spermaku untuk segera  mengguyur menyiram memenya yang luar biasa  becek. Makin kuat kocokan tongkolku didalam memiaw  Linda, makin kencang pula pelukannya. Nafas  Linda tertahan, seolah tidka ingin kehilangan  moment-moment indah menggapai puncak  kenikmatan. Karena denyutan memiaw Linda yang  membuatku nikmat, ditambah rasa hangat  karena uyuran lendir memiawnya, aku pun tak  tahan. Ditambah ekspresi wajahnya  yangmemandang wajahku dengan mata sayu  namun tersirat kepuasan yang maat sangat. “Ayo nDrew...keluarin pejuh kamu...keluarin  dimemiawku....”Linda memohon. “Kamu gak papa aku tumpahin pejuh di rahim  kamu?”tanyaku sambil terengah-engah. “No problem honey...aku safe kok....”sahut Linda. “C’mon honey..shot your sperm inside…c’mon  honey….” LIN……LINDAAAA…..LINDAAAAAAAA…. ARGGGGGGHHHHH…”aku merasakan pejuhku  mendesak. Kupercepat kocokanku, dan Linda juga mengencangkan otot memiawnya, berharap agar aku cepet muncrat. AAACCHHHHHHH………..” Jrrrrrooooooooootttt….. jrrrrooooooooottttt..jrrrro ooooottttt…..tak  kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku.  Banyak sekali pejuh yang kusemprotkan ke  rahim Linda, sampai-sampai ia tersentak.  Kubenamkan dalam-dalam tongkolku, hingga  terasa kepalaku speerti memasuki liang kedua. Ah….ternyata tongkolku bisa menembus mulut  rahimnya. Berarti pejuhku langsung menggempur rahimnya. Ohhh…nDrreeeww…enak sayang….nikmat,  sayaaannggg…offffffghhhh……” Linda merintih  lagi. “Uggghhh…hangat sekali pejuh kamu,  Ndrew…” ucap Linda. Setelah beristirahat sejenak dengan  menancapkan tongkolku dalam-dalam, secara  mendadak kucabu tongkolku. “Plllookkkkk….” Kupandangi memiaw Linda yang masih  membengkak dan merah denganlubang  menganga. Linda segera mengubah posisi  duduknya dan…ceeerrrrrr……pejuhku meleleh.  Segera saja jemari Linda meraih dan mengorek  bibir memiawnya, menjaga agar pejuhku tidak  tumpah kesofa. Akibatnya, telapak tangan Linda  belepotan penuh dengan pejuhku yang telah  bercampur lendir memiawnya. Dengan pejuh di  telapak tangan kanannya, Linda menggunakan  jari tangan kirinya,mengorek memiawny untuk  membersihkan memiawnya dari sisa pejuhku. “Brani kam telen lagi?” tantangku. “Idih...syapa takut....”Linda balas menantangku. “ Nih liat ya….” Clep…dijilatnya telapak tangan yang penuh  pejuhku… “MMmmmm….slrrpppp….glek….aachhhh….” Linda nampak puas menikmati pejuh ditangannya. “Hari ini kenyang sekali aku…sarapan pejuh  kamu duakali..hihihihi…”Linda tertawa geli. “Tuh…masih ada sisanya ditangan. Mbelum  bersih.” Sahutku. “Tenang, nDrew..sisanya buat...ini.” Sambil  berkata begitu, Linda mengambil sebagian  pejuhku dan mengusapkannya diwajahnya. “Bagus lho buat wajah...biar tetep mulus...”sahut  Linda sambil mengerling genit. “Astagaaaa….kamu tuh, Lin…diem-diem  ternyata…”kataku terkejut. “Kenapa…? Kaget ya?” “Diem-diem, muka alim..tapi kalo urusan birahi  liar juga ya..” “Ya iyalaaahhh..hare gene, Ndrew…orang enak  kok ditolak.” ”Tau gitu tadi aku semprot di uka kamu aja ya..”  sesalku “Iya juga sih..sebenernya aku pengen kamu  semprot. Cuman aku dah gak bisa ngomong lagi... nahan enak sih..lagian aku pengen ngerasain  semprotan pejuh kamu di memiawku.” Linda  tersenyum “Eh, Ndrew...ssstttt...coba liat tuh...jailin yuk.....” ajak Linda Ya ampuuunnnn...aku lupa bahwa aktivitasku  tengah diamat Rika. Segera kulirik Rika, yang  ternyata tanpa kami sadari tengah beraktivitas  sendiri. Tangannya menggosok-nggosok  sapndexnya, yang mulai membasah. Kulihat  lekukan cameltoenya makinbesar, lebih besar  dari yang kulihat diruang tamu. Pertanda bahwa  Rika juga telah dilanda birahi. Linda mencolek tanganku, rupanya ia ingin  mengerjai Rika. Aku setuju. Sambil berjingkat,  aku dan Linda menghampiri Rika. Segera tangan  Linda yang masih ada sisa pejuhku dioleskan  kemuka dan bibir Rika. “MMppphhhh…..fffggghhh…..” Rika sontak  terkejut dan menghentikan aktivitasnya. “apaan  nih…kok kayak bau pejuh…?” “Udahlah Rik….aku tau kamu juga ikutan horny,  ngeliat aku dient*t sama mas Andrew.” Linda  tersenyum-senyum genit. “AH…aku…eeehh….anuu….” Rika gelagapan  kehabisan kata-kata. “Rik…gkalo kamu juga horny, gak papa kok…aku  masih kuat.” Tantangku. “Tuh, kamu liat. Kon  tolku masih bisa bangun.” Ya, walaupun sudah menyemprotkan amunisinya  dua kali permainan, kon tolku mash berdiri  walaupun tak sekeras waktu ngent*tin Linda.  Malahan sekarang kon tolku berdenyut dan  mengangguk-angguk, seolah menyetujui usulku  dan Linda. “Tuhhh, Rik. Kon tolku manggutmanggut.” sahutku. “Tapi nanti kalo Indah pulang gimana?” tanya  Rika. “Don’t worry, honey. Kalo memang kepergok,  nanti aku bantu jelasin ke Indah.” Hibur Linda. “ Soalnya, dulu-dulu aku pernah becandain Indah,  gimana kalo sekali-sekali aku minjem tongkol  suaminya.” “Trus, Indah bilang apa?” Rika penasaran. “Mmmm.dia sih gak bilang iya tapi juga gak  bilang enggak.”jawab Linda. “Dia cuman  ngomong, ya kalo kamu gak malu sama Andrew,  terserah kamu. Tapi kalo Andrew ketagihan,  resiko tanggung sendiri lho. Gitu kata Indah.” “Oooo.....” Rika terlongong mendengar  penjelasan Linda. Aku pun terperangah. Jadi...... ternyata.....???? jangan-jangan mereka berdua  memang sengaja kesini...atas suruhan Indah.... Gak pake lama segera kulumat bibir Rika yang  mungil. “Mmmpphhh…mmppfff……..aaahhhh…”Rika  mendesah….”Andrewww…puasin aku  sayang……guyur aku dengan pejuhmu kayak  Linda tadi….oooccchhhhh…..” Aku terus melumat bibirnya..lehernya yang  jenjang dan mulus…kujilat pula telinganya yang  membuat Rika merinding dan tersengal-sengal.  Ternyata salah satu titik rangsangannya adala  teling. Linda membantu melepaskan spandex Rika.  Dan…oouuuwww…pantesan di selangkangan  Rika terlihat seperti terbelah. Rupanya dia  memakai G-String yang segitiganya hanya  mampu menutupi itilnya. Selebihnya...terlihat  bibir me meknya sudah membengkak kemerahan dan basah kuyup oleh lendirnya. Kulihat me mek  Rika sama dengan Linda…bersih dari bulu jembut, sehingga ha ini membuat kon tolku langsung  tegak mengeras lagi. Linda turut membantu Rika melepaskan G-String, kaos dan Bhnya. Seolah Linda tak ingin Rika  direpotkan oleh aktivitas lain yang mengurangi  kenikmatan bercinta. “Ohhh…nDreeww,,,,sssshhhhh…. hhhaaaaaarrrggghhh….mm mppphhhhh…..”Rika  merintih-rintih sambil mennggelengkan  kepalanya saat bibirku turun ke putingnya.  Payudara Rika lebih kecil dari Linda, mungkin  hanya 34 B, dibandingkan milik Linda yang 36 C.  Putingnya berwarna coklat muda, tegak keras  mengacung, seolah menantangku untuk segera  melahapnya. Dan…hap….kusedot putting kiri, sementara  tangan kananku meremas payudara sebelah  kanan dan memilin putingnya. “Auuuccchhhh.. Anddreewwww…ampunnnn…amppuuuuuunnnnn  …..”Rika berteriak menahan nikmat saat jari  tangan kiriku menyusuri memiawnya.  Kumasukkan jari tengahku sambil jempolku  menggosok itil Rika yang sangat keras. “Rik…kon tol Andrew diusap dong…biar cepet  keras…” ujar Linda. Segera tanpa diperintah dua  kali, Rika segera meraih kon tolku, mengusap  dan mengocok bergantian. “Uffff...Rika sayaaanng...akhirnya kon tolku  kena kamu yaaa...”aku merintih menahan  nikmat. Ternyata Rika sangat terampil dalam  urusan kocok mengocok, sehingga tak perlu  waktu lama kon tolku sudah sekeras kayu lagi,  mengkilat kemerahan. Tak sabar segera kubalikkan tubuh Rika,  sehingga posisinya sekarang nungging  didepanku. Lututnya bertumpu pada sofa  panjang, sehingga punggungnya meliuk,  menambah sexy posisinya saat itu. Dengan  pantat membulat, tampak bibir me mek Rika  merekah merah dan berkilat licin oleh cairan  birahinya. Tak tahan, kuserbu me mek Rika,  kujilat itilnya dan kukorek liangnya dengan jari- jariku. “Arggghhh…Andrew….oohhhh….nik.. mat…sss…sseekkk..ka  li……say….yaannnghhh….” Rika menjerit sambil tersengal. Napasnya  memburu. “Akk..kku…hammm..ppir sampai, honey…”Rika  terus merintih.Ah…ternyata Rika tak  sanggupbertahan lebih lama lagi. Terasa sekali  dibibirku, suhu me mek Rika makin panas, dan  lendir cintanya bertambah banyak mengalir. Segera saja kuarahkan batang kon tolku yang  menunggu giliran, merojok me mek Rika. “ Ugghhhh……aaacccgghhhhhh…Andreeeewwww………” pantat Rika tersentak menerima hunjaman kon  tolku yang begitu tiba-tiba.Nikmat sekali me  mek Rika. Meskipun sama-sama becek dan  mampu berdenyut, aku merasakan sensasi lain  dibandingkan me mek Linda. Makin lama makin terasa me mek Rika  berdenyut-denyut. Tak ada suara yang keluar  dari bibir Rika, kecuali erangan dan rintihan.  Kurasakan otot disekitar pantat dan  selangkangannya mengejang dan tiba-tia Rika  menekan pantatku sambil melolong.... “OOOOUUUWWWWWW….ANDREEEEEEEWWWW….. UUUUUUUFFFFGGGGH  HHHHH…..” Nafas Rika tertahan, dan kupercepat hunjaman  kon tolku, seolah menyerbu me mek Rika  bertubi-tubi. Ahh…..betapa hangat lendir birahi  yang mengalir, bahkan sampai meleleh  membasahi pahaku dan paha Rika. Rika tetap menggoyang-goyangkan pantatnya,  sehingga membuatku makin bernafsu menggocek kon tolku dalam me meknya yang becek namun  sempit. “C’mon honey...shot your sperm inside my mouth. ...,”Rika menoleh dan menatapku dengan mata  sayu seolah memohon agar kusemprotkan  spermaku dimulutnya. “Ohhhhh....aaaawwwgghhh....Rikaaaaa...me mek  kamu kok ennnnaaakk bangethhh sssssiiiccchhh... .,”aku menceracau sambil terus  memajumundurkan pantatku. “Ngeliat pantat  kamu yang bulet ..dddaannn...putih...eeegghhhh.. ..bikinnhh....aakk k.....kkkuuuu....pengennnnhhhh ....ngecreettthhh.......aaarrrrggghhh....RIIIKKKAA  AAAAAAAA......,”aku berteriak keras sambil  mencabut tongkolku. Serta merta Rika meraih  kon tolku, mengocoknya sambil mengisap kepala  dan batangnya. “C’mon...ayo Ndrew...keluarin pejuhmu.....” “Aku pengen ngerasain pejuh kamu....” Linda pun tak tinggal diam. Ia berbaring  telentang dibawahku dan menjilat perineumku,  seolah tau bahwa itu adalah daerah “mati”ku.  Ya, aku paling gak tahan kalo perineumku dijilat. AAAARRRGGGHHHH....LINDAAAAAA....gila kamu.... aaarrrghhhh.....nnnniiikk...mathhh..banget  ttt..... ” “Aku gak tahan, Rikaaa...Lindaaa....sayangku  cintaku.....” Dan.....crrroooooottt....crroooootttt..... “Haeeppphh...eeelllppphhhhh.... hhhmmmppphhhhh..... ”suara dari mulut Rika.  Tampak dia gelagapan menerima semburan  spermaku, tak kurang dari 5 semburan kencang  dan banyak... “Aaaahhh.....ooouuffhh....auuww...ooouuww... udah Rik...udah...udah...jangan diisep teruss... gelllliiii.....”aku meringis kegelian karena Rika  tetep mengisap tongkolku, seolah tak rela kalo  pejuhku tak keluar tuntas. Seolah ingin  menikmati pejuhku hingga tetes terakhir. “Hmmm...udah puas kamu Rik?” tanya Linda  sambil bibirnya mengecap-ngecap pejuhku yang  menetes ke mukanya. “Ahh...gila juga si Andrew ya...”sahut Rika. “ memiawku rasanya penuh banget. Mana kon tol  dia panjang lagi. Berasa mentok di rahimku  kayaknya.” “Liang kamu gak dalem sih Rik,” timpalku. “Tapi  asyik kok rasanya. Ternyata memiaw kalian  sama2  gak dalem ya...” “Thanks banget ya buat kamu berdua, udah mau  bantuin aku,”ucapku. “No problem, dear Andrew,” sahut Rika dan Linda hampir bersamaan. “Gimanapun, kamu kan suami sahabatku, boleh  dong kalo saling bantu...”sahut Rika. Kami pun bercanda sejenak sekedar melepaskan  lelah. Dan sambil masih tetap bertelanjang,  kupersilakan Rika dan Linda ke ruang makan  untuk sekedar minum minuman segar. Kulirik,  jam menunjukkan waktu pukul 11.37  siang,  pertanda tak lama lagi istriku dan anak-anak  akan segera datang. Mereka berdua pun segera  membersihkan diri dari sisa-sisa lendir dan  sperma yang membasahi me mek maupun wajah  mereka. "Ok Ndrew...aku pamit dulu ya...,"Rika pamit  sambil mengecup bibirku. "Daaa, sayang..." "Mmmuuaachh...,"Linda memagut bibirku lama,  seolah tak mau kehilangan momen yang sangat  dahsyat. "Bye, Ndrew...,"Linda juga berpamitan. " Salam buat Indah ya...tapi jangan bilang lho, kalo kamu habis bagi-bagi pejuh...xixixi.." Rika dan  Linda cekikikan sambil berjalan keluar. "Ok, hon...don't worry...thanks ya..."sahutku  sambil melambaikan tangan dan mengantar  mereka ke pagar. Ah, betapa bahagianya aku, ternyata dua  sahabat istriku tak keberatan olah sex  denganku, yang selama ini hanya khayalanku,  kini telah menjadi kenyataan. Thanks buat Rika dan Linda...kuharap kalian gak  bosen, karena akupun tak akan pernah bosan  menikmati tubuhmu....
kenangan bersama heru_1
Heru, 32  th, adalah teman sekantor suamiku  yang sebaya dengannya sedangkan aku  berumur 28  th. Mereka sering bermain tenis  bersama, entah mengapa setiap Heru datang  kerumah menjemput suamiku ia selalu  menyapaku dengan senyumnya yang khas,  sorotan matanya yang dalam selalu  memandangi diriku sedemikian rupa apalagi  sewaktu aku memakai daster yang agak  menerawang tatapannya seakan menembus  menjelajahi seluruh tubuhku. Aku benar benar dibuat risih oleh  perlakuannya, sejujurnya aku  merasakansesuatu yang aneh pada diriku,  walaupun aku telah menikah 2  tahun yang lalu  dengan suamiku, aku merasakan ada suatu  getaran dilubuk hatiku ditatap sedemikian rupa oleh Heru. Suatu hari suamiku pergi keluar kota selama 4  hari. Pas di hari minggu Heru datang  kerumah maksud hati ingin mengajak suamiku  bermain tenis, pada waktu itu aku sedang  olahraga dirumah dengan memakai hot pant  ketat dan kaos diatas perut. Ketika kubuka pintu untuknya ia terpana  melihat liku liku tubuhku yang seksi tercetak  jelas di kaos dan celana pendekku yang serba  ketat itu. Darahku berdesir merasakan  tatapannya yang tajam itu. Kukatakan  padanya suamiku keluar kota sejak 2  hari lalu,  dia hanya diam terpaku dengan senyumannya  yang khas tidak terlihat adanya kekecewaan  diraut mukanya, tiba-tiba ia berkata “..Hesty  mau tidak gantiin suamimu, main tenis dengan  saya..” Giliran aku yang terpana selama  menikah belum pernah aku pergi keluar dengan  laki laki selain suamiku tetapi terus terang aku senang mendengar ajakannya, dimataku Heru  merupakan figure yang cukup ‘gentleman’. Sementara aku masih ragu-ragu tiba tiba  dengan yakin ia berkata “..Cepet ganti pakaian aku tunggu disini..” Entah apa yang  mendorongku untuk menerima ajakannya aku  langsung mengangguk sambil berlari kekamarku untuk mengganti pakaian. Dikamar Aku  termangu hatiku dagdigdug seperti anak SMU  sedang berpacaran lalu aku melihat diriku  dicermin kupilih baju baju tenisku lalu  ketemukan rok tenis putihku yang supermini  lalu kupakai dengan blous ‘you can see’ setelah itu kupakai lagi sweater, wouw.. cukup seksi  juga aku ini.., setelah itu aku pakai sepatu  olahragaku lalu cepat cepat aku temui Heru  didepan pintu “..Ayo Her aku sudah siap..”  Heru hanya melongo melihat pakaianku.  Jakunnya terlihat naik turun. Singkat kata aku bermain tenis dengannya  dengan penuh ceria, kukejar bola yang  dipukulnya, rok miniku berkibar, tanpa sungkan  aku biarkan matanya menatap celana dalamku,  ada perasaan bangga dan gairah setiap  matanya menatap pantatku yang padat bulat  ini. Saking hotnya aku mengejar bola tanpa kuduga  aku jatuh terkilir, Heru menghampiriku lalu  mengajakku pulang. Setiba di rumah, kuajak  Heru untuk mampir dan ia menerimanya dengan senang hati. Heru memapahku sampai ke  kamar, lalu membantuku duduk di ranjang.  Dengan manja kuminta ia mengambilkan aku  minuman di dapur, Heru mengambilkan minuman dan kembali ke kamar mendapatkan aku telah  melepas sweater dan sedang memijat betisku  sendiri. Ia agak tersentak melihatku, karena  aku telah menanggalkan sweaterku sekarang  tinggal memakai blous “you can see” longgar  yang membuat ketiak dan buah dadaku yang  putih mulus itu mengintip nakal, posisi kakiku  juga menarik rokmini olahragaku hingga pahaku  yang juga putih mulus itu terbuka untuk  menggoda matanya. Tampak sekali ia menahan diri dan mengalihkan  pandangan saat memberikan minuman  kepadaku. Memang “gentleman” pria ini.  penampilannya agak kaku tetapi disertai sikap  yang lembut, kombinasi yang tak kudapatkan  dari suamiku, ditambah berbagai macam  kecocokan di antara kami. Mungkin inilah yang  mendorongku untuk melakukan sesuatu hal  yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang  wanita yang sudah bersuami. Aku menggeser  posisiku mendekatinya, lalu kucium pipinya  sebagai ucapan terimakasihku. Heru terkejut,  namun tak berusaha menghindar bahkan ia  menggerakan wajahnya sehingga bibirku beradu dengan bibirnya. Kewanitaanku bangkit  walaupun aku tahu ini adalah salah tetapi  tanpa kusadari ia mencium bibirku beberapa  saat sebelum akhirnya aku merespon dengan  hisapan lembut pada bibir bawahnya yang  basah. Kami saling menghisap bibir beberapa saat  sampai akhirnya aku yang lebih dulu melepas  ciuman hangat kami. “Her..” kataku ragu. Kami  saling menatap beberapa saat. Komunikasi  tanpa kata-kata akhirnya memberijawaban dan keputusan yang sama dalam hati kami, lalu  hampir berbarengan, wajah kami sama-sama  maju dan kembali saling berciuman dengan  mesra dan hangat, saling menghisap bibir, lalu  lama kelamaan, entah siapa yang memulai, aku  dan Heru saling menghisap lidah dan ciuman pun semakin bertambah panas dan bergairah. Ciuman dan hisapan berlanjut terus, sementara tangan Heru mulai beralih dari betisku,  merayap ke pahaku dan membelainya dengan  lembut. Darahku semakin berdesir. Mataku  terpejam. Entah bagaimana pria bukan suamiku  ini bisa menyentuh ragaku selembut ini,  semakin kupejamkan mataku semakin  melayang perasaanku, dan menikmati  kelembutan yang memancing gairah ini.  Kembali Heru yang melepas bibirnya dari  bibirku. Namun kali ini, dengan lembut namun  tegas, ia mendorong tubuhku sambil satu  tangannya masih terus membelai pahaku,  membuat kedua tanganku yang menahanku  pada posisi duduk tak kuasa melawan dan  akupun terbaring pasrah menikmati belaiannya, sementara ia sendiri membaringkan tubuhnya  miring di sisiku. Heru mengambil inisiatif mencium bibirku  kembali, yang serta merta kubalas dengan  hisapan pada lidahnya. Mungkin saat itu  gairahku semakin menggelegak akibat  tangannya yang mulai beralih dari pahaku ke  selangkanganku, membelai barang milikku yang  paling sensitif yang masih terbalut celana  dalam itu dengan lembut namun pasti. “Mmhh.. Heruu..sudah terlalu jauh Her..”  desahku di sela-sela ciuman panas kami. Aku  agak lega saat tangan kekarnya meninggalkan  selangkanganku, namun ia mulai menarik  blousku hingga terlepas dari jepitan rokku, lalu  ia loloskan dari kepalaku. Buah dadaku yang  montok dan puting susuku membayang  menggoda dari BH-ku yang tipis dan seksi,  membuatnya semakin penasaran. Ia kembali  mencium bibirku, namun kali ini lidahnya mulai  berpindah-pindah ke telinga dan leherku, untuk  kembali lagi ke bibir dan lidahku. Permainannya yang lembut dan tak tergesa- gesa ini membuatku terpancing menjadi  semakin bergairah, sampai akhirnya ia mulai  memainkan tangannya meraba-raba dadaku dan sesekali menyelipkan jarinya ke balik BH  menggesek-gesek putingku yang saat itu  sudah tegak mengacung. Tanpa kusadari aku  mulai memainkan kaos bajunya, dan setelah  bajunya kusingkap terlihat tampilan otot di  tubuhnya. Aku melihat dada bidang dan kekar,  serta perut sixpacknya di depan mataku. Tak  lama ia pun memutuskan untuk mengalihkan  godaan bibirnya ke buah dadaku yang masih  terbalut BHku. Diciumi buah dadaku sementara tangannya  merogoh ke balik punggungku untuk melepas  kait BH-ku. Sama sekali tidak ada protes  dariku iapun melempar BH-ku ke lantai sambil  tidak buang waktu lagi mulai menjilati putingku yang memang sudah menginginkan ini dari tadi.  “Ooohh.. sshh.. aachh.. Heruu..” desahku  langsung terlontar tak tertahankan begitu  lidahnya yang basah dan kasar menggesek  putingku yang terasa sangat peka. Heru menjilati dan menghisap dada dan  putingku di sela-sela desah dan rintihku yang  sangat menikmati gelombang rangsangan demi  rangsangan yang semakin lama semakin  menggelora ini, “..Oooh Heru suuddhaah.. Herr..  stoop..!!” tetapi Heru terus saja merangsangku bahkan tangannya mulai melepas celananya,  sehingga kini ia benar-benar telanjang bulat.  Penisnya yang besar dan berotot mengacung  tegang, karuan aku terbelalak melihatnya,  besar dan perkasa lebih perkasa dari penis  suamiku, vaginaku tiba tiba berdenyut tak  karuan. Oh..tak kupikirkan akibat dari  keisenganku tadi yang hanya ingin mencium  pipinya saja sekarang sudah berlanjut  sedemikian jauh. Heru melepas putingku lalu bangkit berlutut  mengangkangi betisku. Ia menarik rokku dan  membungkukkan badannya menciumi pahaku.  Kembali bibirnya yang basah dan lidahnya yang kasar menghantarkan rangsangan hebat yang  merebak ke seluruh tubuhku pada setiap  sentuhannya di pahaku. Apalagi ketika  lidahnya menggoda selangkanganku dengan  jilatannya yang sesekali melibas pinggiran CD  ku, semili lagi menyentuh bibir vaginaku. Yang  bisa kulakukan hanya mendesah dan merintih  pasrah melawan gejolak birahi, rasa  penasaranku menginginkan lebih dari itu tapi  akal sehatku masih menyatakan bahwa ini  perbuatan yang salah. Akhirnya, dengan menyibakkan celana  dalamku, Heru mengalihkan jilatannya  kerambut kemaluanku yang telah begitu basah  penuh lendir birahi. “ggaahh.. Heeruu..stoop.. ohh..” bagaikan terkena setrum rintihanku  langsung menyertai ledakan kenikmatan yang  kurasakan saat lidah Heru melalap vaginaku  dari bawah sampai ke atas, menyentuh  klitorisku. Kini kami sama-sama telanjang bulat. Tubuh  kekar berotot Heru berlutut di depanku.  Lobang vaginaku terasa panas, basah dan  berdenyut-denyut melihat batang penisnya  yang tegang besar kekar berotot berbeda  dengan punya suamiku yang lebih kecil. Oohh.. betul betul luar biasa napsu birahiku makin  mengebu gebu. Entah mengapa aku begitu  terangsang melihat batang kemaluan yang  bukan punya suamiku.Oooh begitu besar dan  perkasa, pikiranku bimbang karena aku tahu  sebentar lagi aku akan disetubuhi oleh sahabat suamiku, anehnya gelora napsu birahiku terus  mengelegak. Kupasrahkan diriku ketika Heru membuka  kakiku hingga mengangkang lebar lebar, lalu  Heru menurunkan pantatnya dan menuntun  penisnya ke bibir vaginaku. Kerongkonganku  tercekat saat kepala penis Heru menembus  vaginaku.”Hngk! Besaar..sekalii..Heer..” Walau  telah basah berlendir, tak urung penisnya yang demikian besar kekar berotot begitu seret  memasuki liang vaginaku yang belum pernah  merasakan sebesar ini, membuatku menggigit  bibir menahan kenikmatan hebat bercampur  sedikit rasa sakit. Tanpa terburu-buru, Heru kembali menjilati dan  menghisap putingku yang masih mengacung  dengan lembut, kadang menggodaku dengan  menggesekkan giginya pada putingku, tak  sampai menggigitnya, lalu kembali menjilati  dan menghisap putingku, membuatku tersihir  oleh kenikmatan tiada tara, sementara  setengah penisnya bergerak perlahan dan  lembut menembus vaginaku. Ia menggerak- gerakkan pantatnya maju mundur dengan  perlahan, memancing gairahku semakin  bergelora dan lendir birahi semakin banyak  meleleh di vaginaku, melicinkan jalan masuk  penis berotot ini ke dalam liang kenikmatanku  tahap demi tahap. Lidahnya yang kasar dan basah berpindah- pindah dari satu puting ke puting yang lain,  membuat kepalaku terasa semakin melayang  didera kenikmatan yang semakin bergairah.  Akhirnya napsu birahikulah yang menang laki  laki perkasa ini benar benar telah menyeretku  kepusaran kenikmatan menghisap seluruh  pikiran jernihku dan yang timbul adalah  rangsangan dahsyat yang membuatku ingin  mengarungi permainan seks dengan sahabat  suamiku ini lebih dalam. “Ouuch.. sshh.. aachh.. teruuss.. heeruu..  masukin penismu yang dalaam..!! oouch..  niikmaat.. heerr..!! Baru kali ini lobang vaginaku merasakan ukuran dan bentuk penis yang  bukan milik suamiku, yang sama sekali baru .. besaar dan perkasaa.., aku merasakan suatu  rangsangan yang hebat didalam diriku. Seluruh  rongga vaginaku terasa penuuh, kurasakan  begitu nikmatnya dinding vaginaku digesek  batang penisnya yang keras dan besaar..! Akhirnya seluruh batang kemaluannya yang  kekar besar itu tertelan kedalam lorong  kenikmatanku, memberiku kenikmatan hebat,  seakan bibir vaginaku dipaksa meregang,  mencengkeram otot besar dan keras ini.  Melepas putingku, Heru mulai memaju- mundurkan pantatnya perlahan, “..oouch..  niikmaat.. heeruu..!!” aku pun tak kuasa lagi  untuk tidak merespon kenikmatan ini dengan  membalas menggerakan pantatku maju-mundur dan kadang berputar menyelaraskan gerakan  pantatnya, dan akhirnya napasku semakin  tersengal-sengal diselingi desah desah penuh  kenikmatan. “hh.. sshh.. hh.. Heerruu.. oohh ..suungguuhh..  niikmmaat sahyangghh..” Heru membalas  dengan pertanyaan “Ohh.. Hestyy nikmatan  mana dengan penis suamimu..?” otakku benar  benar terhipnotis oleh kenikmatan yang luar  biasa..! jawabanku benar benar diluar  kesadaranku “Ohh ssh Heruu. penismu besaar  sekalii..! jauh lebih nikmaat ..!! Heru makin  gencar melontarkan pertanyaan aneh aneh, “.. hh..Hesty lagi diapain memekmu sama  kontolnya Heru..?” aku bingung menjawabnya,  “Bilang lagi dientot..!” Heru memaksaku untuk  mengulangnya, tapi dasar aku lagi terombang  ambing oleh buaian birahi akupun tidak malu  malu lagi mengulangnya “hh.. hh.. sshh.. mmhh.. lagi dientot sayaang..” Terus menerus kami saling memberi  kenikmatan, sementara lidah Heru kembali  menari di putingku yang memang gatal  memohon jilatan lidah kasarnya. Aku benar  benar menikmati permainannya sambil  meremas-remas rambutnya. Rasa kesemutan  berdesir dan setruman nikmat makin menjadi  jadi merebak berpusat dari vagina dan  putingku, keseluruh tubuhku hingga ujung  jariku. Kenikmatan menggelegak ini merayap  begitu dahsyat sehingga terasa seakan  tubuhku melayang. Penisnya yang dahsyat  semakin cepat dan kasar menggenjot vaginaku  dan menggesek-gesek dinding vaginaku yang  mencengkeram erat. Hisapan dan jilatannya pada putingku pun  semakin cepat dan bernapsu. Aku begitu  menikmatinya sampai akhirnya seluruh  tubuhku terasa penuh setruman birahi yang  intensitasnya terus bertambah seakan tanpa  henti hingga akhirnya seluruh tubuhku  bergelinjang liar tanpa bisa kukendalikan saat  kenikmatan gairah ini meledak dalam seluruh  tubuhku. Desahanku sudah berganti dengan  erangan erangan liar kata kataku semakin  vulgar. “Ahh.. Ouchh.. entootin terus sayaang. . genjoott.. habis memekku..!! genjoott..  kontolmu sampe mentok..!!” Ooohh.. Herruu..  bukan maiin.. eennaaknyaa.. ngeentoot  denganmu..!!” mendengar celotehanku, Heru  yang kalem berubah menjadi semakin beringas  seperti banteng ketaton dan yang membuat  aku benar benar takluk adalah staminanya  yang bukan maiin perkasaa.., tidak pernah  kudapatkan seperti ini dari suamiku. Aku benar benar sudah lupa siapa diriku yang  sudah bersuami ini, yang aku rasakan sekarang  adalah perasaan yang melambung tinggi sekali  yang ingin kunikmati sepuas puasnya yang  belum pernah kurasakan dengan suamiku. Heru  mengombang ambingkan diriku di lautan  kenikmatan yang maha luas, seakan akan tiada tepinya.
kenangan bersama heru_2
tepinya. Akhirnya aku tidak bisa lagi menahan  gelombang kenikmatan melanda seluruh  tubuhku yang begitu dahsyatnya menggulung  diriku “Ngghh.. nghh .. nghh.. Heruu.. Akku mau  keluaar..!!” pekikanku meledak menyertai  gelinjang liar tubuhku sambil memeluk erat  tubuhnya mencoba menahan kenikmatan dalam tubuhku, Heru mengendalikan gerakannya yang tadinya cepat dan kasar itu menjadi perlahan  sambil menekan batang kemaluannya dalam  dalam dengan memutar mutar keras sekalii..  Clitorisku yang sudah begitu mengeras habis  digencetnya. “..aacchh.. Heruu.. niikmaat..  tekeen.. teruuss.. itilkuu..!!” Ledakan kenikmatan orgasmeku terasa seperti ‘forever’ menyemburkan lendir orgasme dalam  vaginaku, kupeluk tubuh Heru erat sekali  wajahnya kuciumi sambil mengerang  mengerang dikupingnya sementara Heru terus  menggerakkan sambil menekan penisnya  secara sangat perlahan, di mana setiap mili  penisnya menggesek dinding vaginaku  menghasilkan suatu kenikmatan yang luar  biasa yang kurasakan dalam tubuhku yang  tidak bisa kulontarkan dengan kata kata. Beberapa detik kenikmatan yang terasa  seperti ‘forever’ itu akhirnya berakhir dengan  tubuhku yang terkulai lemas dengan penis Heru masih di dalam vaginaku yang masih  berdenyut-denyut di luar kendaliku. Tanpa  tergesa-gesa, Heru mengecup bibir, pipi dan  leherku dengan lembut dan mesra, sementara  kedua lengan kekarnya memeluk tubuh lemasku dengan erat, membuatku benar-benar merasa  aman, terlindung dan merasa sangat disayangi. Ia sama sekali tidak menggerakkan penisnya  yang masih besar dan keras di dalam vaginaku.  Ia memberiku kesempatan untuk mengatur  napasku yang terengah-engah. Setelah aku kembali “sadar” dari ledakan  kenikmatan klimaks yang memabukkan tadi,  aku pun mulai membalas ciumannya,  memancing Heru untuk kembali memainkan  lidahnya pada lidahku dan menghisap bibir dan  lidahku semakin liar. Sekarang aku tidak  canggung lagi bersetubuh dengan teman  suamiku ini. Gairahku yang sempat menurun  tampak semakin terpancing dan aku mulai  kembali menggerak-gerakkan pantatku  perlahan-lahan, menggesekkan penisnya pada  dinding vaginaku. Respon gerakan pantatku  membuatnya semakin liar dan aku semakin  berani melayani gairahnya yang memang  tampaknya makin liar saja. Genjotan penisnya pada vaginaku mulai cepat,  kasar dan liar. Aku benar-benar tidak  menyangka bisa terangsang lagi, biasanya  setelah bersetubuh dengan suamiku setelah  klimax rasanya malas sekali untuk bercumbu  lagi tapi kali ini Heru memberiku pengalaman  baru walau sudah mengalami klimax yang maha  dahsyat tadi tapi aku bisa menikmati  rangsangannya lagi oleh genjotan penisnya  yang semakin bernapsu, semakin cepat,  semakin kasar, hingga akhirnya ledakan lendir  birahiku menetes lagi bertubi-tubi dari dalam  vaginaku. Lalu Heru memintaku untuk berbalik, ooh ini  gaya yang paling kusenangi “doggy style”  dengan gaya nungging aku bisa merasakan  seluruh alur alur batang kemaluan suamiku dan  sekarang aku akan merasakan batang yang  lebih besar lebih perkasa oohh..! dengan cepat  aku berbalik sambil merangkak dan menungging  kubuka kakiku lebar, kutatap mukanya sayu  sambil memelas “..Yeess..Herr..masukin kontol  gedemu dari belakang kelobang memekku..”  Heru pun menatap liar dan yang ditatap adalah  bokongku yang sungguh seksi dimatanya,  bongkahan pantatku yang bulat keras  membelah ditengah dimana bibir vaginaku  sudah begitu merekah basah dibagian labia  dalamku memerah mengkilat berlumuran lendir  birahiku mengintip liang kenikmatanku yang  sudah tidak sabar ingin melahap batang  kemaluannya yang sungguh luar biasa itu. Sambil memegang batang penisnya  disodokannya ketempat yang dituju â€Bleess. .” ..Ooohh.. Heruu.. teruss.. Herr.. yang..  dalaam..!! mataku mendelik merasakan betapa  besaar dan panjaang batang penisnya  menyodok liang kenikmatanku, urat urat  kemaluannya terasa sekali menggesek rongga  vaginaku yang menyempit karena tertekuk  tubuhku yang sedang menungging ini.  Hambatan yang selalu kuhadapi dengan  suamiku didalam gaya ‘doggy style’ ini adalah  pada waktu aku masih dalam tahap ‘menanjak’  suamiku sudah terlalu cepat keluar, suamiku  hanya bisa bertahan kurang dari dua menit. Tetapi Heru sudah lebih dari 15  menit  menggarapku dengan gaya ‘doggy style’ ini  tanpa ada tanda tanda mengendur. Oh bukan  maiin..! bagai kesurupan aku menggeleng  gelengkan kepalaku, aku benar benar  dalamkeadaan ekstasi, eranganku sudah  berubah menjadi pekikan pekikan kenikmatan,  tubuhku kuayun ayunkan maju mundur, ketika  kebelakang kusentakan keras sekali  menyambut sodokannya sehingga batang penis yang besaar dan panjaang itu lenyap tertelan  oleh kerakusan lobang vaginaku. kenikmatanku  bukan lagi pada tahap “menanjak” tapi sudah  berada di awang-awang di puncak gunung  kenikmatan yang tertinggi. “Hngk.. ngghh..Heruu..akuu mau keluaar lagii..  aargghh..!!” aku melenguh panjang menyertai  klimaksku yang kedua yang kubuat semakin  nikmat dengan mendorong pantatku ke  belakang keras sekali menancapkan penisnya  yang besar sedalam-dalamnya di dalam  vaginaku, sambil kukempot kempotkan  vaginaku serasa ingin memeras batang  kemaluannya untuk mendapatkan seluruh  kenikmatan semaksimum mungkin. Setelah mengejang beberapa detik diterjang  gelombang kenikmatan, tubuhku melemas  dipelukan Heru yang menindih tubuhku dari  belakang. Berat memang tubuhnya, namun  Heru menyadari itu dan segera menggulingkan  dirinya, rebah di sisiku. Tubuhku yang telanjang bulat bermandikan keringat terbaring pasrah di ranjang, penuh dengan rasa kepuasan yang  maha nikmat yang belum pernah aku rasakan  sebelumnya dengan suamiku. Heru memeluk tubuhku dan mengecup pipiku,  membuatku merasa semakin nyaman dan puas.  “Hesty aku belum keluar sayang..! tolongin aku isepin kontolku sayaang..!” Aku benar benar  terkejut aku sudah dua kali klimaks tapi Heru  belum juga keluar, bukan main perkasanya.  biasanya malah suamiku lebih dulu dari aku  klimaksnya kadang kadang aku malah tidak  bisa klimaks dengan suamiku karena suamiku  suka terburu buru. Merasa aku telah diberi kepuasan yang luar  biasa darinya maka tanpa sungkan lagi  kuselomot batang kemaluannya kujilat jilat  buah zakarnya bahkan selangkangannya ketika kulihat Heru menggeliat geliat kenikmatan, “.. Ohh yess Hes.. nikmat sekalii.. teruss hes..  lumat kontolku iseep yang daleemm.. ohh..  heestyy.. saayaangg..!!” Heru mengerang  penuh semangat membuatku semakin gairah  saja menyelomot batang kemaluannya yang  besar, untuk makin merangsang dirinya aku  merangkak dihadapannya tanpa melepaskan  batang kemaluannya dari mulutku,  kutunggingkan pantatku kuputar putar sambil  kuhentak hentakan kebelakang, benar saja  melihat gerakan erotisku Heru makin  mendengus dengus bagai kuda jantan liar, dan  tidak kuperkirakan yang tadinya aku hanya  ingin merangsang Heru untuk bisa cepat  ejakulasinya malah aku merasakan birahiku  bangkit lagi vaginaku terasa berdenyut  denyut clitorisku mengeras lagi. Ohh.. beginikah multiple orgasme yang banyak  dibicarakan teman temanku? Selomotanku  makin beringas, batang yang besar itu yang  menyumpal mulutku tak kupedulikan lagi  kepalaku naik turun cepat sekali, Heru  menggelinjang hebat, akhirnya kurasakan  vaginaku ingin melahap kembali batang  kemaluannya yang masih perkasa ini, dengan  cepat aku lepas penisnya dari mulutku  langsung aku merangkak ke atas tubuhnya  kuraih batang kemaluannya lalu kududuki  sembari ku tuju ke vaginaku yang masih lapar  itu. Bleess.. aachh..aku merasakan bintang  bintang di langit kembali bermunculan. “..Ooohh..Hesty..kau sungguuh seksxyy..  masuukin kontolku..!!” Heru memujiku setinggi  langit melihat begitu antutiasnya aku  meladeninya bahkan bisa kukatakan baru  pertama kali inilah aku begitu antusias, begitu  beringas bagai kuda betina liar melayani kuda  jantan yang sangat perkasa ini. “..Yess.. Heruu. . yeess.. kumasukkan kontolmu yang perkasa  ini..!” kuputar-putar pinggulku dengan  cepatnya sekali kali kuangkat pantatku lalu  kujatuhkan dengan derass sehingga batang  penis yang besar itu melesak dalaam sekali.. “..aachh.. Heestyy.. putaar.. habiisiin  kontoolku.. eennakk.. sekaallii..!!” giliran Heru  merintih mengerang bahkan mengejang- ngejangkan tubuhnya, tidak bisa kulukiskan  betapa nikmatnya perasaanku, tubuhku terasa seringan kapas jiwaku serasa diombang ambing  di dalam lautan kenikmatan yang maha luas  kucurahkan seluruh tenagaku dengan memutar  menggenjot bahkan menekan keras sekali  pantatku, kali ini aku yang berubah menjadi  ganas dan jalang, bagaikan kuda betina liar aku  putar pinggulku dan bagai penari perut meliuk  meliuk begitu cepat. Batang kemaluannya kugenjot dan kupelintir  habiss.. bahkan kukontraksikan otot-otot  vaginaku sehingga penis yang besar itu terasa  bagai dalam vacum cleaner terhisap dan  terkenyot didalam liang vaginaku. Dan yang  terjadi adalah benar benar membuatku bangga  sekali, Heru bagai Layang-layang putus  menggelinjang habis kadang mengejangkan  tubuhnya sambil meremas pantatku keras  sekali, sekali-kali ingin melepaskan tubuhku  darinya tapi tidak kuberikan kesempatan itu  bahkan kutekan lagi pantatku lebih keras,  batang penisnya melesak seluruhnya bahkan  rambut kemaluannya sudah menyatu dengan  rambut kemaluanku, clitorisku yang lapar akan  birahi sudah mengacung keras makin merah  membara tergencet batang kemaluannya.  Badanku sedikit kumiringkan ke belakang, buah  zakarnya kuraih dan kuremas-remas, “..Ooohh.. aachh.. yeess.. Heess.. yeess..!!” Heru membelalakan matanya sama sekali tidak menyangka aku menjadi begitu beringass.. begitu liaar.. menunggangi tubuhnya, lalu Heru  bangkit, dengan posisi duduk ia menylomot  buah dadaku… aachh tubuhku semakin panaas..  kubusungkan kedua buah dadaku. “..selomot..  pentilku.. dua. duanya.. Herr..yeess..!! …sshh..  …oohh..!! mataku menjadi berkunang kunang, “.. Ooohh.. Hestyy.. nikmatnya bukan main posisi  ini..! batang kontolku melesak dalam sekali  menembus memekmu..!” Heru mendengus- dengus kurasakan batang penisnya  mengembung pertanda spermanya setiap saat  akan meletup, “..Ohh.. sshh..aahh.. Heruu .. keluaar.. bareeng..sayaannghh..!! jiwaku terasa  berputar putar..! “..yess..Hess..aku…  keluarkan diluar apa didalam..?”. “..Ohh.. Heru  kontoolmu.. jaangaahhn..dicabuut..keluarin..  didalaam..!! Tiba tiba bagaikan disetrum jutaan volt  kenikmatan tubuhku bergetar hebat sekalii..!  dan tubuhku mengejang ketika kurasakan  semburan dahsyat di dalam rahimku, “..aachh.  jepiit kontoolku.. yeess.. sshh.. oohh..  nikmaatnya.. memekmu Hestyy..!!” Heru  memuncratkan air maninya di dalam rongga  vaginaku, terasa kental dan banyak sekali.  Akupun mengelinjang hebat sampai lupa  daratan “..Nggkkh.. sshh.. uugghh.. Heerru..  teekeen kontoolmu.. sampe mentookkhh..  sayaahng.. aarrgghh..!! gelombang demi  gelombang kenikmatan menggulung jiwaku, ooh  benar benar tak kusangka makin sering klimaks makin luar biaasaa rasa nikmatnya jiwaku  serasa terbetot keluar terombang ambing  dalam lautan kenikmatan yang maha luas.  Kutekan kujepit kekepit seluruh tubuhnya  mulai batang penisnya pantatnya pinggangnya bahkan dadanya yang kekar kupeluk erat  sekali. Seluruh tetes air maninya kuperas dari batang  kemaluannya yang sedang terjepit menyatu di  dalam liang vaginaku. aarrgghh.. Nikmatnya  sungguh luar biaasaa!! Oohh Heru aku kuatir  akan ketagihan dengan batang penismu yang  maha dahsyat ini!! Akhirnya perlahan lahan  kesadaranku pulih kembali, klimaks yang ketiga ini membuat tubuhku terasa lemas sekali, Heru sadar akan keterbatasan tenagaku, akhirnya ia membaringkan tubuhku di dadanya yang kekar,  aku merasakan kenyamanan yang luar biasa,  kepuasanku terasa sangat dihargainya. Tiga  kali klimaks bukanlah hal yang mudah bagiku  untuk mendapatkannya didalam satu kali  permainan seks. Heru telah menaklukan diriku luaar.. dalaam..!!  akan kukenang kejadian ini selama hidupku. Tiba tiba Heru melihat jam lalu dengan muka sedih ia mengatakan kepadaku bahwa ia harus menemui seseorang 10  menit lagi, akupun tak kuasa  menahannya, aku hanya mengangguk tak  berdaya. Sepeninggal Heru dari rumah, aku termenung  sendirian di ranjang. Suatu kejadian yang sama  sekali tak terpikir olehku mulai merebak dalam  kesadaranku. Aku telah menikmati perbuatan  seks dengan sahabat suamiku bahkan harus  kuakui, aku betul betul menikmati  kedahsyatan permainan seks dengan sahabat  suamiku itu. Tetapi aku telah mengkhianati  suamiku. Aku mulai merasakan sesuatu yang  salah, sementara di lain pihak, aku sangat  menikmatinya dan sangat mengharapkan Heru  melakukannya lagi terhadapku. Hati dan akal sehat terpecah dan menyeretku  ke dua arah yang berlawanan. Pergumulan  batin terjadi membuatku limbung. Akhirnya  kuputuskan untuk mencoba melupakan Heru.  Setelah beberapa minggu dalam kondisi seperti  ini, hatiku makin tidak menentu, makin kucoba  melupakannya makin terbayang seluruh  kejadian hari itu, aku masih merasakan  tubuhnya yang kekar berkeringat napasnya  yang mendengus dengus terngiang sayup  sayup terdengar suaranya memanggilku ’ sayang’. Heru berhenti bertugas di kantor  suamiku. Entah itu keinginannya sendiri atau  memang ia dialih tugaskan, aku tidak tahu. Namun hingga kini, pergumulan batin dalam  diriku masih terus berlangsung. Di lain pihak  aku tetap ingin mencintai suamiku, walaupun ia tak bisa memberikan apa yang telah diberikan  Heru padaku. Aku masih merindukan dan  menginginkan sentuhan tangan kekar Heru,  dimanakah kau berada Heru..?
selingkuh dengan kakak ipar
Sore itu aku baru saja mengantar istriku Ine  piknik ke Bali bareng-bareng murid SMU dan  teman-temannya sesama guru. Aku antar  sampai bis berangkat menuju Bali diiringi  lambaian tangan istriku tercinta. Sebelum  berangkat istriku berpesan agar segera  mengembalikan uang yang dipinjamnya kepada  istri kakaknya, yang berarti  adalah  kakak  iparku juga yang bernama  arti . Walaupun cuaca agak mendung, tetapi kuantarkan juga uang itu kepada kakak ipar istriku. Sampai di sana  ternyata sepi, nggak ada  orang  dan pintu  rumah tertutup rapat. Ku ketuk pintu rumah " Dok..dok..dok....kula nuwun", sapaku. Nggak ada jawaban. Berulang-ulang kuketuk pintu juga  nggak ada jawaban. Akhirnya iseng-iseng  pegangan pintu ku dorong, ternyata pintu  nggak terkunci. Teledor benar kakak iparku ini,  begitu pikirku. Aku masuk ke  kamar  tamu, sepi. Sayup-sayup ku dengar suara gemercik air di  kamar mandi belakang. Segera aku ke sana dan  menyapa kakak iparku. "Mbak.. mbak" sapaku  agak keras,  karena  suara air mandipun keras  juga. "Siapa itu?" jawab dari dalam. "Aku... Unang" jawabku. "Ada apa.." tanyanya lagi. "Ini mbak aku disuruh Ine mengembalikan uang yang dipinjam kemarin" jawabku. "Ya..tunggu  sebentar" jawab mbak Arti dari dalam kamar  mandi. Akhirnya aku duduk-duduk di depan TV  sambil menonton acaranya. Lima menit berlalu, sepuluh menit, limabelas menit sudah aku  menunggu, ternyata mbak Arti belum juga  kelar acara mandinya. Iseng-iseng aku bangkit  menuju kamar mandi dan mencoba melihat dari  luar apa yang sedang dilakukan kakak iparku  ini. Waah....ada lubang kunci, itu cukup buatku  untuk  mengintipnya. Deg..plasss...jantungku  seakan rontok melihat pemandangan yang  belum pernah aku saksikan. Kulihat kakak  iparku ini sedang menggosok-gosok badannya  dengan sabun mandi sambil duduk di pinggir  kamar mandi dengan kaki mengangkang.  Terlihat jelas di mataku, karena posisi  duduknya menghadap ke pintu kamar mandi.  Wajahnya terlihat memerah, matanya  tertutup rapat dan bibirnya menganga sambil  sesekali mengeluarkan erangan halus, " ahhhhgg...ahhhhhg...ssshh". Kulihat  payudaranya ranum banget, walaupun agak  kecil, putingnya merah dan menegang, indah  sekali. Pandangan ku alihkan ke bawah. Srettt.. darahku mendidih seketika, karena vagina-nya  terlihat sangat bagus, seperti mawar merah  yang sedang merekah, yang sekelilingnya  dihiasi dengan bulu-bulu halus membentuk  lingkaran di sekitar mulut luar dan sekitar  perut. Mbak Arti terus menggosok payudara  dan vaginanya sambil pantatnya bergoyang- goyang. Diantara keluarga kami, mbak Arti ini  mempunyai pantat yang paling bagus, padat  dan besar, tetapi serasi dengan bentuk  tubuhnya. Ohhh. Rupanya kakak iparku ini  sedang masturbasi. Aku tak begitu saja  menyia-nyiakan kesempatan ini. Kuteruskan  kegiatanku mengintip. Pantat mbak Arti  semakin bergetar keras ketika jarinya  menyentuh klitoris yang menyembul di antara  vagina-nya. Digosoknya vagina-nya dengan  gerakan memutar seirama dengan goyangan  pantatnya. Mungkin sudah klimaks, karena  kulihat mbak Arti mengejang dan meluruskan  kakinya sambil menciumi ketiaknya sendiri.  Khawatir ketahuan aku segera berjingkat- jingkat menuju depan TV dan kembali duduk,  Pura-pura membaca Koran yang ada di  depanku. Jegleggg...pintu kamar mandi dibuka.  Kakak iparku keluar dari kamar mandi dengan  mengenakan daster tipis tembus pandang,  hingga membuat tenggorokanku kering  menahan gejolak seksku yang kian meninggi.  Tetapi aku pura-pura acuh dan bertanya "Mas  Dwi pergi ke  mana  to mbak" tanyaku basa- basi. "Masmu baru penataran di Ungaran  selama 3  hari, tadi siang baru berangkat, mbak  mengantar sampai terminal" sahutnya. Wahhh. .duda ketemu janda nich, pikirku. "Ini mbak  titipan dari Ine, mohon maaf karena baru  sekarang baru  bisa  ngembali’in" kusampaikan  permintaan maaf istriku sambil memberikan  amplop berisi uang "Ah..nggak apa-apa"  sahutnya. Baru berbincang-bincang sebentar,  tiba-tiba hujan turun dengan derasnya seakan- akan mengguyur bumi ini. "Waduh..hujan"  kataku memecah suara hujan yang jatuh di  atas genting. "Ya berteduh dulu to di sini,  nggak usah sungkan, wong di rumah saudara  aja. Sebentar mbak buat’in minuman hangat"  sahutnya. Mbak Arti berjalan ke dapur. Cleguk. ..aku menelan ludah karena kulihat pantat  mbak Arti bergoyang ke kanan dan ke kiri,  seakan-akan menantang setiap lelaki untuk  menjamahnya. Kulihat terus setiap gerakan  tubuhnya dengan seksama. Darahku seakan  berhenti ketika kakak iparku ini mengaduk  minuman di gelas. Seluruh tubuhnya bergoyang, payudaranya, perutnya, pantatnya pokoknya  syuur banget. Tiba-tiba dia lari dari dapur  menuju ke arahku dan memelukku erat-erat  sambil berteriak, "Dik Unang, kakak jijik lihat  kecoa di dekat gelas itu" katanya sambil  menunjuk ke arah dapur. "Tenang mbak, tenang, ayo kita bunuh kecoa itu" sahutku sambil  tetap memeluk kakak iparku itu dan berjalan  menuju dapur. Dengan sebuah gagang sapu,  kubunuh kecoa itu dan kubuang ditempat  sampah, tetapi anehnya kegiatan itu  kulakukan dengan tetap berpelukan dengan  kakak iparku itu. Jantungku mulai berdetak  sembarangan. Nafsu mulai naik ke ubun-ubun.  Tiba-tiba kedua mata kami beradu pandang,  lama sekali sambil nafas kami terengah-engah.  Sementara hujan berubah menjadi rintik-rintik,  mendukung suasana menjadi dingin dan sepi.  Nggak sadar, entah siapa yang memulai, bibir  kami saling berpagut, hangat. Kulumat bibir  kakak iparku itu dengan penuh nafsu. Sekali- sekali kugigit bibirnya dan kumainkan lidahku di atas langit-langit mulutnya. Nafsu seks sudah mengasai kami berdua. Aku tahu itu tidak  boleh, tetapi kami nggak kuasa untuk  menghentikannya. Kami semakin tenggelam  dalam birahi. Kini leher jenjang kakak iparku  menjadi sasaranku berikutnya. Kuciumi dan  kujilat sepuasnya. Hampir saja aku mencipok  lehernya itu, kalau tidak ditepis oleh kakak  iparku itu dan memprotes, "Jangan dik..nanti  membekas", larangnya. Kemudian kujilat kuping belakang mbak Arti sambil kubisikkan sesuatu. Ia mengangguk. Sambil masih tetap berdiri di  pinggir wastafel dapur kulepas pakaiannya  satu per satu. Hingga kini tak selembar  benangpun melilit tubuhnya. Kupandangi tubuh  indah itu sampai lama, hingga lidahku tahu- tahu sudah memainkan puting payudara yang  sudah memerah tegang itu. Pelan-pelan kaki  kanannya ku angkat dan kuletakkan di pinggir  wastafel itu. Jemarikupun refleks memainkan  bulu-bulu halus di sekitar vaginanya. Kudengar  kakak iparku melenguh-lenguh tanda  terangsang. "Ah.... ouhgh..... sshh.... nikmat..  terus....". Dengan penuh nafsu serangan  kuteruskan dengan lidah di bibir vaginanya  yang sudah basah oleh cairan hangat itu.  Kujilat–jilat mesra sambil sesekali menggigit  bagian dalam bibir vagina itu. Rupanya  seranganku membuahkan hasil. Mbak Arti  bergetar keras dan mengajakku pindah ke sofa. Kami duduk berpangkuan sambil terus  melakukan kontak seksual. Kini giliran Mbak  Arti yang gantian menyerangku. Dicopotinya  semua pakaianku. Ia sempat terbelalak begitu  melihat penisku. Entah apa yang dirasakannya. Yang jelas ia langsung melahap penisku sampai  habis. Diisap-isap, dikocok-kocok dan dijilati  sampai puas.  Gantian aku yang menggelinjang  hebat, karena terus terang aku sudah  terangsang ketika aku mengintip kakak iparku  ini mandi. "Mmmmhhhh....srup....srup.." penisku  dihisap-hisap sampai badanku merinding semua. Ia memandang mataku dan memberi tanda agar  pindah ke kamar tidurnya. Kami berbaring  dengan ambil posisi 69.  Kini didepan wajahku  terpampang vagina yang menganga dan  memerah. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan,  langsung ku serang vagina itu hingga Mbak  Arti menggelinjang penuh kenikmatan. Tetapi  sebaliknya Mbak Artipun semakin gencar  menyerang peny-ku dengan tak kalah  hebatnya. Tiba-tiba ia bangun dan  mendorongku hingga jatuh telentang. Hujan  belum juga berhenti. Dalam hati kunyayikan  lagu anak-anak yang kugubah syairnya, TIK.. TIK...TIK BUNYI HUJAN DI ATAS RANJANG. Ia  mulai ambil posisi membelakangiku dan  membimbing peny-ku masuk ke dalam lobang  vagina yang sudah becek itu disertai gerakan  naik turun. Pelan-pelan....agak cepat....sampai  seperti kesetanan ia terus menggoyang  pantatnya naik turun. Kuimbangi gerakannya  dengan mendorong peny-ku maju mundur.  Mulutnya menceracau tak karuan. Dengan  masih melakukan gerakan tadi kuremas-remas  payudara yang kini semakin mengeras itu.  Hingga akhirnya ia menjerit kecil "Ohhhh..aku  sudah nggak tahan lagi dik....Ahsh..". Segera  kuambil posisi konvensional. Kutelentangkan  ia, pahanya ku buka lebar-lebar dan tumitnya  kuletakkan di bahuku.  Kuterobos lubang  menganga itu dengan rudalku, dan kuserang  habis-habisan. Permainan ini kami lakukan  hampir 1  jam, sampai kakak iparku berdesah  hebat sambil berkata "Ahg....ough..sh... Aku  mau keluar dik. Ohhhg". Kutambah kecepatan  permainanku karena akupun sudah mendekati  detik-detik orgasme. Kurasakan darah mengalir dari seluruh tubuh ke peny-ku Kugoyang,  kugoyang dan kugoyang terus, sampai masing- masing kami mencapai puncak kenikmatan  dengan kusemburkan mani ku ke dalam vagina  kakak iparku itu sambil memeluknya erat-erat. Sepuluh menit kami berpagut mesra. Hingga  akhirnya kami kenakan pakaian kami kembali. " Mbakkk.." panggilku. "Mmhhhhh.." jawabnya  manja. "Aku sebetulnya sudah mengintip  waktu mbak tadi mandi" godaku. "Ahhhh..kamu  nakal.." sungutnya sambil mencubit lenganku  keras-keras. Senda gurau berakhir sampai aku  berpamitan pulang dan kebetulan hujan sudah  agak reda. Sebelum pulang kucium mesra pipi  dan bibirnya sambil kubisikkan di telinganya " Mbak adalah kakak iparku tersayang".
yuni costumerku-1
Saat ini aku hampir menjadi seorang insinyur  elektro, sekarang sedang menunggu wisuda.  Sambil menunggu wisuda, aku dan beberapa  temanku membuka toko komputer. Kejadian ini  terjadi pada bulan Agustus 2000. Pagi itu sekitar jam 10  pagi, aku sedang  membuat proposal penawaran untuk pemda  Wonogiri. Sebuah Vitara putih tiba-tiba masuk  di halaman kantorku, seorang cewek WNI  keturunan berumur sekitar 20  tahun, tinggi  sekitar 165  cm mengenakan kaos ketat warna  biru muda keluar dari dalam mobil. “Selamat pagi Mas”, katanya. “Selamat pagi, silakan duduk.., Ada yang dapat saya bantu?”, sahutku sambil bersalaman dan  menyiapkan sebuah kursi yang masih berada di  pojok ruangan. Terasa dingin dan sangat lembut ketika aku meremas tangannya. Singkat cerita dia setuju membeli seperangkat  komputer pentium II/550  multimedia dan  sebuah bjc-2000  yang saat itu seharga 6 ,6  juta. “Ini saya baru bawa 5 juta, sisanya besok bisa  Mas?”, tanya dia. “Oh.., nggak apa-apa”, jawabku, sebenarnya  dengan uang muka seratus ribu pun aku juga  bersedia. “Maaf, Mbak namanya siapa, ini untuk mengisi  kwitansinya”, tanyaku. “Yuni, lengkapnya Yuni *****”, sahutnya. Dia  juga memberikan alamat dan nomor HP-nya. Saat itu juga setelah kuselesaikan pembuatan  penawaran, aku langsung merakit komputer  yang dia pesan. Dalam tiga jam aku selesai  merakit plus menginstall program yang  diperlukan. Satu jam kemudian setelah aku  selesai makan siang yang sudah agak sore, aku  iseng-iseng telepon Yuni. “Mbak.. ini komputer yang Mbak pesan udah  selesai, sewaktu-waktu dapat diambil”,  kataku membuka pembicaraan. “Aduh cepat sekali Mas, ini saya juga baru  ngambil uang di bank, oh ya Mas.. sekalian  modemnya ya.. nambah berapa?”, tanyanya. “Kalau internal Motorola 140 ribu Mbak”,  jawabku. “Ya udah yang itu saja, tetapi tolong Mas yang pasangkan ke rumah saya, masalahnya saya  nggak bisa masang sediri..”, pintanya. “Ya.. kalo begitu nanti jam 7 malam saya akan  datang ke rumah Mbak”, Sahutku. Selesai mandi aku membayangkan wajah Yuni,  mirip dengan salah satu bintang film mandarin  tapi siapa aku tidak tahu namanya. Berwajah  oval, rambut sebahu berhigh light merah,  kulitnya yang putih bersih benar-benar sangat  manis. Selesai berdandan dan sedikit minyak  wangi, aku menyalakan Suzuki Carretaku dan  meluncur ke perumahan Solo Baru, sebuah  kompleks perumahan yang cukup elite di kota  Solo. Setelah sepuluh menit berkeliling kompleks,  akhirnya aku menemukan alamatnya. Terlihat  Vitara putih di dalam garasi yang tidak  tertutup, setelah yakin alamatnya benar maka aku pencet bel yang berada di balik pagar besi  yang terkunci. Seorang perempuan setengah  baya keluar dan membuka pintu pagar sambil  berkata, “Mas yang mau ngantar komputer ya, silakan masuk dulu Mas, Mbak Yuni baru mandi” . Aku tidak langsung masuk tetapi mengambil  barang-barang pesanan Yuni dan aku letakkan  di teras depan. “Barang-barangnya disuruh  langsung dipasang ke kamar Mbak Yuni Mas”,  perempuan itu menyusulku ke mobil saat aku  mengambil barang terakhir, yaitu keyboard,  mouse dan nota penjualan. “Ini kamar Mbak  Yuni”, kata perempuan itu sambil  mengantarkanku menuju ke suatu ruangan  berukuran 4  x 4  meter. Tidak terlalu luas tetapi cukup tertata rapi dan barang-barang yang  lumayan mewah menghiasi kamar. Bau parfum  ruangan berjenis apple samar-samar tercium  hidungku. Tanpa membuang waktu aku merakit  komputer di meja yang telah dia siapkan  sebelumnya. Saat merakit instalasi printer, Yuni masuk  kamar, tercium harum bau sabun mandi.  Terlihat Yuni hanya mengenakan daster warna  kuning tanpa ritsluiting dan tanpa lengan baju ( model you can see). Lengannya yang putih  mulus dan bentuk badannya yang ramping  mengigatkanku pada Novi (cinta pertama)  tetapi badannya lebih gedean Novi sedikit.  Sesaat aku terdiam memandangnya, dia hanya  tersenyum saja memperlihatkan giginya yang  putih dan berjajar rapi. “Udah selesai Mas?”, tanyanya membuatku  sedikit kaget. “Oh.. sebentar lagi Mbak, ini baru pasang  printer”, jawabku. “Mas, jangan panggil aku Mbak, panggil saja  Yuni”, katanya. “Kamu kuliah di mana?”, tanyaku. “Di Akademi **** (edited), semester 3″,  jawabnya. “Stop kontaknya mana Yun?”, tanyaku. “Itu di bawah meja”, jawabnya. “Kok sepi, di mana ortumu?”, tanyaku. “Aku di sini tinggal bersama kakakku, Papi  sama Mami tinggal di Surabaya, kakakku sudah  tiga hari di Semarang ikut seminar untuk  syarat mengambil dokter spesialis”, jelasnya. “O.. kakakmu dokter ya.., terus perempuan itu  pembantumu?”, aku terus bertanya. “Iya, dia membantu dari pagi sampai jam 7  malem setelah itu pulang ke rumahnya kira- kira 300  meter dari sini”, jelasnya. “Nah.. udah siap silakan kalo mau coba”,  kataku setelah layar monitor memperlihatkan  logo WIN 98. “Oh ya.. Mas mau minum apa?”, tanyanya  setelah menunggu logo WIN 98  berubah menjadi gambar Titanic. “Ah.. apa aja mau kok”, kataku sambil  tersenyum. Dia berjalan keluar kamar, saat dia berjalan itu  samar-samar kulihat pantatnya yang tidak  terlalu besar tetapi terlihat padat dan kenyal.  Dia kembali dengan membawa segelas es jeruk  dan meletakkan di samping ranjangnya yang  memang terdapat meja kecil dan sebuah  telpon. “Wah sayang aku belum ngedaftar ke ****net  “, katanya. “Oh.. kamu mau nyoba pakai internet, kalo gitu untuk sementara kamu boleh pakai punyaku”,  kataku sambil aku mulai mengisi user name dan password. “Eh.. Mas.. kalo mau lihat gambar-gambar artis  Indonesia yang telanjang alamatnya di mana  sich”, katanya tanpa malu-malu. Selanjutnya kuberi tahu alamat-alamat situs  porno sambil aku memperlihatkannya. Terlihat  Yuni Shara sedang bercinta dengan seseorang,  melihat adegan tersebut matanya yang agak  sipit dan bening terus melotot sambil menelan  ludah, aku hanya tersenyum menyaksikan  ekspresi wajahnya yang lucu sangat manis  terpaku memandangi adegan itu. “Kalo kamu mau baca cerita-cerita erotis, ada  di sini..”, kataku sambil mengetik www. 17 tahun.com (sekarang sudah pindah ke alamat 17 tahun2. com) dan mulai masuk ke salah satu  cerita erotis, dengan seksama dia  membacanya dan aku juga membaca tentunya.  Saat dia tengah membaca, dia mendekatkan  kursinya di sampingku sambil sesekali dia  meletakkan salah satu kakinya di atas kakinya yang lain. Dan batang kemaluanku pun mulai  bereaksi dan.. aduh, kelihatan sekali kalau  batang kemaluanku sedang tegang. Dia melirik  ke bawah, aku berusaha menyembunyikannya,  dan dia hanya menarik nafas dalam-dalam  sambil tersenyum kecil. Setelah beberapa saat berselancar keliling  dunia, kuputuskan hubungan ke internet. “Mas.. ini udah bisa dipakai nonton film?”,  tanyanya. “Iya, kamu punya CD (compact disk) film  nggak”, tanyaku sambil aku berusaha  menempatkan batang kemaluanku agar berada  pada posisi vertikal setelah terangsang  dengan cerita tadi. “Sebentar, aku carikan dulu ke kamar kakak”,  jawabnya sambil keluar kamar. “Ada sich, tapi.. adanya ini punya kakak”, dia  berkata sambil memperlihatkan VCD semi  porno dengan judul Kama Sutra versi Barat. “Ya.. nggak apa-apa kan cuma nyoba, tapi  pembantumu tadi di mana?”, tanyaku sambil  melongok ke arah pintu. “Oo.. dia udah pulang tadi waktu aku selesai  mandi dan masuk ke sini”, jawabnya. Terlihat adegan yang sangat romantis pada  layar monitor, tidak seperti film-film porno  lain, adegan dalam film ini sangat lembut dan  romantis. Sebenarnya aku sudah terbiasa  menonton film-film seperti ini, tetapi jika  ditemani makhluk manis seperti ini jantungku  berdebar sangat kencang. Sesekali kulirik dia  yang sedang menyaksikan adegan tersebut.  Terlihat sesekali dia membasahi bibirnya yang  berwarna merah delima dengan lidahnya. Ingin  sekali sebenarnya aku mencium bibirnya. Baru  sekali aku merasakan bersetubuh dengan pacar pertamaku, dan keinginan itu saat ini sangat  menggebu. Kulihat Yuni mulai sering  menggerakkan kakinya naik turun. Aku hanya  menarik nafas panjang dan kumundurkan  kursiku sehingga berada sedikit di belakang  Yuni. Karena aku sudah tidak tahan lagi, dengan agak takut kusenggolkan kakiku dengan  kakinya. Tidak kuduga sama sekali dia hanya diam,  tanpa menungu lebih lama lagi kakiku mulai naik turun di betisnya. Karena dia sepertinya tidak  keberatan kuperlakukan seperti itu,  kuberanikan tanganku untuk memegang  tangannya dan dia juga menyambutnya dengan meremas tanganku. Akupun mulai lebih berani,  kuraba dadanya yang tidak begitu besar tetapi sangat kencang dan padat terasa cukup keras.  Saat kuraba payudaranya terlihat dia terpejam sepertinya sedang menikmati apa yang sedang kulakukan. Tangannya yang putih bersih mulai  merayap menuju pahaku, aku semakin  terangsang hebat. Sementara tanganku masih  rajin meraba payudaranya, dan dia terpejam,  perlahan kucium bibirnya, kuhisap dengan  lembut dan lidahku pun mulai masuk di antara  gigi-giginya yang putih berjarar rapi. Masih  berasa pasta gigi saat lidahku melumat  bibirnya. Selanjutnya dia pun membalas dengan memainkan lidahnya ke dalam mulutku. Lembut sekali bibir dan lidahnya. Setelah beberapa saat aku menikmati bibirnya  yang mungil, ciumanku mulai berjalan menuju ke telinganya. Saat aku mungulum telinganya, dia  mendesah dan mengangkat kepalanya,  sepertinya dia kegelian. Kulepaskan ciumanku  dan aku mulai mencumbu lehernya yang putih  dan berbau harum sabun mandi, sementara  tanganku masih terus meraba payudaranya  dengan lembut. Perlahan ciumanku aku  turunkan di dada bagian atas dan tanganku  mulai melepaskan tali yang mengantung pada  lengannya. Setelah aku berhasil melepaskan  tali dari dasternya, maka daster bagian  atasnya mulai menurun dengan sendirinya.  Terlihat bukit yang masih tertutup BH  berwarna krem. Saat aku mulai mencium  payudaranya bagian atas, perlahan-lahan dia  berdiri dan spontan aku menarik ciumanku,  agak takut aku waktu itu, kupikir dia akan  marah. Tetapi setelah dia berdiri tegak, semua  dasternya merosot ke bawah dan tampak dia  berdiri setengah telanjang hanya menggenakan BH dan celana dalam berwarna putih.  Sepertinya dia tidak marah malah dia  tersenyum kecil, saat itu aku berpikir mungkin  dia penganut aliran seks bebas. Ah masa  bodoh, yang penting keinginanku dapat  kesampaian dan aku tidak memaksanya. Perlahan aku mulai berdiri di hadapannya,  kupandangi tubuhnya yang setengah telanjang  dengan seksama. Indah sekali tubuhnya, dari  wajah sampai ujung kaki semuanya berbalut  kulit berwarna putih bersih khas kulit WNI  keturunan. Perlahan kudekati dia dan kucium  bibirnya untuk yang kesekian kalinya. Senang  sekali aku menikmati bibirnya yang mungil dan  berwarna merah delima. Sambil aku melumat  bibirnya kupeluk dia sampai tubuh kami saling  menyentuh. Tanganku yang berada di  punggungnya mulai berusaha melepaskan BH,  tapi sulit bagiku, aku tidak berhasil karena BH  yang dia pakai lain dengan yang pernah dipakai  Novi. Sepertinya dia tahu kalau aku kesulitan  membuka BH-nya, dan akhirnya dia sendiri  yang membuka. Setelah BH-nya terlepas  terlihat dua buah bukit yang berwarna putih  dengan puting berwarna coklat muda  menggantung dengan kencang. Kubopong dia ke tempat tidur dan kurebahkan  dia ke sisi tempat tidur. Saat itu dia berada di  atas tempat tidur dan aku berada di lantai.  Perlahan kuraba payudara bagian kiri dengan  tangan kananku, sementara lidahku mulai  memainkan puting susunya yang sebelah kanan sambil sesekali kuhisap putingnya. Kulihat dia  terpejam dan menggigit bibir bagian bawah  sementara kedua tangannya menarik-narik  rambutnya sendiri, sepertinya dia sangat  menikmati permainan ini. Saat kedua tangannya memegang rambutnya,  terlihat ketiaknya yang sangat bersih tanpa  ditumbuhi bulu karena mungkin sering dicukur.  Selanjutnya hisapanku mulai bergeser sedikit  demi sedikit ke sisi payudaranya, dan  kulanjutkan jilatan dan hisapanku ke atas  menuju ketiaknya dan tangan kananku berganti memainkan payudara bagian kanan. Saat  lidahku menyapu ketiaknya dia sedikit  berteriak, “Akhh..”. Aku lanjutkan dengan  menghisapnya dan dia semakin mendesah keras dan kedua kakinya merapat saling menindih.  Terlihat dia menegang untuk beberapa saat,  kemudian mulai melemas sepertinya dia telah  mencapai orgasme untuk yang pertama. Terlihat titik-titik keringat muncul di dahinya,  aku melepaskan gigitanku dan dia duduk sambil  tangannya menyentuh rambutku dan dia  meraba wajahku dengan tangan kanannya  sementara tangan kirinya membersihkan  keringat yang ada di dahinya. Setelah dia  meraba bagian wajahku, jari-jarinya menyentuh bibirku dan dengan ibu jarinya dia mengusap- usap bibirku dan berusaha memasukkan ibu  jarinya ke dalam mulutku. Aku tidak menolak,  kukulum ibu jarinya dengan lembut, dan jarinya  yang lain mulai menyusul masuk ke dalam  mulutku, kukulum satu persatu jari-jarinya  yang putih. Perlahan dia menarik tangannya dan mulai  membuka kacing-kancing kemejaku. Perlu  pembaca ketahui jika aku berada di tempat  customer aku selalu mengenakan kemeja dan  sepatu, tetapi sepatu dan kaus kakiku telah  kulepas di depan rumahnya. Setelah semua  kancing kemejaku terlepas, aku berdiri dan  membuka kemejaku. Selajutnya kubuka sendiri  ikat pinggang dan celana panjangku sampai aku  hanya memakai CD yang telah menjadi ketat  karena terdesak oleh batang kemaluanku yang  menegang keras. Selanjutnya kubuka CD-ku  sendiri sehingga kini aku telah telanjang bulat. Terlihat batang kemaluanku tegak berdiri  dengan arah agak vertikal, perlahan  kudekatkan batang kemaluanku ke wajahnya  dengan harapan dia akan menghisapnya, tapi  sepertinya dia tidak mengerti maksudku,  karena dia hanya memandang saja. Selanjutnya dengan tangan kananku memegang batang  kemaluan dan tangan kiriku membelai  rambutnya, aku usap-usapkan batang  kemaluanku ke wajahnya, lagi-lagi dia belum  mengerti keinginanku, dia hanya memejamkan  mata. Karena sudah tidak sabar kuusapkan  kepala batang kemaluanku ke bibirnya dan aku  berusaha memasukkan batang kemaluanku dan  akhirnya dia mau membuka mulutnya. Perlahan kudorong batang kemaluanku agar  masuk lebih dalam lagi, terasa lidahnya yang  lembut menyentuh kepala batang kemaluanku.  Sepertinya dia mulai mengerti apa yang  kuinginkan, selanjutnya lidahnya mulai  menyapu kulit batang kemaluanku dari pangkal  sampai ujung berulang-ulang sambil sesekali  mengulumnya, terasa sangat lembut, hangat  dan sangat nikmat sampai-sampai merinding  seluruh tubuhku. Sepertinya dia menyukai  batang kemaluanku karena lebih dari lima menit dia menikmati batang kemaluanku sampai  kakiku kelelahan berdiri, akhirnya aku  mengambil posisi 69  dengan posisi miring. Sementara dia mengulum dan menjilati batang  kemaluanku, aku mulai membuka CD-nya yang  sedikit basah. Terlihat rambut-rambut halus  menutupi kemaluannya sebelah atas. Aku  terus menurunkan CD-nya sampai terlepas,  selanjutnya kucium dan jilati paha bagian  dalamnya sampai mendekati liang  kewanitaannya. Lain dengan Novi, bibir liang  kewanitaan Yuni berwarna cenderung merah  hati. Aku sapukan lidahku ke lubang  kenikmatannya yang telah mengeluarkan  cairan bening, terasa agak gurih. Saat kubuka liang kewanitaannya dengan  tangan kiriku, terlihat liang kewanitaannya  sangat sempit dan sepertinya dia masih  perawan karena bentuk bagian dalamnya persis seperti kepunyaan Novi. Mengetahui dia masih  perawan, aku semakin semangat menikmati  liang kewanitaannya. Kurenggangkan kedua  pahanya, kusapukan lidahku dari anusnya dan  sedikit demi sedikit naik menuju lubang  kemaluannya dan akhirnya sampai pada  klitorisnya. Kujilati dan kuhisap klitorisnya  berulang-ulang, kuturunkan lidahku ke lubang  senggamanya dan cairan bening mulai mengalir  dari liang kewanitaannya. Kemudian kuhisap  dalam-dalam cairan yang keluar tersebut dan  kukeluarkan di daerah klitorisnya sambil terus  kujilati dan kuhisap klitorisnya. Setelah puas menikmati klitorisnya, kini  lidahku mulai menyapu liang kewanitaannya,  dan lidahku kumasukkan ke dalam liang  kewanitaannya yang sempit tersebut. Sampai  akhirnya dia melepaskan hisapan pada batang  kemaluanku dan untuk yang kedua kalinya dia  menegang dan perlahan keluar cairan bening  dari dalam liang kewanitaannya yang  selanjutnya kuhisap dan kutelan sampai habis. Aku melihat Yuni yang kelelahan, aku bangkit  dan duduk di samping tubuhnya yang telah  lemas dan karena aku belum mencapai orgasme, kuambil posisi di atasnya dan dengan tangan  kananku, kubimbing batang kemaluanku agar  dapat masuk ke dalam liang kewanitaannya.  Saat kugesek-gesekkan batang kemaluanku  pada liang kewanitaannya, tangan kanannya  menahan agar batang kemaluanku berhenti. “ Tolong Mas jangan dimasukin, aku takut, aku  belum pernah melakukannya”, ucapnya dengan  lirih. Mendengar itu aku jadi iba juga, kutarik  batang kemaluanku dari permukaan liang  kewanitaannya, dan aku kembali duduk di  sampingnya dengan tanganku mengocok  batang kemaluanku yang masih tegang. “Aku  kulum saja ya Mas, boleh nggak?”, tanyanya  sambil tangan kanannya meraih batang  kemaluanku. Aku hanya mengangguk,  selanjutnya dia bangkit dari tidurnya dan  duduk berhadapan denganku, dia tersenyum  dan mencium bibirku sejenak. Kemudian dia menunduk dan mulai mendekati  batang kemaluanku, dia sapukan lidahnya dari  kepala batang kemaluan sampai pada  pangkalnya berulang ulang. Aku hanya merintih menahan nikmat, aku heran juga kenapa dia  nggak capek ya.. Yuni terus memainkan  lidahnya sambil sesekali mengulum kepala  batang kemaluanku. Kuakui kulumannya sangat nikmat karena batang kemaluanku masuk  cukup jauh ke dalam mulutnya. Setelah beberapa saat aku menahannya,  akhirnya “Akhh.. aku mau keluar”, ucapku  sambil meremas payudaranya dan maniku  keluar memenuhi mulutnya dan sebagian  membasahi wajahnya yang manis. Setelah  menelan maniku yang ada di dalam mulutnya,  dia melanjutkan mengulum dan membersihkan  batang kemaluanku yang basah dengan  lidahnya. Sampai batang kemaluanku melemas  pun dia masih terus mengulumnya sampai  batang kemaluanku terasa geli. Karena  kegelian, kusuruh dia melepaskan kulumannya.  Kemudian kuangkat dagunya hingga wajahnya  berhadapan denganku, masih terlihat sisa-sisa  maniku di sisi kiri bibirnya yang mungil  menetes ke dagunya. Kuusap maniku yang  membasahi hidung dan pipinya dengan jariku  dan akan kuusapkan pada CD-nya, tetapi dia  ingin menelannya, sehingga jari-jariku  dilumatnya hingga mani yang kupegang habis.  Sepertinya dia sangat menyukai maniku, enak  kali ya.. Sepertinya dia kelelahan, dia berbaring  telentang menatapku dengan tanpa selembar  kainpun menutupi tubuhnya. Kupandangi lagi  tubuhnya yang telanjang dari ujung rambut  sampai ujung kaki. Terlihat titik-titik keringat  keluar dari sekujur tubuhnya, terlihat semakin  indah. Aku menarik nafas panjang dan kucium  bibirnya yang mungil, masih terasa sisa-sisa  maniku di bibirnya, terasa gurih tetapi lebih  kental dari maninya. Saat kulihat sudah pukul 10.30  malam, aku  segera berpakaian, mematikan komputer dan  pamit pulang. Dengan malas diapun bangkit dan mengenakan dasternya tanpa memakai CD dan  BH. “Mas uang kekurangannya belum aku siapkan,  mau tunggu sebentar?”, katanya. “Ah.. besok saja udah malam nih takut ditanya macam-macam sama satpam”, kataku. Sebenarnya maksudku adalah agar aku dapat  datang lagi dan main dengannya seperti yang  baru saja kami lakukan. Untuk yang terakhir  kalinya pada malam itu kucium bibirnya. Aku  start mobilku dan meninggalkan rumahnya.  Dalam perjalanan aku heran juga, bagaimana dia bisa mempertahankan keperawanannya jika dia sudah bermain sejauh itu. Dalam hati aku yakin jika suatu saat nanti dia akan mennyerahkan  keperawanannya padaku. Semenjak kejadian malam itu aku selalu  teringat dengannya. Hampir aku tidak percaya  jika aku pernah bercumbu dengan seorang WNI  keturunan yang berwajah sangat manis. Tetapi karena kesibukanku ikut tender, aku jadi belum  sempat menghubungi Yuni. Kejadian ini  berlangsung empat hari setelah malam yang  indah itu.
yuni costumerku_2
indah itu. Sore itu sekitar jam 15.30  aku baru datang dari  luar kota. Aku ke kantor dan menyerahkan  berkas-berkas dan revisi penawaran kepada  dua orang temanku, sedangkan aku langsung  masuk ke ruang service dan tidur. Seperempat  jam kemudian aku mendengar seorang temanku  berkata, “Wah Doel, ada makhluk cakep  datang.. ck.. ck.. ck.. indah bener nih cewek”.  Karena aku sangat capek, aku tidak begitu  menggubrisnya dan aku tetap tidur sampai  salah seorang temanku membangunkanku. “Hai  Doel.. bangun.. dicari makhluk indah tuh..” kata  temanku sambil menendang pelan kakiku. Oh  ya, aku mendirikan toko komputer bersama dua orang temanku, dan kami sama-sama  memanggil dengan julukan Doel. “Siapa sih.. aku capek banget nih..” kataku  sambil bangkit untuk duduk. “He.. Doel, Yuni itu WNI keturunan ya.. mana  cakepnya selangit lagi, kok kamu diam aja sih”, umpat temanku. Tahu kalau yang datang Yuni, hilang semua rasa capekku, segera aku keluar untuk menemuinya. “Hai Yun pa kabar.. sorry nih beberapa hari ini  aku sibuk banget”, sapaku. “Ah.. aku yang sorry nih baru ngelunasi  sekarang”, katanya. “Iya.. iya.. udah selesai udah aku urusin,  mendingan sekarang kamu tidur lagi aja”, sahut temanku sambil ketawa. “Bagaimana, ada masalah dengan  komputernya, kamu udah daftar belum?”  tanyaku. “Nggak ada masalah dengan komputernya, tapi aku belum daftar”, jawabnya. “Sekarang kamu mau ke mana, aku anterin  daftar mau nggak”, ajakku. Dia mengangguk, kedua temanku cuma bengong melihat aku sudah sangat akrab dengannya. “Pakai mobilku aja nggak apa-apa Mas”,  katanya. “Sebentar, aku cuci muka dulu ya”, sahutku  sambil berjalan ke belakang. Selesai cuci muka aku titipkan mobilku pada  salah seorang temanku. “Heh.. Doel, mau pergi ke mana kamu?” tanya  temanku setelah aku menyerahkan kunci  mobilku padanya. “Alah.. udah kamu jalan-jalan yang jauh sana  pake mobilku, ini urusan orang dewasa, kamu  nggak boleh ikut-ikut”, kataku sambil  mengajak Yuni keluar. Permisi Mas..” kata Yuni sambil keluar menuju  pintu. “Sekarang kamu mau ke mana?” tanyaku  setelah selesai daftar. “Nggak tahu, terserah Mas aja”, katanya. “Kakak kamu ada di rumah nggak?” tanyaku. “Ada, emangnya kenapa?” dia balik bertanya. “Nggak, aku cuma kangen ama kamu”, kataku  sambil tersenyum. “Aku juga kangen ama Mas.. eh nama Mas siapa sih, aku malah belum tahu nama Mas”,  katanya. “Iya ya.. kita udah sangat akrab tapi kamu  belum tahu namaku, namaku Fafa”, jawabku  sambil aku memegang tangan kirinya. “Kita ke mana nih.. Mas?” tanyanya sambil  melambatkan laju mobilnya. “Kalo misalnya kita nginap boleh nggak sama  kakakmu?” kataku agak ragu. “Ya.. coba aku telpon dulu mungkin boleh asal  Mas diam, jangan sampai suara Mas kedengeran sama kakakku, eh memangnya kita mau nginap  di mana sih Mas”, tanyanya sambil menepi dan  menghentikan mobilnya. “Kita sewa villa saja di Tawang Mangu”,  jawabku. Yuni mengeluarkan HP dari tasnya dan  meghubungi kakaknya. Setelah aku tahu kalau  kakaknya mengijinkan, aku sangat senang  sekali dan mulai dari jalan itu gantian aku yang  pegang setir karena jalannya sempit dan  berliku-liku. Satu jam kemudian aku sampai di lereng Gunung Lawu tersebut. “Mas pernah sewa villa di sini ya?” tanya Yuni. “Belum tuh, mungkin kita bisa tanya di rumah  makan itu sambil kita makan, aku udah lapar  nih”, kataku sambil menghentikan mobil ke  sebuah rumah makan. Untungnya pemilik rumah makan tersebut juga menyewakan villa yang  jaraknya sekitar 500  meter dari rumah makan  tersebut. Keinginanku untuk bercumbu dengannya  mengalahkan ongkos sewa villa yang lumayan  tinggi yaitu 200  ribu per malam. Sebuah rumah  mungil dengan dua kamar tidur yang masing- masing terdapat sebuah kamar mandi. Saat  kami masuk ke villa yang berada di tepi sebuah bukit tersebut, matahari hampir terbenam.  Kami memilih satu kamar yang meghadap  langsung ke tebing. “Aku mandi dulu ya..”  kataku sambil melepaskan semua pakaianku  dan masuk ke dalam kamar mandi. Saat aku  membersihkan badanku dengan sabun, kulihat  pintu kamar mandi yang memang tidak kukunci  telah terbuka. Kulihat Yuni telah telanjang  menyusulku masuk ke dalam kamar mandi. “ Ikutan mandi ya Mas”, katanya sambil  mendekatiku. Kulihat tubuhnya yang sintal  dan padat terbalut kulit putih bersih dengan  dua buah bukit yang menggantung sangat  indah. Dia mendekatiku dan mengusap wajahku  dengan jari-jarinya yang lentik, tampak air  telah membasahi rambutnya. Setelah semua  tubuhnya basah oleh air, dia mematikan kran  shower. Selanjutnya dia meraih sabun yang  masih kupegang. Aku diam ingin tahu apa yang  ingin dia lakukan, dengan sabun di tangannya  dia mulai menelusuri lekuk-lekuk tubuhku. Dari  leher, dada, punggung, perut, batang kemaluan  sampai ujung kakiku dia gosok lembut dengan  sabun. Kulihat batang kemaluanku telah  tegang, saat Yuni masih menggosok betisku,  kutarik tangannya perlahan agar dia berdiri.  Setelah wajahnya berhadapan dengan wajahku,  kudekati bibirnya, kucium dengan hidungku, dan lidahku aku sapukan di kulit bibirnya yang  mungil. Dia hanya terpejam, selanjutnya  lidahku mulai kupermainkan di dalam mulutnya,  dia membalas dengan menghisap lidahku. Aku melepaskan ciumanku, kuraih sabun yang  masih di pegangnya. Sekarang gantian aku  yang menggosok seluruh tubuhnya. Mulai dari  leher dan ketika sampai pada payudaranya,  kuputar-putarkan sabun di sekitar  payudaranya sambil sesekali kuremas dengan  lembut. Selanjutnya usapanku mulai mendekati sekitar liang kewanitaannya, aku sapukan  sabun di sekitar paha bagian dalam dan juga ke  rambut kemaluannya yang masih lembut. Setelah selesai aku meratakan sabun di seluruh tubuhnya, kini kuraih kran shower dan kuputar  perlahan. Dengan guyuran air, kulumat bibirnya dan kemudian ciumanku aku turunkan di  payudaranya. Kuhisap lembut kedua  payudaranya secara bergantian, terlihat dia  merapatkan pelukannya sambil mendesis  keenakan. Perlahan ciumanku berjalan menuju  ke liang kewanitaannya, kuhisap-hisap liang  kewanitaannya sambil lidahku masuk  menerobos lubang yang sangat sempit itu.  Karena aku risih dengan air yang mengalir pada  liang kewanitaannya, kuputar kran sehingga air berhenti mengguyur tubuhnya. Setelah air  berhenti mengalir, kulanjutkan mempermainkan liang kewanitaannya. Kujilati pahanya bagian  dalam dan di sekitar liang kewanitaannya.  Kudengar Yuni merintih dan dia naikkan kaki  kirinya di atas pundakku. Kini aku dapat  melihat dengan jelas lubang kenikmatannya  yang terlihat sangat kecil dengan bibir  berwarna merah hati. Kemudian kudekatkan mulutku di liang  kewanitaannya dan kusapukan lidahku di  sekitar klitorisnya sambil sesekali kuhisap  klitorisnya. Kupindah sapuan lidahku dari  klitoris menuju ke liang kewanitaannya, kini  pada lubang kemaluannya telah terasa agak  asin. Aku terus memasukkan ujung lidahku ke  dalam lubang kemaluannya sambil  kupermainkan ujung lidahku ke atas dan ke  bawah. Yuni mulai terangsang hebat, dia  menggerak-gerakkan pinggulnya sambil  menekannya ke bawah sehingga lidahku masuk  lebih dalam lagi di liang kewanitaannya. Sambil  kupermainkan lidahku, kuhisap cairan bening  yang keluar dari liang kewanitaannya. Dia  semakin cepat menggoyangkan pinggulnya  sambil tangannya menekan kepalaku, hingga  aku hampir tidak dapat bernafas. Aku tahu  kalau dia hampir mencapai orgasme, hingga  kutarik lidahku dari liang kewanitaannya. Aku  ingin kami mencapai organsme untuk yang  pertama secara bersama-sama. Saat kutarik lidahku dari liang kewanitaannya,  kulihat Yuni terkejut dan sepertinya dia agak  kecewa. “Nanti kita sama-sama saja Yun biar  tambah asyik”, kataku sambil tersenyum dan  Yuni hanya tersenyum kecut, sepertinya dia  sangat kesal sekali. Kemudian aku berdiri dan  kucium bibirnya, dia hanya diam tidak  memberikan respon. Kurasa dia sedikit marah  aku menggagalkan orgasmenya. Kasihan juga  aku melihatnya, selanjutnya kubopong dia ke  tempat tidur dan kurebahkan dia telentang,  terlihat titik-titik air masih memenuhi  tubuhnya yang sangat indah. Selanjutnya kucium bibirnya dengan lembut,  dan kulanjutkan dengan menyapukan lidahku di  sekitar lehernya sambil kupermainkan  payudaranya dengan tangan kananku,  sedangkan tanganku yang kiri mengangkat  tangan kanannya. Aku masih ingat ketika aku  mencumbu di sekitar ketiaknya yang mulus  itu, dia sangat menikmatinya. Kemudian  sapuan lidahku kugeser menuju payudaranya  sebelah kanan, sedangkan payudara sebelah  kiri masih kupermainkan dan sesekali aku  meremasnya dengan tangan kananku. Sambil  kuhisap puting susunya, tanganku yang kiri  membelai dan mengelus ketiaknya. Selanjutnya sapuan lidahku kugeser menuju ketiaknya yang sangat putih dan terlihat bersih. Aku jilati dan  sesekali kuhisap ketiaknya, kulihat dia  mendesah keras, sepertinya dia sangat  menikmatinya. Tangan kananku kuturunkan  menuju pahanya, kuraba pahanya dengan  lembut dan belaianku kulanjutkan ke liang  kewanitaannya. Kubelai-belai liang  kewanitaannya dengan lembut sambil sesekali  kutusukkan ujung jariku ke dalam liang  kewanitaannya, terasa basah. Yuni semakin  mengeliat dan menggerak-gerakkan kedua  kakinya. Setelah aku tahu dia telah terangsang hebat,  kutindih dia dan kulumat lagi bibirnya.  Kupegang kedua tangannya dan aku berusaha  menusukkan batang kemaluanku ke dalam liang  kewanitaannya. Yuni meronta sambil  merapatkan kedua pahanya sehingga batang  kemaluanku tidak berhasil menembusnya. “ Kita main seperti dahulu saja Mas”, bisiknya.  Dengan terpaksa kulepaskan kedua tangannya  dan aku mengambil gaya seperti dahulu yaitu  gaya 69 , tetapi kali ini aku meminta dia berada  di atasku. Saat dia berada di atasku, kulihat daerah liang  kewanitaannya merekah dengan bibir berwarna merah hati dan lubang kemaluannya berwarna  merah muda. Tanpa pikir panjang kusapukan  lidahku ke arah klitorisnya sambil kuhisap  dengan pelan. Aku merasakan dia mulai  mengulum batang kemaluanku dengan lembut,  saat batang kemaluanku masuk ke dalam  mulutnya, terasa sangat hangat dan nikmat  sekali. Aku terus menghisap klitorisnya dan  kemudian sapuan lidahku kugeser ke liang  kewanitaannya, kuhisap cairan bening yang  keluar dari liang kewanitaannya. Kusapukan  lidahku dari liang senggamanya menuju ke  duburnya, terus kusapukan lidahku maju  mundur. Selanjutnya kumasukkan ujung lidahku pada  lubang kemaluannya sambil kupermainkan ujung lidahku. Yuni menggeliat dan dia  menggoyangkan pinggulnya maju mundur  dengan sedikit tekanan ke bawah. Dia  mempercepat kulumannya pada batang  kemaluanku, sepertinya Yuni akan mencapai  orgasme. Aku semakin mempercepat gerakan  ujung lidahku untuk menari di dalam liang  kewanitaannya. Beberapa saat kemudian  kedua kakinya menegang dan dia menghisap  batang kemaluanku dengan cukup keras,  kemudian aku merasakan cairan gurih telah  menetes menuju lidahku, aku terus  melanjutkan gerakan lidahku sampai kedua  pahanya berhenti menegang. Yuni melepaskan  hisapan batang kemaluanku dan dia terkulai di  paha kiriku, sementara lidahku terus menyapu  bagian dalam liang kewanitaannya hingga  cairan yang keluar dari liang kewanitaannya  habis. Beberapa saat kemudian aku bangun dan duduk  bersandar pada papan tempat tidur. Saat itu  kulihat Yuni kelelahan dengan posisi tidur  tengkurap dan titik-titik air yang tadinya ada  pada tubuh Yuni kini berganti dengan titik-titik keringat sehingga terlihat pada pantatnya  yang putih dan kencang. Kemudian Yuni duduk  di sampingku sambil tersenyum dan tangan  kirinya mengusap batang kemaluanku yang  telah berdiri tegak. Selanjutnya dia mencium  bibirku dan dilanjutkan dengan mencium leherku sambil tangan kirinya terus mempermainkan  batang kemaluanku. Setelah selesai mencium leherku, kemudian  mulutnya mulai mendekati batang kemaluanku  dan dia memulai sapuan lidahnya pada prostat- ku, kemudian secara sangat perlahan dia  naikkan menuju ujung batang kemaluanku, agak  geli tetapi sungguh sangat nikmat sekali.  Gerakan itu dia lakukan berulang-ulang hingga  sekitar lima menit. Selanjutnya dia mulai dengan mengulum ujung  batang kemaluanku dan melepaskannya untuk  menyapukan lidahnya di sekitar kulit batang  kemaluanku. Gerakan itu juga dia lakukan  berulang-ulang hingga beberapa menit  kemudian kutekan kepalanya agar batang  kemaluanku dapat masuk lebih dalam lagi ke  dalam mulutnya, kemudian kuangkat dan  kubenamkan lagi sampai pada akhirnya ujung  batang kemaluanku mengeluarkan cairan kental berwarna putih. Tanpa kusuruh, dia masih terus mengulum batang kemaluanku dan  menggerakkan mulutnya ke atas dan ke bawah, hingga kulihat spermaku menetes menuju  prostat-ku, mungkin dengan gerakan seperti  itu Yuni tidak dapat menghisap spermaku.  Setelah sperma yang keluar telah banyak, dia  melepaskan kulumannya dan dia sapukan  lidahnya untuk membersihkan spermaku yang  tercecer di sekitar prostat-ku dan ada juga  yang mengalir ke anus. Yuni terus mencari-cari  ceceran spermaku dengan lidahnya dan  kemudian dia telan. Setelah selesai dia membersihkan spermaku  yang tercecer, dia melanjutkan dengan  mengulum batang kemaluanku yang masih  setengah tegang. Aku biarkan dia terus  mengulum batang kemaluanku meskipun batang kemaluanku telah lunglai. Kulihat kepalanya  disandarkan pada perutku sambil mulutnya  terus mengulum batang kemaluankku, aku  tetap mendiamkannya sampai akhirnya aku  tahu dia telah tertidur dengan mulutnya masih mengulum batang kemaluanku. Karena aku  capek duduk, perlahan kulepaskan batang  kemaluanku dari mulutnya, dia menggeliat  tetapi matanya masih tertutup, sepertinya  dia sangat capek sekali. Aku pindah tidurnya  ke tengah tempat tidur, kurubah posisi  tidurnya dari tengkurap menjadi telentang.  Karena aku juga sangat capek, akhirnya aku  juga tertidur di sisinya sambil memeluknya. Beberapa jam kemudian aku merasakan  kerongkonganku sangat kering, aku terbangun  dan langsung menuju ke dispenser yang berada  di sudut ruangan. Setelah aku meminum  beberapa teguk air dingin, aku kembali menuju  tempat tidur. Saat aku akan kembali ke  tempat tidur, aku melihat tubuh Yuni yang  telanjang tidur dengan telentang. Dengan  rambut yang sedikit acak-acakan, wajahnya  yang sangat manis masih terlelap tidur. Aku  terus memandangi tubuhnya yang indah,  payudaranya yang tidak terlalu besar tetapi  terlihat sangat kencang dengan puting susu  yang berwarna coklat muda sangat enak  dipandang. Perut dan pinggulnya yang terlihat  sangat serasi dibalut kulit putih mulus sangat  indah. Kaki kanannya lurus sedangkan kaki  kirinya ditekuk sehingga liang kewanitaannya  yang ditutupi bulu-bulu halus terlihat dengan  jelas. Sungguh suatu pemandangan yang  menakjubkan, begitu sempurna tubuhnya. Aku  tak bosan-bosan memandang tubuhnya, hampir 15  menit aku terpana memandang tubuhnya.  Tanpa terasa adik kecilku mulai bergerak, dia  mulai bangun dan ingin dibelai. Kudekati Yuni yang masih terlelap, kusapukan  lidahku pada bibirnya yang mungil dengan  sangat perlahan. Yuni membuka matanya yang  masih memerah, “Ah.. kenapa Mas, aku capek  sekali, besok pagi aja Mas”, kata Yuni pelan. “ Maaf Yun kalo aku ganggu kamu, kamu tidur  lagi aja, aku bisa sendiri kok tapi boleh kan aku  sentuh kamu?” kataku. Kulihat Yuni  mengangguk sambil tersenyum kecil, dia  membuka lebar kedua pahanya hingga liang  kewanitaannya tampak lebih jelas terlihat.  Begitu melihat liang kewanitaannya yang  merekah, aku langsung menyapukan ujung  lidahku pada klitorisnya dan kulanjutkan pada  liang kewanitaannya. Yuni sama sekali tidak  bereaksi, tampaknya dia sangat capek hingga  tertidur lagi. Aku terus mempermainkan liang  kewanitaannya dengan lidahku. Sepuluh menit kemudian aku bangun dan kucium bibirnya, Yuni menarik nafas panjang. Kupegang kedua tangannya dengan kedua tanganku  dengan posisi tangan di atas kepala,  selanjutnya aku langsung menindih tubuh Yuni  dan karena kedua pahanya masih terbuka lebar, aku merhasil menyelipkan pinggulku di antara  kedua pahanya. Saat itu kulihat Yuni terkejut  dan membuka kedua matanya. “Mas.. Mas mau  apa..?” katanya sedikit keras namun tertahan.  Aku tidak memperdulikannya, aku berusaha  mencium bibirnya tetapi dia meronta, sehingga ciumanku kutujukan ke lehernya yang putih.  Dia semakin meronta, dan tanganku semakin  erat memegang kedua tangannya. Yuni terus  meronta dengan mengerak-gerakkan pingulnya  ke kanan dan ke kiri, tetapi percuma, aku jauh  lebih kuat darinya. Tapi dia terus meronta  sampai akhirnya dia pasrah, begitu gerakannya melemah aku berusaha memasukkan batang  kemaluanku pada liang kewanitaannya, cukup  sulit aku memasukkan batang kemaluanku pada liang kewanitaannya, sampai sekitar 5  menit  kemudian aku berhasil menemukan lubang  kenikmatannya. Kumasukkan batang kemaluanku secara  perlahan, saat aku memasukkan batang  kemaluanku ke dalam liang kewanitaannya dia  meronta lagi dengan menggerakkan pinggulnya  ke kanan dan ke kiri, tetapi ujung batang  kemaluanku telah masuk cukup dalam ke dalam  liang kewanitaannya hingga aku merasakan  batang kemaluanku telah menembus sesuatu  yang sangat kecil. Aku terus memasukkan  batang kemaluanku lebih dalam lagi sampai  semua batang kemaluanku tenggelam. Saat itu  aku melihat Yuni memejamkan mata dan dia  menggigit bibirnya yang bawah dengan giginya  yang tampak putih berjajar rapi. Aku terus  menggerakkan batang kemaluanku maju mundur keluar masuk liang kewanitaannya, sedangkan  mulutku menghisap payudaranya bergantian.  Aku merasakan seluruh batang kemaluanku  seperti ditekan-tekan tetapi rasanya sangat  hangat. Sekitar 10  menit aku memasukkan batang  kemaluanku ke dalam liang kewanitaannya,  sampai akhirnya kukeluarkan sperma yang  sejak dari tadi kutahan. Kulihat spermaku  keluar dari liang kewanitaannya tetapi  warnanya telah bercampur dengan bercak- bercak darah, tidak terlalu banyak memang  darah yang keluar, lain dengan Novi (pacarku  red) yang saat itu sangat banyak darahnya. Setelah itu aku lunglai di atas tubuh Yuni yang  telah diam tidak bergerak dengan kepalaku  berada di sisi kepalanya. Beberapa menit  kemudian aku merasakan setitik air membasahi telingaku, aku terbangun dan kulihat setitik air keluar dari sisi kedua matanya yang masih  terpejam. Saat itu baru aku sadar jika Yuni  telah menangis, ya Tuhan.. Yuni menangis  dengan menggigit bibirnya. Saat itu aku  langsung merengkuh dan merangkul tubuhnya  dengan erat, beberapa kali aku ucapkan kata  maaf. “Kenapa.. kenapa kamu melakukan ini..?”  Yuni berkata sambil menangis. Aku terus  merangkul tubuhnya yang masih telanjang  dengan erat sambil aku terus memohon maaf,  tapi Yuni tidak memperdulikannya dia terus  menagis dan berusaha melepaskan pelukanku. Setelah aku melepaskan pelukanku, dia  langsung tidur dengan tengkurap tetapi masih  sesekali kudengar isakan tangisnya. Kudekati  dia dan kubelai rambutnya, “Maaf Yun, aku  lepas kontrol, sungguh aku tidak menduga  kamu begitu terpukul dengan apa yang sudah  aku lakukan. Kamu boleh memaki aku, kamu  boleh memukul aku, tapi aku mohon kamu  jangan menagis, aku sayang kamu, aku akan  bertanggung jawab jika kamu menginginkannya, apa saja yang kamu inginkan aku akan penuhi,  tapi tolong kamu mau maafin aku” Tak terasa  air mataku juga telah mengalir saat aku  mengucapkan kalimat itu. Aku merasa sangat  menyesal telah melakukan hal itu kepada Yuni. Beberapa saat setelah aku mengucapkan  kalimat itu, kepala Yuni menoleh ke arahku. “ Baik Mas, aku akan meminta satu permintaan  untuk kamu, tapi tolong untuk saat ini kamu  jangan ganggu aku, aku ingin tidur, aku akan  katakan permintaanku besok jika kita udah  pulang”, dia berkata dengan suara serak dan  sedikit berat. Aku hanya mengangguk dan aku  tidak mendengar lagi isakan tangisnya. Malam itu aku sama sekali tidak dapat tidur,  kupandangi tubuh Yuni yang tengkurap dan  terlihat sedang tidur. Aku tidak berani  menyentuhnya, saat kuperhatikan pada  pantatnya terlihat bercak darah bercampur  dengan spermaku. Aku beranikan diri untuk  membersihkannya dengan sapu tanganku yang  telah terlebih dahulu kubasahi dengan air  hangat yang kuambil dari dispenser. Dengan  sangat perlahan aku membersihkan pantat dan  pahanya dari spermaku, kulihat Yuni masih  tertidur. Tetapi tiba-tiba dia menggerakkan  tubuhnya dan dia berganti posisi untuk  telentang, untung dia masih tertidur.  Selanjutnya aku kembali membersihkan  spermaku yang membasahi rambut dan liang  kewanitaannya juga dengan sangat hati-hati  agar Yuni tidak terbangun, tetapi tanpa  kusadari Yuni telah membuka matanya dan dia  memandangiku dan memperhatikan apa yang  sedang kuperbuat. Aku langsung menghentikan tanganku yang masih membersihkan rambut di  liang kewanitaannya. “Kamu nggak perlu melakukan itu Mas, udahlah  aku juga salah kok, aku maafin kamu” Yuni  berkata sambil menatap wajahku yang sejak  tadi menunduk. Saat aku mendengar kalimat  itu rasanya telah hilang semua perasaanku  yang sejak tadi kutahan. “Terima kasih Yun, terima kasih kamu udah mau maafin aku”, kataku terpatah-patah. “Sudahlah, sekarang Mas tidur saja, besok Mas  harus setir mobil, pinggangku sakit sekali”,  Yuni berkata sambil menarik lenganku. Beberapa jam kemudian aku terbangun, kulihat  Yuni masih tertidur. Dengan hati-hati aku  bangun dan kukecup keningnya dan aku berjalan menuju kamar mandi untuk mandi. Selesai  mandi kuambil pakaianku yang kulepas di sisi  tempat tidur. Saat aku akan mengambil  pakaianku, kulihat Yuni terbangun dan dengan  susah payah dia bangkit. Aku langsung  menghampirinya dan kubantu dia untuk berdiri. “Kamu mau mandi Yun, ayo aku antar”, kataku. “Iya.. tapi aduh.. pinggangku sakit sekali Mas.. ” katanya. “Kalau begitu aku mandiin ya.. aku janji nggak  akan ngapa-ngapain kamu lagi”, kataku. Dia mengangguk, kemudian kubopong dia  menuju kamar mandi dan kududukkan di atas  kloset duduk lalu kubersihkan seluruh  tubuhnya. Karena saat itu aku belum  berpakaian, maka aku juga ikut mandi lagi. Setelah kami pulang, dalam perjalanan aku  bertanya tentang permintaannya yang  dikatakannya tadi malam. Seperti disambar  petir rasanya saat dia berkata “Aku punya  satu permintaan yang sebenarnya untukku  juga sangat berat, tetapi itu harus kamu  lakukan karena itu janjimu kemarin. Aku minta  Mas tidak lagi menghubungi aku lagi, aku nggak  bisa ngasih alasan dan tolong jangan tanya  mengapa, itulah permintaanku”. Aku hanya  bengong tidak dapat berkata apa-apa. Kuantarkan dia sampai ujung gang, karena itu  permintaannya dan setelah Vitara putih itu  masuk ke dalam gang, aku kembali menuju jalan  besar dan pulang naik taksi. Empat hari  kemudian kuberanikan diri untuk  menghubunginya, siapa tahu dia berubah  pikiran. Saat aku hubungi melalui HP-nya, tidak pernah aktif dan kucoba menghubungi  rumahnya ternyata yang menerima kakaknya  dan mengatakan kalau Yuni pulang ke Surabaya  dan katanya tidak mau diganggu oleh siapapun. Sepuluh hari kemudian aku mendapat email dan  mengatakan kalau saat itu ia berada di  Melbourne dan akan kuliah di sana. Selain itu  dia juga menceritakan panjang lebar tentang  alasannya tidak mau bertemu aku lagi.  Akhirnya kusadari dan kumaklumi alasannya.  Dalam hati aku sering berpikir, seandainya aku  tidak memperkosanya, aku pasti masih sering  bercumbu dengannya. Sampai jumpa Yuni.
Langganan:
Komentar (Atom)
